sejawat indonesia

FLACS: Mengatasi Katarak dengan Laser

Teknologi kedokteran yang kian berkembang, memberi kabar baik bagi perawatan kesehatan mata. Khususnya, penyakit katarak. Kini, telah disempurnakan inovasi Femtosecond Laser-Assisted Cataract Surgery (FLACS) untuk mengatasi katarak tanpa pisau bedah. Katarak, masih menjadi momok bagi dunia kesehatan mata di Indonesia.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, ada sekitar 250 ribu penderita katarak per tahun di Indonesia dan menjadi salah satu penyebab utama kebutaan. Berdasarkan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) rata-tata angka kebutaan di Indonesia sebanyak 3% untuk penduduk di atas usia 50 tahun.

Ada beberapa hal yang dicurigai jadi penyebabnya, Indonesia yang berada di garis equator 0 derajat, akan tersorot banyak sinar matahari sepanjang tahun. Dicurigai, sinar UV B bisa mempercepat timbul katarak. Penduduk Indonesia memiliki kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan penduduk di daerah sub-tropis. Sekitar 16%-22% penderita katarak yang dioperasi berusia di bawah 55 tahun.

Pada umumnya katarak susah dicegah, yang bisa dicegah adalah kebutaan karena katarak. Kebutaan itu bisa dihindari dengan cara dioperasi. Katarak juga bisa digolongkan sebagai penyakit degeneratif karena berkaitan dengan usia. Namun, asumsi ini mulai digerus dengan fakta bahwa usia pasien yang mengalami keluhan katarak semakin muda dari waktu ke waktu. Katarak dulu dialami mereka yang berumur kepala enam. Kini yang kepala lima pun juga sudah mengalami katarak. Mereka yang sering beraktivitas di luar ruangan (dan tidak mengenakan kacamata antisinar UV) berpotensi terkena di umur kepala empat.

Femtosecond Laser-Assisted Cataract Surgery (FLACS)

Operasi katarak berbasis laser atau Femtosecond Laser-Assisted Cataract Surgery (FLACS) adalah operasi tanpa pembedahan dengan pisau, tindakan cepat, minim risiko dan proses penyembuhannya cepat. Tindakan FLACS setidaknya butuh waktu sekitar 10-15 menit.

Teknologi laser untuk bedah katarak dipraktikkan di dunia kesehatan mata sejak 2007 silam. Kemudian baru pada 2012 teknologi ini masuk ke Indonesia. Pasien terlebih dahulu dibius topikal atau tetes. Kemudian, mata diblok dengan suatu alat. Mulai dari sini, komputer bekerja memindai informasi mata pasien termasuk ketebalan kornea, kapsul lensa, dan mengunci letak kapsul lensa. Karena katarak berkaitan dengan kondisi keruh pada lensa mata atau tepatnya massa lensa, maka pertama, laser bertugas membuat insisi atau luka pada kapsul lensa sebagai jalan masuk alat.

Tugas kedua, laser akan memotong massa lensa yang keruh menjadi enam bagian. Alat kemudian masuk, menghancurkan massa lensa dan diaspirasi (dihisap). Tahap terakhir, dokter akan memasang lensa tanam atau intraocular lens (IOL). Lensa ini menjadi lensa baru pasien sehingga pasien bisa melihat dengan jernih.

FLACS Vs. Operasi

Salah satu masalah utama yang ditemui pada operasi katarak adalah Zonulopati karena dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut. Komplikasi seperti itu dapat terjadi selama proses capsulorhexis curvilinear continue (CCC), fragmentasi lensa, dan implantasi lensa intraokular (IOL).

Dalam satu penelitian yang dilakukan Department of Ophthalmology, Tsurumi Chuoh Eye Clinic, Yokohama,  menemukan bahwa perangkat operasi katarak berbantuan laser (FLACS) Femtosecond, seperti LenSX (Laboratorium Alcon) menguntungkan karena dapat mendeteksi area dan titik terbesar zonulopati melalui tomografi koheren optik segmen anterior (AS-OCT) sebelum bagian manual prosedur. CCC dan fragmentasi lensa juga dapat meminimalkan tekanan zonula lebih lanjut.

CCC simetris sangat ideal untuk implantasi IOL di sulkus dengan penangkapan optik. Dalam penelitian tersebut, para peneliti menyelidiki proses menggunakan FLACS pada pasien katarak berusia 68 tahun. Awalnya, tidak terdeteksi dehiscence zonular yang signifikan sebelum operasi di kedua mata pasien ketika menggunakan AS-OCT (CASIA2 Tomey).

Namun, LenSx AS-OCT mengungkapkan dehiscence zonular di kedua mata, secara perioperatif. Para peneliti lalu menciptakan CCC dan fragmentasi lensa tanpa menyebabkan tekanan pada zonula. Pada bagian manual prosedur berikutnya, zonular dehiscence di area yang sama seperti yang ditunjukkan oleh LenSx AS-OCT, yang meluas hingga sekitar 200 ° di mata kanan dan 180 ° di kiri.

Setelah fragmentasi lensa oleh LenSx, para peneliti berhasil melepas lensa tanpa dialisis zonula lebih lanjut. Namun, dialisis zonular (> 180 °) di mata kanan terlalu besar untuk memasukkan IOL, baik dalam kapsul atau sulkus. Oleh karena itu, dilakukan implantasi IOL skleral. Sebagai gantinya, IOL dimasukkan ke dalam sulkus dengan penangkapan optik untuk mengurangi kemungkinan stres lebih lanjut ke zonula dan phimosis. Pasca operasi, pasien mendapatkan kembali penglihatan yang bagus di kedua mata.

Kasus ini menggambarkan keunggulan FLACS dalam mengatasi zonulopati. Penciptaan CCC dan fragmentasi lensa yang konsisten oleh FLACS dapat meningkatkan tingkat keberhasilan, bahkan dalam kasus yang tidak terduga. Jenis komplikasi lainnya adalah kapsul posterior (PCC).

Salah satu penelitian yang dilakukan Vision Eye Institute Camberwell, Hawthorn East, VIC, Australia,  meninjau 2.021 prosedur FLACS berurutan antara 1 Juni 2012 dan 30 Agustus 2017. Semua kasus posterior capsular rupture (PCR) dengan atau tanpa prolaps vitreous atau zonular dialysis (ZD) yang mencegah penempatan di dalam kantong dari lensa intraokular dimasukkan. Faktor risiko dicatat dan hasil didokumentasikan. Enam mata dari 2.021 (0,3%) yang menjalani FLACS memiliki PCR atau ZD. Satu mata (0,25%) dari 403 mata yang menjalani operasi katarak manual memiliki PCR. Tidak ada perbedaan hasil yang signifikan. Faktor risiko termasuk usia lanjut, nukleus padat, pseudoexfoliation, dan pupil kecil. Hanya satu kasus dalam seri FLACS yang mungkin secara langsung dikaitkan dengan prosedur FLACS.

Penelitian ini memberikan bukti bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam tingkat PCC antara FLACS dan operasi katarak manual, bahkan mampu bekerja dengan lebih baik dan dengan waktu penanganan yang lebih cepat dibandingkan operasi seperti biasa.

Sumber:
  1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
  2. The advantages of femtosecond laser-assisted cataract surgery for zonulopathy
  3. Posterior capsular complication rates with femtosecond laser-assisted cataract surgery: a consecutive comparative cohort and literature review

Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaPenyebab Kembalinya Radang Tenggorokan Pada Anak-Anak

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar