sejawat indonesia

Mengenal Bahaya Sindrom Gorlin yang Misterius

Salah satu kasus langka dalam dunia medis adalah Nevoid basal cell carcinoma syndrome (NBCCS) atau yang biasa disebut sebagai Sindrom Gorlin. Ini adalah kelainan genetik kompleks langka. Gejalanya ditandai dengan berbagai kelainan perkembangan tumbuh dan kecenderungan untuk mengembangkan bentuk kanker tertentu.

Pada tahun 1894, duo dermatologis Adolf Jarisch dan J.C. White membuat deskripsi pertama pasien dengan sindrom ini, menyoroti adanya beberapa karsinoma basoseluler. Meski demikian, baru pada tahun 1960 ketika Robert W. Gorlin dan Robert W. Goltz menetapkan penjelasan klasik yang menjelaskan diagnosis sindrom ini yakni multipel epitelioma basoseluler, keratokista di rahang, dan bifida pada tulang tusuk. Para penderitanya ini diperkirakan cuma 1 dari 50.000 hingga 150.000 orang dari populasi umum. Laki-laki dan perempuan sama-sama berpotensi terkena.

Gejala umumnya termasuk munculnya beberapa bercak BCC di masa remaja atau dewasa awal, tumor Otodontogenic keratocyst (OKCs) pada rahang, lubang telapak tangan dan telapak kaki, serta terjadi malformasi pada tulang. Beberapa individu yang terkena mungkin memiliki fitur wajah yang khas, tapi akan kian kentara lewat pemeriksaan X-Ray.

Gejala spesifik dan tingkat keparahan NBCCS dapat berbeda-beda dari satu orang ke orang lain, bahkan di antara anggota keluarga yang sama. Beberapa sistem organ dapat terdampak oleh sindrom tersebut. Sindrom Gorlin ini juga dapat menyebabkan tumor jinak (bukan kanker) di rahang, jantung, atau ovarium.

Namun, ada juga berisiko berujung pada medulloblastoma (sejenis kanker otak, biasa juga disebut primitive neuroectodermal tumor) yang bisa merenggut nyawa penderitanya. Tanda dan gejala lainnya yakni ukuran kepala lebih besar dan fitur wajah yang tidak biasa, lubang kecil di kulit tangan dan kaki, kelainan tulang belakang/tulang rusuk/tengkorak; masalah mata, ditambah masalah tertentu yang iringi tumbuh kembang anak dan remaja.

Timbulnya gejala spesifik dapat bervariasi, terjadi di usia apa saja, entah dari umur balita hingga dewasa. Sebagian besar kasus Sindrom Gorlin disebabkan oleh perubahan (mutasi) pada gen PTCH1, tetapi mutasi pada gen SUFU dan PTCH2 dapat menyebabkan serangkaian karakteristik (fenotipe) yang serupa. Tapi, memang lebih sering ditemukan kasus sporadis terjadi karena mutasi baru.

Mutasi gen PTCH1 memberikan instruksi untuk membuat protein yang disebut patched-1, yang berfungsi sebagai reseptor. Protein reseptor memiliki situs tertentu, di mana protein tertentu lain, yang disebut ligan, cocok seperti kunci ke dalam lubang. Bersama-sama, ligan dan reseptornya memicu sinyal yang memengaruhi perkembangan dan fungsi sel. Protein yang disebut Sonic hedgehog (berasal dari nama karakter video game) adalah ligan untuk reseptor patched-1. Patched-1 kemudian bertugas memblokir pertumbuhan dan pembelahan sel (proliferasi) hingga Sonic gedgehog terpasang.

Gen PTCH1 adalah gen penekan tumor, yang berarti menghentikan sel sebelum berkembang biak terlalu cepat atau dengan cara yang tidak terkendali. Mutasi pada gen ini mencegah produksi patched-1. Dengan kata lain, menyebabkan produksi versi reseptor yang abnormal. Reseptor patched-1 yang diubah atau hilang tidak dapat secara efektif menekan pertumbuhan dan pembelahan sel. Akibatnya, sel-sel berkembang biak tak terkendali untuk membentuk tumor yang merupakan karakteristik dari sindrom Gorlin. Tapi, perihal bagaimana mutasi gen PTCH1 menyebabkan tanda dan gejala lain yang terkait dengan kondisi ini masih kurang jelas.

Ciri khas sindrom Gorlin juga dapat dikaitkan dengan perubahan kromosom yang disebut mikrodelesi 9q22.3, di mana sepotong kecil kromosom 9 dihapus pada setiap sel. Penghapusan ini mencakup segmen kromosom 9 yang berisi gen PTCH1. Dan akibatnya, orang dengan mikrodelesi 9q22.3 kehilangan satu salinan gen ini.


Baca Juga :

Penyakit Kulit: Dari Kesadaran Hingga Terapi Gen

Terapi LED untuk Kulit, Apa Memang Semanjur Itu?


Hilangnya gen ini mendasari tanda dan gejala sindrom Gorlin pada orang dengan mikrodelesi 9q22.3. Individu yang terkena juga memiliki ciri-ciri yang biasanya tidak terkait dengan sindrom Gorlin. Di antaranya perkembangan yang tertunda, disabilitas intelektual, pertumbuhan tubuh yang berlebihan (makrosomia), dan kelainan fisik lainnya. Para peneliti percaya bahwa tanda dan gejala lain ini mungkin diakibatkan oleh hilangnya gen tambahan di wilayah kromosom 9.

Dalam sebuah penelitian, D. Gareth Evans dan Peter A. Farndorn menyebut bahwa mutasi pada gen PTCH1 bertanggung jawab atas 50 hingga 85 persen kasus sindrom Gorlin. Sedangkan mutasi pada gen lain bertanggung jawab atas kasus lainnya, kendati dampaknya belum terpetakan secara sempurna.

Singkatnya, dapat dikatakan bahwa Sindrom Gorlin adalah proses genetik autosomal dominan, yang juga mendapat perhatian khusus dari para ahli kesehatan mulut dan rahang atas. Beberapa artikel jurnal sudah membahas efek dari sindrom ini karena potensi keganasannya. Tapi untuk dapat memastikan diagnosis dini dari Sindrom Gorlin, para spesialis harus melakukan pemeriksaan klinis dan pencitraan pada usia suspect.

Fakta bahwa penularannya bersifat autosomal dominan baik menyiratkan perlunya konseling genetik. Sekitar 70% -80% penderita Sindrom Gorlin memiliki orang tua yang juga terkena. Ada juga sekitar 20% -30% lainnya mengalami kasus langka tersebut akibat dari varian patogen "de novo."

Lantas apa ada cara untuk mengetahuinya lebih cepat? Lembaga National Center of Biotechnology Information di Amerika Serikat menyebut bahwa keturunan dari individu yang terkena Sindrom Gorlin berpotensi mewarisi risiko hingga 50%. Tes prenatal untuk kehamilan berisiko dimungkinkan jika varian patogen PTCH1 atau SUFU telah diidentifikasi pada salah satu anggota keluarga yang terkena.

Sindrom Gorlin memang masih misterius. Tapi seiring minat para peneliti untuk menguliknya kian meningkat, pelan-pelan kondisi medis sangat langka ini bisa dipetakan secara rinci.



Referensi :

Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaPenurunan Fungsi Kognitif Mengintai Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar