Kejang Demam atau Febrile Seizure adalah salah satu gangguan kejang yang umumnya terjadi pada masa kanak-kanak. Terjadi pada 2% hingga 5% anak berusia 3-60 bulan. Biasanya dianggap sederhana walaupun mereka dengan onset fokal, durasi yang lama atau terjadi lebih dari sekali dalam penyakit demam yang sama yang dianggap lebih kompleks.
Data kejadian kejang demam di Indonesia masih terbatas. Insiden dan faktor predileksi kejang demam di Indonesia sama dengan negara lain. Kira-kira satu sampai tiga anak dengan kejang demam pernah mempunyai riwayat kejang demam sebelumnya, dengan sekitar 75% terjadi pada tahun yang sama dengan kejang demam pertama, dan sekitar 90% terjadi pada tahun berikutnya dengan kejang demam pertama.
Dengan demikian, secara kasar dapat diperkirakan bahwa prevalensi kejang demam pada anak di Indonesia cukup banyak, mengingat banyak faktor predileksi yang dapat menyebabkan kejang demam.
Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa kekurangan zat besi bisa menjadi faktor risiko untuk kejang demam. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan tingkat anemia defisiensi besi pada anak demam dengan dan tanpa kejang.
Karena adanya kandungan besi dalam struktur hemoglobin, hal itu menyebabkan adanya peranan penting dalam pengangkutan oksigen ke jaringan yang berbeda seperti otak.
Beberapa bukti mengarah pada hipotesis bahwa kekurangan zat besi dapat berperan dalam timbulnya kejang. Kekurangan zat besi mengurangi metabolisme beberapa neurotransmitter.
Namun, studi yang dilakukan sejauh ini telah melaporkan hasil yang bertentangan. Beberapa penelitian lain telah melaporkan bahwa pada pasien dengan defisiensi besi, kejang demam secara signifikan lebih tinggi daripada pada kelompok yang terkontrol.
Karena hubungan antara defisiensi besi dan kejang demam belum ditentukan, kemungkinan atau faktor tidak dikenal lainnya dapat dianggap sebagai penyebab. Kebiasaan dan pola makan anak-anak memainkan peran penting dalam penyerapan dan penyimpanan zat besi dan mencegah anemia defisiensi besi.
Faktor risiko untuk kejang demam pertama, rekurensi kejang demam, dan perkembangan epilepsi di masa depan bervariasi dan dapat diidentifikasi. Anak-anak dengan kejang demam menghadapi sedikit risiko mortalitas dan morbiditas dan tidak memiliki hubungan dengan kerusakan otak yang terdeteksi. Kekambuhan adalah mungkin, tetapi hanya kemungkinan kecil yang mengarahkan kejang ini adalah epilepsi.