sejawat indonesia

Menyusui di Era Pandemi

Baik World Health Organization (WHO) maupun United Nations Children’s Fund (UNICEF) keduanya merekomendasikan pemberian ASI sedini mungkin dan secara ekslusif selama 6 bulan pertama kehidupan. Menyusui juga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesehatan baik bayi maupun ibu.

Sementara itu, data yang ada menunjukkan penurunan pemberian ASI kepada bayi baru lahir yang disebabkan karena pandemi Covid-19. Pada awal pandemi Covid-19, terdapat sedikit sekali data tentang penularan virus SARS-CoV-2 dari ibu hamil ke janinnya dan resiko penularan baik secara vertikal atau horizontal terhadap bayi baru lahir.

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) selama pandemi telah mengalami kendala karena berbagai kekhawatiran apakah infeksi virus bisa menular melalui air susu atau selama menyusui.  Pandemi Covid-19 memberikan beberapa tantangan terhadap pemberian nutrisi kepada bayi baru lahir, termasuk terhadap dukungan maternitas, menyusui, pemberian kontak skin-to-skin, dan dampak kepada keluarga secara keseluruhan.

Virus SARS-CoV-2 dapat mengenai segala usia. Ia juga bisa mengenai ibu hamil sehingga diperlukan perhatian yang lebih terhadap manajemen ibu hamil dan melahirkan. Telah dilakukan penelitian terhadap infeksi Covid-19 pada bayi baru lahir dan tidak ada yang menunjukkan bahwa menyusui menjadi metode transmisi penularan virus.

Transmisi secara vertikal menuju kepada jalan pathogen dari ibu ke bayi baru lahir selama periode kehamilan dan setelah melahirkan, termasuk melalui darah plasenta selama kehamilan, lewat jalan lahir saat bersalin, dan selama menyusui saat postpartum.

Dari penelitian yang ada (Zhu et al.), tidak menemukan adanya bukti transmisi secara vertikal. Penelitian lain juga menggunakan sampel ASI dari 18 ibu yang terinfeksi Covid-19 dan walaupun terdeteksi RNA dalam sampel tersebut, tetapi kultur selanjutnya terhadap sampel yang sama menunjukkan hasil negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa RNA virus SARS-CoV-2 yang ditemukan pada air susu tidak mengandung virus yang bisa bereplikasi dan sangat kecil kemungkinan untuk menginfeksi bayi baru lahir.

ASI melindungi bayi baru lahir dan memiliki efek protektif yang kuat melawan penyakit infeksi, karena adanya transfer antibodi langsung dari ibu. ASI memiliki keuntungan baik untuk ibu maupun bayinya. Pemberian ASI sedini mungkin secara signifikan menurunkan resiko kematian pada bayi.

Dikutip dari Lancet Breastfeeding Series (2016), dilaporkan bahwa menyusui dapat mencegah sekitar 823.000 kematian pada anak setiap tahun. Menyusui juga mengurangi morbiditas dan mortalitas sebesar 64% pada diare, 74% pada RSV dan mencegah rawat inap di rumah sakit karenanya sebesar 72%. Angka-angka ini menunjukkan adanya barrier protektif yang dapat diperoleh dengan menyusui yang dapat melindungi dari virus Covid-19.

Baca Juga:

Bayi baru lahir memiliki sistem imun yang belum matang dan berfungsi sepenuhnya. Sehingga senyawa dalam ASI yang disebut colostrum dapat menjadi booster imun yang baik. Ia bisa melindungi bayi dari infeksi dengan sekresi antibody IgA. Air susu ibu juga merupakan sumber yang kaya akan immunoglobulin, laktoferin, lysozim, dan sitokin yang memiliki peran penting dalam menyerap dan mematikan mikro-organisme yang bisa menyebabkan penyakit. Ia juga memberikan perlindungan dengan cara mengatur respon imun bayi. Oligosakarida dalam air susu manusia, dalam bentuk mikrobiom, merupakan probiotik dan membantu perkembangan sistem imun bayi juga memiliki peran dalam melawan antigen bakteri dari luar.

Selain itu, bonding atau kedekatan yang terjadi saat pemberian ASI secara langsung atau skin-to-skin juga merupakan peran penting untuk memberikan rasa nyaman pada bayi dan ibu sehingga efek menenangkan tersebut juga dapat menstimulasi sistem imun untuk bekerja secara optimal.

Semua hal tersebut merupakan alasan mengapa pemberian Air Susu Ibu tetap menjadi hal yang penting pada masa pandemi. Berdasarkan penelitian tentang transmisi vertikal dari ibu dan bayi yang dilakukan, maka ACOG (American College of Obstetrician) juga menyatakan bahwa pemberian ASI tetap harus dilakukan.

Hal ini juga didukung oleh American Academy of Pediatrics (AAP) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga merekomendasikan bahwa bayi dan ibu yang terinfeksi dan mengalami gejala berat harus dipisahkan dan tetap mematuhi protokol kesehatan dengan menjaga jarak sekitar 2 meter, dan ASI dikeluarkan dengan menggunakan pompa. Pemberian ASI dilakukan oleh anggota keluarga yang sehat setelah ASI diperas oleh ibu.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi ibu untuk menyusui di masa pandemi:

  1. Pemberian ASI tetap dilakukan pada ibu yang sehat atau asimptomatis.
  2. Pada ibu suspek Covid-19, pemberian ASI tetap dilakukan dengan menjaga protokol kesehatan seperti menggunakan masker selama aktivitas menyusui.
  3. Ibu yang terkonfirmasi Covid-19 tapi tidak bergejala bisa terus menyusui dengan protokol kesehatan.
  4. Ibu yang terkonfirmasi Covid-19 dengan gejala ringan menjalani isolasi mandiri bersama di rumah dan tetap menggunakan masker saat menyusui.
  5. Ibu terkonfirmasi dengan gejala berat (tetapi bisa tetap menyusui) dirawat di rumah sakit bersama dengan bayinya dan ASI tetap diberikan dengan meggunakan masker.
  6. Ibu terkonfirmasi yang terlalu sakit bisa memeras ASInya dan diberikan kepada bayinya oleh orang yang sehat.
  7. Dalam memeras ASI tetap memperhatikan kebersihan alat, tidak berbagi alat dengan orang lain, mencuci tangan dan peralatan dengan sabun, serta sterilisasi alat setiap setelah digunakan.
Pandemi seharusnya tidak menjadi alasan untuk seorang ibu tidak menyusui anaknya. Pemberian ASI sedini mungkin dan secara ekslusif tetap dilakukan dengan memperhatikan hal yang terkait dengan penularan virus Covid-19. Dengan demikian, bayi baru lahir tetap bisa terlindungi dan mendapatkan nutrisi yang penuh walaupun angka pandemi kini sedang tinggi-tingginya, terutama di Indonesia.         

Dapatkan berbagai informasi terkait kesehatan bayi dan Covid-19 melalui Artikel yang ada di Sejawat, ketahui juga berbagai tatalaksana terbaru beragam kondisi di Sejawat CME


Referensi:

Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaGlukosamin Dan Kondroitin Sulfat, Seberapa Efektif Obat Ini Dalam Penatalaksanaan Osteoarthritis?

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar