sejawat indonesia

Bio-Printer 3D Menciptakan Tulang Rawan dan Jaringan Telinga

Tingginya permintaan atas donor organ dan jaringan, membuat para peneliti bekerja keras menghabiskan bertahun-tahun merancang jaringan sintetis yang bisa ditransplantasikan ke manusia. Hal ini tidak mudah dilakukan, karena banyak dari jaringan bentuknya mirip gel, membuatnya terlalu lunak untuk dipindahkan ke organisme hidup, dan tanpa jalur rumit dalam jaringan yang digunakan sebagai jalan oleh oksigen dan nutrisi lainnya, sel-sel hidup tersebut tidak akan dapat bertahan lama.

Tim peneliti dari Wake Forest University telah menciptakan alat bioprinting 3D yang dapat mencetak tulang besar sintetis, tulang rawan, dan jaringan otot yang layak selama beberapa minggu atau bulan pada saat ditanamkan pada hewan. Dengan lebih banyak usaha, para peneliti meyakini bahwa jaringan yang dicetak secara 3D ini dapat ditransplantasikan ke manusia, menurut studi yang dirilis pada tanggal 16 Februari lalu di Nature Biotechnology.

Alat yang disebut Integrated Tissue-Organ Printing System atau Sistem Cetak Jaringan dan Organ Terpadu, menciptakan jaringan sintetis dari Biogradable Polymer yang berisi sel-sel hidup. Campuran ini dioleskan menjadi bentuk yang diinginkan melalui mulut pipa yang merupakan pecahan selebar satu inci. Printer ini secara bersamaan menciptakan cetakan luar yang dapat larut begitu jaringan mengeras, meninggalkan kisi jaringan yang secara struktur kuat tetapi juga mengandung saluran-saluran kecil dimana oksigen dapat mencapai sel-sel hidup. Dengan pemindaian CT yang diambil sebelum proses pencetakan dimulai, jaringan ini dapat dicetak ke dalam bentuk yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan tubuh pasien.

Para peneliti mencetak tulang rahang manusia dalam ukuran yang sebenarnya, tulang rawan telinga lengkap dengan lipatan yang kompleks, dan jaringan otot yang lunak. Mereka lalu mengambil sampel kecil dari jaringan sintetis ini dan menanamkan: tulang dan otot ditanamkan pada tikus, tulang rawan pada anak tikus. Ketika mereka memeriksa implantasinya setelah beberapa minggu, mereka menemukan bahwa jaringan sintetis ini telah terintegrasi dengan jaringan asli tikus tersebut. Jaringan yang sintetis terlihat sehat dan bekerja dengan baik.

Sementara metode printer 3D membutuhkan waktu yang lebih lama dari teknik lain dalam pembuatan jaringan sintetis yang layak, jaringan yang dihasilkan lebih besar. Untuk mengatasi tantangan struktur yang disebabkan oleh jaringan sintetis yang lebih besar, para peneliti sebelumnya telah bekerja dalam skala lebih kecil.

Para peneliti belum menguji jaringan-jaringan ini pada manusia. Sebelum melakukan itu, mereka bermaksud membuat jaringan sintetis menggunakan beberapa tipe sel yang berbeda dari tubuh manusia. Jika mereka bisa melakukannya, mereka akan mengambil beberapa sel manusia untuk dimasukkan ke dalam jaringan sintetis. Ini akan membantu integrasi jaringan dengan lebih baik, membuat tubuh cenderung tidak menolak transplantasi.

Sumber: popsci

Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaPengembangan Racun Tarantula Sebagai Obat Pereda Nyeri

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar