sejawat indonesia

Pemeriksaan Diabetes Melitus Gestasional untuk Ibu Hamil

Pemeriksaan Gestational Diabetes Melitus (GDM) untuk ibu hamil sudah sepantasnya dilakukan. Pemeriksaan ini telah didesain untuk mengidentifikasi ibu hamil yang memiliki tingkat gula darah yang tinggi, dan tes laboratorium yang mengukur tingkat gula darah memiliki ketepatan dan keakurasian yang tinggi.

Berikut ini terdapat beberapa fakta tentang GDM :

  • Didefinisikan sebagai intoleransi glukosa dalam derajat apapun saat permulaan ataupun penemuan pertama saat kehamilan yang secara terang-terangan tidak memiliki diabetes melitus.
  • Setiap tahun di Amerika Serikat, setidaknya 4 juta wanita melahirkan dan 240 ribu dari wanita-wanita tersebut, atau dengan kata lain 6%, menjadi diabetes saat sedang hamil.
  • Insidensi GDM merupakan fungsi tes pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosis kelainan (akan dijelaskan lebih lanjut di bawah).
  • Walaupun GDM biasanya hilang setelah kehamilan, tetap saja menjadikan ibu dan bayi memiliki resiko akan adanya isu kesehatan yang serius. Isu tersebut antara lain ; untuk ibu, termasuk preeclampsia dan meningkatkan kemungkinan akan berkembangnya diabetes tipe 2 setelah kehamilan. Sedangkan untuk sang bayi, ini termasukan macrosomia, distoksia bahu, dan meningkatnya kemungkinan akan obesitas sejak kecil.

Pertanyaan bagaimana cara yang terbaik untuk memeriksa GDM tidaklah mudah untuk dijawab karena para pakar tidak setuju mengenai cara terbaik untuk memeriksa keganjilan tersebut. Sedangkan semuanya setuju bahwa baik sang ibu maupun sang bayi dapat mengalami kelainan yang berbeda-beda jika GDM berlangsung tanpa tidak dideteksi dan diobati, terjadi ketidak samaan pendapat mengenai metode terbaik dalam mendeteksinya.

Beberapa Dilema Diagnosis

Untuk mengerti lebih dalam mengenai perseteruan ini, dengan pertimbangan akan bagaimana pemeriksaan GDM telah dilakukan di Amerika sejak 1964. Kebanyakan praktisi mengikuti dua langkah berikut:

  1. Pemeriksaan dilakukan saat gestasi dalam masa 24 sampai 28 minggu dengan mengukur gula darah sejam setelah seorang pasien yang tidak puasa mengkonsumsi 50-gram dosis glukosa. Hasil yang menunjukkan lebih dari 140mg/dL biasanya dijadikan sebagai batas, walaupun batas yang lebih kecil sebesar 130mg/dL dapat digunakan juga. Setiap hasil pemeriksaan yang lebih dari batas akan masuk ke tes diagnostik.
  2. Tes Diagnostik merupakan tes toleransi oral glukosa selama 3 jam atau Oral Glucose Tolerance Test (OGTT). Tes ini membutuhkan kumpulan sampel darah saat puasa yang diikuti dengan konsumsi 100 gram dosis glukosa dengan tambahan sampel darah yang didapatkan setiap jam selama 4 jam. Hasil tes dinyatakan positif dan GDM terkonfirmasi jika dua atau lebih dari total 4 tes glukosa menunjukkan keadaan di atas batas yang telah ditentukan sebelumnya. Ada dua set bata yang digunakan : batas National Diabetes Data Group atau batas Carpenter - Counstan.

Penting untuk diingat bahwa kedua set batas ini merupakan hasil modifikasi pengembangan penelitian yang dipilih untuk mengidentifikasi wanita yang memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami diabetes saat hamil.

Lebih jauh, kebutuhan akan dua atau lebih hasil yang abnormal dibutuhkan untuk menunjukkan bahwa hasil yang abnormal tidak dipilih semaunya untuk menghindari misklasifikasi yang terjadi karena "kesalahan laboratorium". Perlu juga diingat bahwa belahan dunia yang lain, pendekatan satu langkah digunakan untuk mendiagnosis GDM menggunakan metode 2 jam, 75 gram OGT. GDM didiagnosis ketika terdapat hasil tes glukosa yang melebih batas diagnostik yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO).

Kurangnya protokol yang universal dalam mendiagnosa GDM telah menjadikannya sulit untuk membandingkan hasil studi yang berbeda mengenai GDM. Terlebih lagi, karena perbedaan investigator yang digunakan dalam protokol yang berbeda dalam mengidentifikasi wanita yang mengalami kelainan, benar keserataan menjadi tidak diketahui. Untuk makin memperumit masalah, terdapat ambiguitas mengenai sifat mudah sakit ibu dan janin yang diasosiasikan dengan derajat hiperglekimia maternal yang beragam. Untuk mengatasi kekurangan ini, dilakukan studi Hyperglikemia dan Kelainan pada Kehamilan atau Hyperglycemia and Adverse Pregnancy Outcomes (HAPO).

Kriteria Kontroversial

HAPO merupakan studi multi-inti internasional yang termasuk didalamnya lebih dari 23000 wanita di sembilan negara yang diberikan 75 gram, 2 jam OGTT. Hasilnya dengan jelas menunjukkan asosiasi yang kuat dan berkelanjutan antara glukosa kehamilan dan kelainan pada kehamilan seperti bertambahnya berat badan saat kelahiran, kelahiran C-Section, dan hipoglikemia neonatal.

Hubungan berkelanjutan antara glukosa dan kelainan tersebut berarti mengartikan hasil HAPO menjadi praktek klinis akan menjadi sangat menantang. Dengan menyadari hal itu, para peneliti studi tersebut meminta adanya penjelasan ulang tentang kriteria yang digunakan untuk mendiagnosa GDM. Hasilnya, Asosiasi Diabetes Internasional dam Grup Studi Kehamilan berkumpul untuk menetapkan kriteria diagnosis baru untuk GDM.

Akhirnya, ditetapkan batas diagnosis yang memiliki rata-rata keganjilan rasio 1.75 kali untuk peningkatan lemak tubuh pada neonatal, besar usia kehamilan, dan konsentrasi serum tali pusar C-peptida lebih dari pada persentil ke 90. Mereka juga merekomendasikan OGTT yang universal, satu langkah, dua jam, dan 75 gram dilakukan selama kehamilan dan diagnosa GDM dibuat jika salah satu batas dari OGTT dua jam dicapai atau lebih.

Sangat penting disadari bahwa penggunaan batas-batas IADPSG akan membuat wanita setidaknya dua kali lebih besar didiagnosa GDM, dan hal ini sendiri membuat enthusiasme untuk mempelajari protokol yang baru menjadi menurun. Kritik paling nyaring digaungkan oleh American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) yang tetap mendukung pemeriksaan dan diagnosis dengan metode dua langkah dan merekomendasikan studi tambahan dilakukan sebelum perubahaan terhadap diagnostik GDM diadopsi.

Secara khusus, Endocryne Society, WHO dan American Diabetes Association (ADA) telah menerima pendekatan satu langkah. (ADA juga menerima pedekatan dua langkah dan juga tidak terlalu ambil bagian dalam kontroversi ini)

Untuk lebih jelasnya, semua pakar setuju bahwa pemeriksaan GDM untuk wanita hamil penting adanya dan menjadi bagian dari perawatan kebidanan. Bahwasanya, the United States Preventive Service Task Force telah merekomendasikan pemeriksaan GDM untuk semua ibu hamil.

Kontroversi berpusat pada bagaimana cara terbaik untuk memeriksa kondisi tersebut. Beberapa studi telah dilakukan untuk mengevaluasi hasil identifikasi GDM menggunakan pendekatan satu langkah atau dua langkah. Tidak menjadi kejutan bahwa hasil studi-studi tersebut tidak saling bersepakat.

Seperti yang sudah diduga sebelumnya, semua studi melaporkan adanya peningkatan jumlah wanita yang didiagnosa dengan GDM menggunakan metode satu langkah, sedangkan yang lain mendeskripsikan tidak adanya peningkatan dibandingkan dengan kasus GDM yang didiagnosa dengan metode dua langkah. Perhelatan pun tetap berlanjut sebab adanya ketidakjelasan mengenai peningkatan angka identifikasi yang menggunakan metode satu langkah telah dengan benar berguna dalam perawatan GDM atau mereka telah menjadi subyek dari intervensi yang tidak perlu.

Sebuah kesamaan dalam mengindentifikasi GDM diperlukan, tetapi dibutuhkan lebih banyak data dan studi sebelum terjadi kemufakatan yang memberikan benefit terbaik dengan resiko paling sedikit.

Sumber: http://www.mlo-online.com/an-update-on-gestational-diabetes-mellitus

Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaMengenal Autofagi Untuk Mengungkap Penyakit-penyakit Misterius

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar