sejawat indonesia

Ketika Dokter berada di Acara Keluarga: Dilema Etik dan Cara Menghadapinya

Momen berkumpul bersama keluarga atau sahabat, seperti dalam acara pernikahan, pesta ulang tahun, atau hari raya, seringkali tidak sederhana bagi seorang dokter. Dokter sering dimintai nasihat atau pendapat tentang masalah medis oleh kerabat dan teman. Dari sekadar bertindak sebagai penerjemah atau fasilitator, menawarkan pendapat klinis, hingga memberikan perawatan medis. Bahkan, kebiasaan ini sudah terjadi sejak masih menyandang status Mahasiswa Kedokteran.

Saat kembali ke rumah untuk liburan, saudara atau teman sekolah menengah kita ingin tahu apa arti dari rasa sakit atau ruam yang mereka alami. Kemudian, ketika kita sudah menjadi dokter, anggota keluarga dan teman-teman meminta kita untuk membantu menjelaskan kompleksitas sistem perawatan kesehatan; menafsirkan gejala, tanda fisik, tes laboratorium; merekomendasikan dokter umum atau spesialis; menjelaskan diagnosis; dan berbagai permintaan lainnya.

Meskipun para dokter menangani sebagian besar permintaan tersebut dengan baik, tapi kadangkala itu bisa menimbulkan kesalahpahaman dan konflik.

Permintaan-permintaan tersebut biasanya tampak sederhana, kebutuhan informasi faktual atau "dokter yang baik" untuk ditemui. Terkadang kita diminta untuk menggunakan penilaian atau anjuran klinis. Permintaan tersebut secara umum terbagi ke dalam kategori berikut ini: 

  1. Meminta informasi medis faktual (misalnya: Apa saja tanda dan gejala diabetes? Bagaimana kanker prostat berkembang?)
  2. Permintaan rekomendasi tentang dokter mana yang harus dikunjungi (misalnya: Siapa ahli jantung yang bagus?)
  3. Permintaan informasi medis ditambah beberapa pertimbangan (misalnya: Apa arti PSA 7,5? Bagaimana saya tahu jika saya menderita kanker prostat?)
  4. Permintaan untuk berbicara dengan dokter yang telah memeriksa kerabat/teman yang bertanya (misalnya: saya tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Bisakah Anda berbicara dengan dokter saya?)
  5. Permintaan untuk memfasilitasi perawatan seseorang (misalnya, Dapatkah Anda campur tangan atas nama saya?)
  6. Permintaan untuk melibatkan pihak ketiga untuk mengakses perawatan medis (misalnya, Bisakah Anda menelepon X dan membuatnya menemui Dr. Y?)
  7. Permintaan penilaian tentang pemeriksaan medis tertentu (misalnya: Apa yang akan Anda lakukan jika gejala, hasil, atau kondisinya seperti ini?)
  8. Meminta pendapat medis tentang kelayakan rekomendasi medis atau pengobatan (misalnya: Apakah menurut Anda, dokter saya sudah melakukan hal yang benar?)

Anggota keluarga, kerabat, atau teman melakukan permintaan tersebut biasanya dimotivasi oleh berbagai hal. Dari sekadar ingin tahu, kebutuhan akan bimbingan dalam lingkungan yang tidak nyaman atau asing, kekhawatiran tentang diri sendiri atau orang yang dicintai, frustrasi dan kemarahan akan dokter lain atau terhadap sistem perawatan kesehatan. Mereka juga mungkin mencari dan berharap jawaban yang berbeda dalam situasi medis yang mengancam. 

Kurangnya akses ke perawatan medis juga dapat memicu permintaan tersebut. Terkadang permintaan seperti itu mencerminkan komunikasi yang buruk dengan dokter yang biasa mereka temui.

Dokter, umumnya termotivasi untuk menanggapi atas dasar persahabatan, tugas, dan keinginan untuk membantu. Tapi biasa juga ada dorongan ingin tahu lebih banyak. Kadang-kadang dokter merasa mereka perlu mengendalikan situasi medis teman atau kerabat mereka, karena mereka pikir memiliki keahlian yang sesuai atau tidak mempercayai dokter lain atau sistem untuk melakukan hal yang benar.

Harapan kerabat/teman yang bertanya dan dokter biasanya sejalan dan ada saling pengertian tentang peran dokter sebagai penyedia informasi, pemberi petunjuk, dan sumber terbatas akan informasi yang dicari.

Namun, kadangkala yang terjadi juga sebaliknya. Misalnya, teman/kerabat mungkin tidak membedakan antara dokter sesuai keahlian medis mereka dan melihat semuanya mampu menangani sebagian besar masalah medis atau situasi lain yang terkait tanpa peduli bidang dan spesialisasi dari seorang dokter.

Persoalan Etik dan Legal

Dalam berinteraksi dengan kerabat dan teman, dokter membawa prinsip-prinsip etika tradisional profesi medis, kombinasi dari keinginan untuk berbuat baik dan meringankan penderitaan (beneficence), niat untuk meminimalkan bahaya (nonmaleficence), dan kewajiban untuk memberikan perawatan.

Dokter kadang-kadang berasumsi, dan sering keliru akibat ikatan keakraban bersama teman/kerabat, bahwa informasi medis dapat dibagikan dengan orang lain dalam lingkaran dekat keluarga atau teman. Juga, jika mereka yang bertanya berbicara untuk orang lain yang membutuhkan nasihat medis, bagaimanapun hak prerogatif etis orang itu sebagai orang yang berhak mendapatkan kerahasiaan dan sebagai individu yang otonom perlu dihormati. 

Sulit untuk menetapkan aturan prosedur yang jelas untuk persoalan ini, tetapi dokter harus memperhatikan kebutuhan untuk menjaga otonomi dan kerahasiaan. Selanjutnya, karena ambiguitas antara kerahasiaan dan keterbukaan dalam hubungan tertentu, dokter mungkin bertanya-tanya, ketika seorang kerabat atau teman menceritakan kisah medis pribadi, apakah ini sesuatu yang harus mereka bicarakan?

Para dokter tidak kebal dari tuntutan meskipun itu adalah konsultasi informal yang biasa terjadi dalam berbagai interaksi. Apa yang dikatakan Olick dan Bergus mengenai konsultasi informal antara dokter dengan pasien tampaknya tepat untuk memberi batas dalam konsultasi informal bersama kerabat/teman: 

“…adanya hubungan dokter-pasien merupakan prasyarat untuk klaim malpraktik…Hubungan dokter-pasien adalah konsensual dan didasarkan pada gagasan kontrak, baik tersurat maupun tersirat. Biasanya, ruang lingkup dan sifat hubungan tidak secara eksplisit disepakati di awal. Sebaliknya, hubungan berkembang dan disimpulkan dari komunikasi dan perilaku dokter dan pasien… Memeriksa pasien secara pribadi atau mengharapkan pembayaran untuk layanan tersebut—fitur khas konsultasi formal—hampir pasti akan membentuk hubungan hukum dengan pasien.”

Johnson menyarankan dokter untuk mendekati kerabat dan teman yang mencari nasihat klinis dengan keahlian dan penilaian profesional yang sama seperti pasien lain, untuk mendokumentasikan pertemuan tersebut, untuk meminta orang tersebut datang ke kantor jika pemeriksaan diperlukan atau jika catatan perlu ditinjau lebih jauh, dan memperhatikan berbagai aturan yang berlaku.


Baca Juga:


Praktik yang Dilematis

Permintaan nasihat medis dari kerabat dan teman umumnya datang dalam konteks ikatan keluarga atau persahabatan yang ada dan riwayat kepercayaan dan pengalaman bersama. Hal tersebut menciptakan lingkungan di mana teman/kerabat merasa bahwa dia memiliki izin untuk mendekati dokter dalam mendapatkan nasihat medis. Biasanya kerabat atau teman senang menerima saran, dan dokter senang melayani. Bagaimanapun, itulah yang seharusnya dilakukan dokter!

Pengaruh yang umumnya bermanfaat ini dapat berkurang dengan kekhawatiran yang mungkin dimiliki teman/kerabat atau dokter sendiri. Mereka mungkin khawatir tentang memaksakan pada dokter atau merasa malu dengan situasi medis dan dengan demikian membatasi informasi yang diberikan kepada dokter, membatasi kemampuan dokter untuk merespon dengan tepat. 

Sebaliknya, teman/kerabat mungkin tidak khawatir tentang memaksakan pada dokter, yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Beberapa dokter mengembangkan "zona aman" dalam hidup mereka, seperti keluarga dan liburan, di mana mereka merasa relatif bebas dari tanggung jawab praktik medis. Dokter berbeda pendapat dalam hal ini, beberapa mungkin merasa terbebani oleh permintaan anjuran medis dari kerabat dan teman.

Ketegangan dapat berkembang ketika para pihak tidak saling memahami secara implisit atau eksplisit tentang harapan dan batasan interaksi; dokter takut situasi canggung atau kemungkinan perselisihan dalam keluarga atau persahabatan; pemohon mencari nasihat medis di luar kemampuan atau tingkat kenyamanan dokter; dokter memberikan nasihat yang disalahartikan, disalahgunakan, tidak diikuti, atau tidak benar; pemohon menganggap dokter sebagai salah satu dokter yang bertanggung jawab dalam kasus tersebut; dokter merasa bertentangan dalam berbagai peran, misalnya, sebagai dokter dan saudara kandung; atau dokter menjadi takut akan kemungkinan litigasi malpraktik. Selanjutnya, pengalaman sebelumnya dengan pemohon dapat menimbulkan kehati-hatian, permusuhan, atau kondisi buruk lainnya.

Rekomendasi dalam Merespon Permintaan Teman/Kerabat 

  • Jelaskan dengan jelas tentang harapan mereka dan diri Anda sendiri, termasuk apakah Anda dimintai informasi faktual sederhana, penilaian medis, atau untuk lebih terlibat secara substansial. Jika karena alasan tertentu Anda tidak dapat menanggapi permintaan atau memiliki kekhawatiran, jelaskan. Dalam hubungan dekat, seperti dengan pasangan, orang tua, anak, atau saudara kandung, adalah masalah penilaian apakah Anda secara eksplisit mengungkapkan sejauh mana keterlibatan dan komitmen awal dan yang terjadi kemudian.
  • Perlakukan interaksi Anda dengan kerabat atau teman dengan keahlian dan penilaian profesional yang sama seperti yang Anda lakukan pada pasien mana pun, meskipun interaksi itu mungkin informal. Dokumentasikan pertemuan tersebut dengan catatan singkat untuk file pribadi Anda, yang dapat berguna jika Anda terus berinteraksi dengan kerabat atau teman Anda.
  • Ketahuilah bahwa pemeriksaan fisik yang terstruktur dan terutama membebankan biaya memperkuat terjalinnya hubungan hukum dokter-pasien. Sebagian besar permintaan anjuran medis tidak memerlukan pemeriksaan fisik terstruktur, tetapi jika Anda memilih untuk memeriksa pasien, Anda perlu memutuskan apakah pemeriksaan harus dilakukan di saat itu juga atau di Rumah Sakit dan tempat praktik Anda.
  • Hormati otonomi dan kerahasiaan teman/kerabat dan sesuaikan dengan persyaratan legal yang berlaku. Pastikan pemohon menyetujui pembagian informasi, bahkan dalam hubungan dekat. Dapatkan izin pasien jika Anda meninjau catatan medis atau informasi lainnya. Jika pemohon berbicara mewakili orang lain, hormati otonomi dan kerahasiaan orang tersebut.
  • Waspadai potensi konflik antara peran Anda sebagai kerabat atau teman dan sebagai dokter. Penilaian profesional Anda mungkin bertentangan dengan penilaian emosional Anda. Selanjutnya, semua dokter memainkan sejumlah peran yang berbeda (misalnya, dokter, pasangan, orang tua, teman, tokoh masyarakat) yang dapat memperkuat atau bertentangan satu sama lain, dan kita semua dapat mengambil manfaat dengan merenungkan hal ini dan mendiskusikan masalah tersebut dengan rekan kerja untuk dipertimbangkan, agar lebih memahami bagaimana menghindari konflik dan mengoptimalkan sinergi di antara berbagai peran tersebut.
Semoga berbagai pertimbangan dan rekomendasi di atas membuat dokter semakin bijaksana dalam menanggapi permintaan teman/kerabat dan tetap nyaman di setiap interaksi bersama mereka.

Baca artikel kedokteran terbaru lainnya dari Sejawat Indonesia dan jangan lupa ikuti CME tentang tatalaksan terbaru di sini. 

Referensi:
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaTorsio Testis di Ruang Gawat Darurat: Strategi Deteksi dan Manajemen

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar