sejawat indonesia

Menurut Riset: Paparan Layar Gadget (Screen Time) Menghambat Perkembangan Anak

Balita yang menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar – baik televisi, video game, atau ponsel dan perangkat elektronik lainnya – memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami keterlambatan tumbuh-kembang. Itulah kesimpulan dari satu penelitian yang dilakukan di Jepang dan terbit di JAMA Pediatrics, 21 Agustus 2023 lalu. 

Dalam studi kohort yang terhadap 7.097 anak-anak, waktu menatap layar yang lebih lama pada anak-anak usia 1 tahun, dikaitkan dengan keterlambatan perkembangan dalam komunikasi dan pemecahan masalah pada usia 2 dan 4 tahun.

Untuk keterampilan motorik halus, anak-anak yang menghabiskan 4 jam atau lebih sehari di depan layar, dikaitkan dengan risiko keterlambatan perkembangan 74% lebih tinggi pada usia 2 tahun dibandingkan dengan menonton kurang dari satu jam sehari pada usia 1 tahun.

Keterlambatan penyelesaian masalah terlihat pada 2 hingga kurang dari 4 jam per hari (OR 1,40, 95% CI 1,02-1,92) dan selama 4 jam atau lebih per hari versus kurang dari 1 jam per hari (OR 2,67, 95% CI 1,72-4,14 ). Keterampilan pribadi dan sosial dua kali lebih mungkin terjadi pada 4 jam atau lebih dibandingkan dengan kurang dari 1 jam per hari.

Hubungan yang signifikan bertahan hingga usia 4 tahun untuk keterlambatan perkembangan dalam komunikasi (OR 1,64 dengan 2 hingga <4 jam/hari dan OR 2,68 untuk ≥4 jam/hari) dan dalam pemecahan masalah (OR 1,91 untuk ≥4 jam/hari).

Secara sederhana, screen time yang berlebihan dapat mengganggu atau menggantikan interaksi dengan pengasuh dan membatasi peluang pertukaran verbal, yang dapat mengganggu komunikasi dan keterampilan sosial. Waktu di depan layar yang pasif, seperti menonton televisi atau video tanpa berpikir panjang, mungkin tidak memungkinkan anak-anak untuk melatih keterampilan pemecahan masalah secara interaktif. Jika penggunaan layar tidak memiliki komponen interaktif atau fisik, anak-anak akan tidak banyak bergerak dan mungkin tidak dapat melatih keterampilan motorik mereka.

Para peneliti juga menunjukkan batas waktu layar 1 jam per hari yang direkomendasikan oleh WHO dan American Academy of Pediatrics (AAP) untuk anak-anak usia 2 hingga 5 tahun, bertujuan memastikan bahwa mereka terlibat dalam aktivitas fisik dan mendapatkan tidur yang cukup untuk pertumbuhan yang lebih sehat. 

Pedoman AAP juga menyerukan tidak adanya screen time sebelum usia 18 bulan, selengkapnya lihat tabel di bawah ini:

Usia Screen Time
<18 Bulan Sebatas video call bersama orang dewasa (Mis: orang tua yang sedang di luar kota)
18 - 24 Bulan Hanya untuk menonton konten edukasi dan didampingi oleh pengasuh/orang tua.
2 - 5 Tahun 1 jam/hari kerja & 3 jam/hari di akhir pekan
6 tahun ke atas Batasi screen time dan perbanyak aktivitas fisik yang sehat

Catatan: Matikan semua layar saat makan dan jalan-jalan bersama keluarga. Pelajari dan gunakan fitur kontrol orang tua. Hindari penggunaan layar sebagai pengganti babysitter, atau untuk menghentikan tantrum. Matikan layar gadget 30-60 menit sebelum tidur.

Tapi meta-analisis terbaru menemukan bahwa hanya sebagian kecil anak yang memenuhi pedoman tersebut.

Temuan lain dari penelitian tersebut adalah ibu yang memiliki anak dengan tingkat waktu menonton yang tinggi, memiliki usia yang lebih muda dan cenderung baru menjadi ibu, memiliki pendapatan rumah tangga dan tingkat pendidikan ibu yang lebih rendah, serta Analisis tambahan melibatkan 19 anak yang orang tuanya melaporkan sendiri bahwa anak mereka telah didiagnosis dengan gangguan spektrum autisme atau Cerebral Palsy pada usia 4 tahun sebagai faktor dalam hubungan antara waktu menatap layar dan keterlambatan perkembangan. 

Beberapa keterbatasan dari penelitian ini salah satunya adalah kurangnya data untuk memisahkan screen time untuk konten edukasi dari jenis konten lainnya. Pemisahan tersebut mungkin membantu dalam memeriksa hubungan antara waktu menatap layar dan perkembangan anak sambil mempertimbangkan aspek positif dan negatifnya. Sebab, tentu saja, menonton program pendidikan atau obrolan video dengan keluarga tidak sama dengan menonton televisi secara pasif atau video TikTok yang bertempo cepat.

Data waktu pemakaian perangkat juga bisa menjadi keterbatasan. Waktu yang dilaporkan oleh orang tua bisa saja tidak akurat jika mereka tidak mengingat atau tidak mengetahui semua paparan layar anak-anak mereka atau tidak melaporkannya. Selain itu, data waktu pemakaian perangkat pertama kali dikumpulkan pada tahun 2013 dan ada teknologi, perangkat, dan aplikasi baru yang mungkin dapat diakses oleh anak-anak saat ini. 

Referensi:

  • Takahashi IObara TIshikuro M, et al. Screen Time at Age 1 Year and Communication and Problem-Solving Developmental Delay at 2 and 4 Years. JAMA Pediatr. Published online August 21, 2023. doi:10.1001/jamapediatrics.2023.3057
  • The American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 2020

 

Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaTransplantasi Ginjal Babi ke Manusia Sukses Dilaksanakan, akan Jadi Terobosan Terbaru?

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar