sejawat indonesia

Ancaman Gangguan Neurokognitif Pada Anak Stunting

Asuhan gizi yang baik merupakan salah satu faktor penting yang diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal, terutama pada anak balita. Kekurangan gizi/gizi buruk pada masa tersebut akan berdampak pada pertumbuhan dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.

Salah satu bentuk gizi buruk/malnutrisi yang saat ini menjadi masalah global adalah stunting. Stunting merupakan dampak yang terjadi akibat kekurangan gizi kronis dan menjadi masalah utama bagi anak-anak di pedesaan atau daerah terpencil lainnya yang mengalami gangguan perkembangan. United Nations Children's Fund (UNICEF) menyatakan prevalensi stunting pada populasi balita secara global mencapai 21,9%. Survei Riset Kesehatan Dasar Indonesia menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga anak (30,8%) penduduk balita mengalami stunting.

Stunting, diawali dengan malnutrisi pada awal kehidupan yang dapat menyebabkan peradangan, perubahan kadar leptin, dan peningkatan glukokortikoid yang mengakibatkan perubahan epigenetik. Perubahan ini dapat menyebabkan gangguan perkembangan saraf, perubahan neurogenesis dan apoptosis sel serta disfungsi sinaps yang mengakibatkan keterlambatan perkembangan.

Disimpulkan bahwa malnutrisi memengaruhi area otak yang terlibat dalam kognisi, memori, dan keterampilan lokomotor. Efek malnutrisi pada fungsi neurokognitif sangat parah. Anak-anak yang malnutrisi secara terus-menerus memiliki kognisi yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan anak-anak yang memiliki gizi baik.

Kemunduran pertumbuhan akan dimulai dalam rahim dan berlangsung setidaknya selama dua tahun pertama setelah lahir. Perkembangan manusia terhambat oleh kerusakan fisik dan neurokognitif yang tidak dapat diperbaiki, mengakibatkan pertumbuhan terhambat. Anak dengan malnutrisi memiliki risiko 3,6 kali lebih tinggi mengalami gangguan kognitif dibandingkan anak dengan gizi baik.

Dua bagian berikutnya akan berfokus pada efek jangka panjang dari malnutrisi khusunya pada kekurangan protein dan energi (Protein Energy Malnutrition/SAM) karena berdampak pada anak yang sedang berkembang selama masa pertumbuhan.

Telah lama diakui bahwa gizi buruk pada masa kanak-kanak dipengaruhi oleh faktor sosial, faktor lingkungan, termasuk kemiskinan, kepadatan penduduk, depresi ibu, IQ ibu yang rendah, dan penganiayaan anak, sangat mempengaruhi kognitif, bahasa, dan perkembangan sosio-emosional.  Sebagian besar studi longitudinal yang dikutip memperhitungkan setidaknya status sosial ekonomi, sementara yang lain  menggabungkan definisi yang lebih luas dari lingkungan mikro anak.

Efek langsung dari SAM pada perkembangan saraf, kecerdasan, dan kinerja kognitif telah dipelajari secara ekstensif pada anak-anak dalam berbagai populasi berisiko dalam pengaturan geografis yang berbeda. Anak-anak yang sakit parah dan pulih dari konsekuensi metabolik dari gangguan nutrisi dan bayi pada trimester kedua kehamilan hingga usia dua tahun, atau periode percepatan pertumbuhan, dianggap mewakili periode perkembangan otak yang paling rentan. Kejadian malnutrisi selama fase ini menghasilkan perubahan ireversibel dalam kognisi dan perilaku, bahkan setelah periode akut penyakit, dan dapat memengaruhi kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya, yaitu, "isolasi fungsional".

Sementara kekurangan protein diketahui sangat berdampak pada otak yang sedang berkembang, defisiensi mikronutrien pada anak usia dini, termasuk kadar zat besi rendah, sering terjadi bersamaan dengan malnutrisi energi protein dan secara independen dapat menyebabkan perkembangan kognitif yang buruk.

Efek jangka panjang dari gizi buruk/ SAM pada anak usia dini, telah ditinjau oleh  Galler  et al, menunjukkan sebagian besar bukti efek permanen dari malnutrisi pasca melahirkan berasal dari sejumlah studi prospektif, dengan mengikuti anak-anak yang sebelumnya kekurangan gizi dan mengendalikan anak-anak dari masa kanak-kanak hingga remaja dan dewasa muda.

Temuan umum di seluruh studi ini, yang mencakup populasi dari Jamaika, Uganda, Selatan Afrika, dan Mauritius, menunjukkan berkurangnya kemampuan intelektual dan IQ, prestasi akademik yang buruk, defisit perhatian, dan eksekutif yang buruk. Pemulihan dari malnutrisi awal juga telah dikaitkan dengan kepribadian skizotipal pada masa dewasa muda dimediasi oleh IQ pada usia 11, dan peningkatan Neurotisisme dengan penurunan Extraversion, Openness, Agreeableness, dan Conscientiousness di usia dewasa, juga terkait erat dengan profil kognitif masa lalu. Efek jangka panjang dari malnutrisi tidak berhubungan dengan jenis dan tingkat keparahan malnutrisi anak usia dini, beserta dengan durasinya. Patut dicatat bahwa temuan serupa dari defisit kognitif dilaporkan pada anak-anak yang kekurangan gizi secara kronis sekalipun masih dalam kondisi yang ringan.

Barbados Nutritional Study (BNS) adalah studi longitudinal dengan desain yang terkontrol dan karakteristik unik yang mengikuti kohort dengan riwayat malnutrisi sedang-berat terbatas pada tahun pertama kehidupan. Selama tahun 1960-an, malnutrisi pada anak adalah salah satunya masalah kesehatan masyarakat yang paling umum di Barbados, sehingga banyak anak dirawat di rumah sakit dengan marasmus atau kwashiorkor. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintahan Barbados yang baru dibentuk, menerapkan wajib lapor kasus gizi buruk pada anak dan program intervensi didukung pemerintah secara komprehensif yang memberikan makanan bersubsidi, pendidikan gizi, kunjungan rumah, pemantuan kesehatan, dan perawatan medis, serta program pembibitan prasekolah. Untuk anak yang terdiagnosa gizi kurang dan saudara kandunganya hingga usia 12 tahun.

BNS tersebut dirancang sebagai studi kasus-kontrol, membandingkan anak-anak yang menderita marasmus atau kwashiorkor terbatas pada tahun pertama kehidupan dengan kontrol teman sekelas yang sehat, disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin,. Anak dengan malnutrisi dan kontrol memiliki berat badan lahir normal (>2500 g) dengan skor apgar yang baik. dan tidak ada riwayat kejadian ensefalopati selama masa kanak-kanak. Karena mereka berpartisipasi dalam program intervensi, tidak ada anak indeks memiliki bukti terus kekurangan gizi setelah tahun pertama kehidupan, dan mereka mencapai pertumbuhan fisik penuh pada masa remaja masipun hasil kognitif dan prilaku terus terkena dampak.  

Sebagai anak-anak dan remaja, anak-anak yang sebelumnya kurang gizi mengalami gangguan kinerja kognitif, IQ rendah dan defisit perhatian. Mereka juga memiliki pretasi yang buruk pada ujian sekolah menengah atas nasional. Sebagai besar disebabkan oleh gangguan IQ dan defisit perhatian selama awal tahun di sekolah.  Defisit kognitif dan masalah prilaku, terutama kurangnya perhatian, berlanjut hingga dewasa muda.  IQ orang dewasa lebih rendah pada kelompok yang sebelumnya kekurangan gizi dan berkorelasi erat dengan IQ masa kanak-kanak. Defisit perhatian, khususnya kurang perhatian, muncul hingga usia 45 tahun dan lebih umum dari pada impulsive sepanjang umur. Yang penting, pretasi pendidikan dan pekerjaan kelompok berkurang, serta pendapatan mereka, serta beban ekonomi jangka panjang dari sejarah malnutrisi anak usia dini pada populasi ini.

Seperti disebutkan di atas, pengaruh lingkungan tetap menjadi pertimbangan utama dalam studi gizi buruk masa kanak-kanak dan dapat berkontribusi secara substansial terhadap hasil yang dikompromikan dari anak-anak dengan riwayat gizi buruk. Memang, lingkunagn mikro dan keadaan sosial dari anak-anak yang sebelumnya kurang gizi relative terganggu dibandingakan dengan kelompok control yang sehat dengan kenyamanan rumah tangga yang lebih sedikit. Sementara kondisi ini sendiri secara independent terkait dengan hasil kognisi dan prilaku mereka.

 

Referensi:

  1. Janina R Galler et.al. 2021. Neurodevelopmental effects of childhood malnutrition: A neuroimaging perspective. Division of Pediatric Gastroenterology and Nutrition, MassGeneral Hospital for Children, Boston MA, USA .Elsevier
  2. Ashraf Soliman. 2021. Early and Long-term Consequences of Nutritional Stunting: From Childhood to Adulthood. Department of Pediatrics, Division of Endocrinology, Hamad General Hospital, Doha, Qatar. Acta Biomedica.

 

Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaLife Expectancy: Memperpanjang Harapan Rentang Hidup

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar