sejawat indonesia

Peran Multivitamin pada Glaukoma

Glaukoma terjadi saat tekanan intraokuler meningkat melebihi kemampuan kompensasi jaringan saraf dan vaskuler di bola mata. Hal tersebut dapat disebabkan oleh dua kemungkinan: terjadinya peningkatan produksi akuos humor dan terganggunya proses pengeluaran akuos humor. Penyebab dari kedua hal tersebut oleh berbagai macam, namun tetap memiliki dampak yang sama, yaitu terjadinya disc cupping atau penggaungan dari diskus optikus.

 

Glaukoma sebagai penyakit neurodegenerative yang ditandai dengan apoptosis dan progresif dari sel ganglion retina (RGCs), memengaruhi lebih dari 70 juta orang di seluruh dunia, sekaligus menjadi salah satu penyebab kebutaan yang bersifat irreversible.

 

Jenis glaukoma yang paling umum adalah glaukoma sudut terbuka primer (POAG), pada glaukoma jenis lain, seperti glaukoma sudut primer atau glaucoma sekunder biasanya terjadi karena gangguan lain yang mendahului, tingkat prevalensinya tidak terlalu tinggi.

 

Glaukoma akut disebut juga glaukoma primer sudut, baik tertutup maupun terbuka, merupakan keadaan darurat okuler yang terjadi secara tiba-tiba sehingga harus diwaspadai, karena dapat terjadi secara bilateral dan dapat mengakibatkan kebutaan. Namun, risiko kebutaan dapat dicegah bila dapat didiagnosis dengan cepat dan penatalaksanaan yang tepat.

 

Sayangnya, Pasien yang menderita kehilangan penglihatan bidang sentripetal dikarenakan peningkatan dari diskus optikus, gejalanya biasanya masih asimptomatik, sehingga kebanyakan pasien yang datang ke dokter, telah sampai pada tahap kondisi lebih lanjut.

 

Beberapa faktor risiko yang menjadi penyebab dari POAG adalah myopia, usia lanjut, jenis kelamin, riwayat keluarga, peningkatan Tekanan Intra Okular (TIO) secara kronis. TIO adalah hasil keseimbangan yang baik antara produksi akuos humor di dalam mata dan drainase yang terjadi pada trabekula meshwork yaitu struktur yang terletak tepat di sudut iridokorneal. TIO yang tinggi diyakini akan mengubah homeostasis retina dan saraf optik pada glukoma melalui kerusakan mekanik dan hipoperfusi. Oleh karena itu, pada penyakit ini salah satu tujuan terapinya adalah menurunkan TIO, baik melalui intervensi bedah maupun pengobatan konservatif.

 

Di antara banyak faktor yang telah dilaporkan memengaruhi peningkatan TIO, seperti tekanan darah sistemik, posisi terlentang, konsumsi kafein, alkohol, nikotin, obat steroid, usia, latar belakang genetik, etnis, indeks massa tubuh, DM dan baru-baru ini dilaporkan bahwa kadar vitamin D3 turut memengaruhi pengubahan TIO.


Metabolisme vitamin D normal. Vitamin D dapat diproduksi di kulit dari 7-dehydrocholesterol di bawah pengaruh sinar UV yang disebut vitamin D3 (cholecalciferol), atau bisa juga dari ergosterol atau langsung diserap dari makanan sebagai vitamin D3 dan vitamin D2 (ergocalciferol). Kedua bentuk tersebut kemudian dihidroksilasi menjadi 25-hidroksikolekalsiferol (kalsidiol atau kalsifikasidiol, 25(OH)D) di hati oleh sitokrom P450 (CYP) 27A1. Kemudian diubah terutama di ginjal oleh 25-hidroksivitamin D3-1α-hidroksilase (CYP27B1) menjadi 1α,25-dihidroksivitamin D (1,25(OH)2D atau calcitriol).


Beberapa penelitian telah melibatkan berbagai jenis vitamin dalam memengaruhi perjalanan penyakit mata, utamanya dalam peran menurunkan TIO. Telah dilaporkan bahwa pemberian nikotinamid, suatu bentuk vitamin B3, memiliki efek neuroprotektif yang kuat pada glaukoma yang tidak bergantung pada TIO. Meskipun studi tentang asupan vitamin B3 tidak ditemukan hubungan langsung dengan OAG.


Baca Juga:


Perlu dicatat bahwa, vitamin secara tidak langsung memengaruhi parameter penting lainnya untuk OAG. Sebagai contoh, vitamin E memiliki efek vasoregulator melalui protein C kinase. Jika diaktivasi bersama dengan sistem Rho/ROCK, diyakini dapat menjadi faktor utama yang menginduksi aliran keluar akuos humor melalui relaksasi sel trabecular meshwork di sudut iridokorneal.

 

Dari literatur saat ini, kemungkinan stres oksidatif juga berperan dalam pathogenesis galukoma. Stress oksidatif sistemik dikaitkan dengan penurunan aliran darah okular. Asosiasi ini terkait dengan permeabilitas vascular dalam menghasilkan pelepasan endotelin dan oksida nitrat.

 

Hubungan oksida nitrat dengan glaukoma pada jalur nitrat memainkan peran penting dalam POAG. Nitrat adalah sumber oksida nitrat dan tersedia dalam sayuran berdaun hijau tua.  Selain nitrat, sayuran berdaun hijau tua juga kaya akan vitamin A, C, dan K. Ada hubungan yang menguntungkan antara vitamin A dan C pada OAG.

 

Hal tersebut ditekankan oleh fakta bahwa semua studi yang diambil tentang hubungan sayuran berdaun hijau dengan OAG, menemukan hubungan yang signifikan. Manfaat lain juga diperoleh pasien dengan glaukoma dari vitamin A adalah kemampuan vitamin A melindungi konjungtiva dan mengurangi gejala mata kering yang disebabkan oleh penggunaan obat tetes mata penurun TIO dalam jangka waktu yang panjang.

 Meta-analisis untuk hubungan vitamin A (I), B1 (II), C (III), dan E (IV) dengan glaukoma sudut terbuka. Indikator hitam menunjukkan OR keseluruhan; Ukuran indikator merah berbanding terbalik dengan varian; Garis horizontal menunjukkan 95% CI; dan Garis vertikal putus-putus di setiap panel menunjukkan nilai tanpa efek (OR = 1,0).


Saat ini, tidak ada bukti kuat untuk mendukung hipotesis bahwa kadar vitamin dalam darah memengaruhi glaukoma. Penjelasannya dapat berupa korelasi antara kadar vitamin dalam darah dan asupan vitamin, yang sangat bergantung pada banyak faktor pendukung.

 

Faktor-faktor tersebut seperti, teknik pengolahan makanan yang berbeda yang dapat memengaruhi kandungan vitamin (misalnya, paparan suhu tinggi dapat menyebabkan kerusakan beberapa vitamin), berbagai faktor gaya hidup (misalnya, merokok, olahraga) peradangan kronis yang dapat mengurangi kadar vitamin, bias dalam penilaian asupan vitamin makanan, atau potensi pengaruh variabilitas genetik pada metabolisme atau penyerapan vitamin. Misalnya, gen SLC23A2, yang berperan dalam penyerapan dan akumulasi vitamin C di banyak jaringan, telah dikaitkan dengan konsentrasi vitamin C plasma yang lebih rendah dan dengan risiko POAG yang lebih tinggi.

 

Jika korelasi antara kadar vitamin dalam darah dan asupan vitamin dalam makanan kuat, maka tingkat bukti yang disajikan tentang kemungkinan hubungan vitamin dengan glaukoma akan menjadi buruk.

 

Kesimpulannya, meskipun ada cukup bukti bahwa stres oksidatif memainkan peran penting dalam patogenesis berbagai jenis glaukoma, studi tentang kadar vitamin dalam darah pada pasien dengan glaukoma tidak meyakinkan dan tidak berkorelasi dengan hasil pada efek asupan makanan. Selain itu, studi tentang hubungan asupan vitamin dengan glaukoma masih langka. Namun, asupan vitamin A dan B3 memiliki efek perlindungan pada glaukoma yang dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau tua.


PenulisSuci Sasmita, S.Ked.    

Referensi:

Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaCara Membedakan Endoftalmitis dan TASS pada pasien Pasca Operasi Katarak

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar