sejawat indonesia

Mengapa Artikel Ilmiah yang Telah Ditarik, Masih Terus Dikutip?

Pencabutan/penarikan artikel (Article Retraction) yang diterbitkan dalam jurnal akademik adalah langkah untuk mengoreksi sekaligus mengingatkan pembaca terhadap artikel yang berisi konten/data, maupun metodologi yang keliru sehingga temuan dan kesimpulannya tidak dapat diandalkan. 

Meskipun pencabutan artikel jumlahnya masih cukup kecil (sekitar 5 per 10.000 artikel yang diterbitkan), namun jumlah tersebut telah telah jauh meningkat dibanding beberapa tahun sebelumnya. Tingkat pencabutan tercatat paling tinggi pada awal dan fase akut pandemi covid-19. Bahkan, hingga empat kali lebih tinggi daripada selama wabah penyakit menular lainnya seperti HIV, influenza H1N1, atau Ebola.

Secara sederhana, kutipan harus berhenti segera setelah artikel ditarik kembali. Tapi, dalam kenyataannya tidak sesederhana itu. Retraksi atau pencabutan artikel justru tidak berpengaruh pada jumlah kutipan terkait artikel tersebut, dengan kata lain bahwa peneliti dan penulis terus mengutip artikel yang sudah dicabut. 

Misalnya, dalam analisis 2019, dari 54 makalah yang ditarik kembali yang melaporkan metode diagnostik radiologis, 30 dari artikel (56%) memiliki jumlah kutipan yang lebih tinggi setelah pencabutan. Selain itu, 546 dari 559 total kutipan pasca pencabutan dari 54 artikel ini tidak merujuk pencabutan, menunjukkan bahwa penulis tidak menyadari status pencabutan tersebut. 

Contoh lainnya, makalah yang diterbitkan di Cell pada tahun 2010, ditarik kembali pada tahun 2014, tetapi terus dikutip secara luas pada tahun 2016, dengan 94% kutipan dan tidak sekalipun menyebutkan pencabutan tersebut.

Salah satu hal yang dapat menjelaskan persoalan tersebut adalah salinan artikel yang yang telah dicabut atau ditarik kembali dapat dipublikasikan di berbagai situs web yang berbeda di mana artikel-artikel tersebut mungkin tidak diidentifikasi sebagai artikel yang telah dicabut.

Mengapa pengutipan bermasalah tersebut terus berlangsung?

Selain penyebaran artikel yang banal di rimba internet seperti yang dijelaskan di atas,  tidak semua database dan jurnal dengan jelas menandai artikel yang dicabut, sehingga menyulitkan peneliti untuk mengidentifikasi makalah yang ditarik kembali. 

Dalam studi terhadap 233 pencabutan artikel yang diterbitkan pada tahun 2013, 52 (22%) artikel asli tidak ditandai sebagai retracted di situs web penerbit. Jika artikel tidak dikoreksi di situs web penerbit, situs lain yang menghosting referensi online atau artikel teks secara lengkap, mungkin tidak menyadari bahwa artikel-artikel tersebut telah ditarik kembali. Misalnya, sebuah studi pada Mei 2022 menemukan bahwa hanya 11 dari 30 Preprint yang terkait dengan publikasi jurnal yang ditarik kembali di Research Square, bioRxiv, dan medRxiv yang menyertakan indikasi pencabutan.

Database multidisiplin seperti Scopus dan Web of Science tidak secara jelas dan konsisten menampilkan status retracted, bahkan sekelas Google Scholar yang secara luas dianggap sebagai sumber informasi ilmiah paling komprehensif, tidak memiliki kontrol kualitas dan pedoman indeks yang jelas. Misalnya, dua artikel yang ditarik terkait dengan covid-19 diterbitkan di New England Journal of Medicine dan di Lancet tidak ditandai di Google Scholar sampai 5 bulan setelah pencabutannya.

PubMed, yang berspesialisasi dalam biologi dan kedokteran, paling baik mematuhi prosedur untuk mendokumentasikan dan memperbarui publikasi yang ditarik. Tidak ada data yang tersedia tentang sejauh mana situs seperti Google Scholar, ResearchGate, dan Sci-Hub menandai artikel yang ditarik kembali. 

Identifikasi/pelabelan Artikel yang telah ditarik (Retracted Article) di berbagai website penerbit dan penyedia.

Namun, meskipun label retracted ditampilkan secara jelas oleh berbagai penyedia artikel, tetap hadir kemungkinan untuk diabaikan. Itu disebabkan karena banyaknya literatur ilmiah, menciptakan apa yang disebut ‘information overload’--Satu kondisi banjir informasi yang membuat seseorang langsung mempercayai informasi yang telah dikutip berulang kali.

Faktor lain yang berkontribusi adalah kurangnya kesadaran tentang implikasi serius dari mengutip makalah yang telah dicabut. Beberapa peneliti mungkin mengutip artikel bermasalah tersebut tanpa sepengetahuannya, sementara yang lain mungkin tidak sepenuhnya memahami potensi bahayanya. Mengutip artikel yang telah dicabut dapat memberikan kredibilitas yang tidak terjamin dan menyebarkan temuannya yang keliru, yang dapat menyesatkan penelitian dan kebijakan di masa mendatang.

Selain itu, 'file drawer problem' memperburuk masalah ini. Istilah ini mengacu pada kecenderungan para peneliti untuk mengutip hasil positif dan mengabaikan hasil negatif. Pada konteks pengutipan asal-asalan, ini bisa berarti bahwa seorang peneliti lebih cenderung mengutip studi yang mendukung hipotesis mereka, meskipun statusnya tidak valid.

Motivasi mengutip artikel yang telah berstatus retracted lebih dari sekadar keingintahuan akademis. Ini memiliki implikasi dunia nyata, terutama di bidang seperti kedokteran dan kesehatan masyarakat, di mana informasi yang tidak akurat dapat secara langsung memengaruhi perawatan pasien dan keputusan kebijakan.

Solusi yang bisa diupayakan

Meningkatkan visibilitas dari pemberitahuan pencabutan adalah titik awal yang penting. Database dan jurnal harus memastikan artikel yang ditarik ditandai dengan jelas dan mudah diidentifikasi. Selain itu, pencabutan harus diumumkan segera dan disebarluaskan untuk membatasi celah pengutipan.

Mendidik peneliti tentang pentingnya memverifikasi status makalah yang ingin mereka kutip juga dapat membuat perbedaan. Ini dapat melibatkan pelatihan dalam etika dan integritas penelitian, menekankan konsekuensi potensial dari mengutip artikel yang ditarik kembali.

Terakhir, memanfaatkan kekuatan teknologi dapat memberikan solusi proaktif. Alat yang secara otomatis menandai makalah yang ditarik kembali selama proses kutipan dapat memperingatkan peneliti tentang status makalah yang ditarik kembali, mencegah kutipan yang tidak disengaja. Salah satu contoh terbaik adalah apa yang dilakukan oleh  PubMed atau melakukan kerja sama dengan database Retraction Watch, situs yang berisi daftar artikel yang sudah dicabut terlengkap dan terus diperbarui hingga saat ini. 

Di sisi penulis atau peneliti, juga dapat mengidentifikasi artikel yang retracted dalam daftar kutipan mereka dengan menggunakan perangkat lunak Zotero atau EndNote. Keduanya memiliki kemampuan bawaan untuk memantau pencabutan dengan memeriksa basis data Retraction Watch setiap kali perangkat lunak tersebut dioperasikan.


Tampilan penggunaan Zotero untuk mengidentifikasi artikel penelitian yang telah ditarik

Terlepas dari strategi ini, penting untuk mengakui bahwa masalah kutipan terus-menerus untuk artikel yang telah dicabut sudah tertanam dalam budaya dan sistem penelitian. Mengatasinya membutuhkan perubahan dalam cara kita melihat status pencabutan, sebagai sesuatu yang tidak sepele dan bisa diabaikan begitu saja. 

Tindakan tersebut adalah masalah kompleks yang mengancam integritas penelitian ilmiah. Solusinya membutuhkan pendekatan multifaset, yang melibatkan penyebaran dan visibilitas pemberitahuan pencabutan yang lebih baik, peningkatan kesadaran peneliti, dan penggunaan teknologi untuk menandai artikel yang ditarik kembali. 

Memastikan integritas ilmiah mengharuskan setiap orang yang terlibat dalam publikasi ilmiah untuk berkomitmen pada identifikasi pencabutan yang lebih baik, mengurangi pemborosan penelitian, dan menghindari bahaya bagi mereka yang terdampak dengan hasil penelitian yang keliru seperti dokter dan pasien.

Referensi:

  • Brainard J. Rethinking retractions. Science2018;362:390-3. doi:10.1126/science.362.6413.390.
  • Bhatt B. A multi-perspective analysis of retractions in life sciences. Scientometrics2021;126:4039-54. doi:10.1007/s11192-021-03907-0.
  • Gaudino M, Robinson NB, Audisio K, et al. Trends and characteristics of retracted articles in the biomedical literature, 1971 to 2020. JAMA Intern Med2021
  • Teixeira da Silva JA, Bornemann-Cimenti H, Tsigaris P. Optimizing peer review to minimize the risk of retracting COVID-19-related literature. Med Health Care Philos2021
  • Bar-Ilan J, Halevi G. Post retraction citations in context: a case study. Scientometrics2017
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaTukang Urut 1 – 0 Dokter

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar