sejawat indonesia

Seberapa Besar Peranan Probiotik dan Prebiotik Dalam Pencegahan Insiden Kanker Kolorektal?

Probiotik adalah mikrobiota khusus yang secara normal terdapat dalam usus manusia. Mikrobakteri ini memiliki beberapa fungsi metabolik pada saluran cerna, seperti membantu proses fermentasi mukus endogen dan residu dari makanan yang tidak terserap, produksi vitamin K, dan absorbsi beberapa ion di dalam usus.

Probiotik memiliki peran penting dalam proliferasi dan diferensiasi sel epitel dan homeostasis sistem imunitas tubuh. Prebiotik merupakan grup nutrien yang didegradasi oleh probiotik dalam usus, dan merupakan makanan sebagai asupan untuk probiotik yang hidup di dalam usus manusia. Singkatnya probiotik adalah bakteri baik, sedangkan prebiotik adalah asupan makanan yang menunjang pertumbuhan bakteri baik tersebut.

Beberapa probiotik yang dikenal merupakan golongan bakteri, dan ragi. Di antara golongan bakteri yaitu : Lactobacillus sp, Bifidobacterium, Streptococcus, Leuconostoc mesenteroides, Pediococcus, Propionibacterium, Bacillus, Enterococcus, Enterococcus faecium, Firmicutes.

Golongan ragi yaitu  Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces bourlardii, Aspergillus niger, dll. Kondisi mikrobiota saluran cerna manusia pada awal kehidupan diketahui sangat erat dengan proses kelahiran, proses menyusui, serta konsumsi antibiotik, prebiotik, dan probiotik pasca lahir.

Kolonisasi saluran cerna pada bayi umumnya terdiri dari organisme aerobik seperti Enterobacter dan Enterococci, serta organisme anaerobik seperti Bifidobacteria, Clostridia,  Bacteroides, dan Streptococci. Populasi ini akan berkembang seiring pertambahan usia sehingga menjadi lebih kompleks saat dewasa.

Variasi mikrobiota saluran cerna akan berbeda pada setiap orang karena dipengaruhi banyak hal, mulai faktor genetik, pola diet sehari-hari, frekuensi defekasi, aktivitas fisik, merokok, dan penggunaan obat-obatan. Perubahan mikrobiota usus atau dikenal dengan istilah disbiosis, diketahui akan berpengaruh pada kesehatan manusia.

Disbiosis sangat berhubungan dengan kondisi patologis tubuh, seperti obesitas, malnutrisi, penyakit sistemik kronik seperti diabetes melitus, inflammatory bowel disease (IBD), kolitis ulseratif, dan crohn’s disease.

Beberapa literatur mulai menekankan tentang eratnya hubungan antara mikobiota pada usus dengan insiden kanker kolorektal walaupun belum terdapat bukti mengenai mekanisme yang pasti. Namun penggunaan probitik telah ditemukan dapat menurunkan insiden diare. Tanpa diragukan lagi, beberapa probiotik, apabila diberikan dengan dosis yang tepat, dapat memberikan keseimbangan pada mikobiota usus sehingga dapat bersifat imunomodulasi saluran cerna, dan menurunkan inflamasi saluran cerna.

Beberapa metabolit bakteri contohnya seperti butirat yang diproduksi oleh Firmicutes melalui fermentasi serat dapat bersifat protektif terhadap tumor melalui modulasi inflamasi, proliferasi epitel, dan apoptosis pada saluran cerna.

Beberapa studi lain menemukan adanya peran dari Laktobasilus Sp. dalam pencegahan kanker kolon pada hewan percobaan. Studi ini menemukan adanya efek protektif dari Lactobacillus acidhophilus dan Lactobacillus salivarius terhadap perkembangan lesi pre kanker dan karsinogenesis sel kolorektal pada sampel tikus. Studi lain menemukan adanya strain spesifik dari Lactobacillis plantarum dapat menghambat kanker kolon pada sampel tikus yang diberikan bahan kimia penginduksi sel kanker. Kondisi pH dalam kolon yang asam dapat menekan proliferasi dan aktivitas dari enzim purtifikasi bakteri yang bersifat karsinogenik.

Pernyataan ini juga telah dibuktikan oleh Chang et al (2012) yang menemukan kurangnya populasi bakteri karsinogenik dalam kolon akibat pH intrakolon yang rendah pada sampel tikus yang diberikan Lactobacillus acidophilus dosis tinggi selama 10 minggu. Studi ini menunjukkan bahwa strain dari probiotik dapat secara spesifik mempengaruhi lingkungan eksternalnya seperti proses inflamasi, disbiosis, dan metabolisme dari kolon yang dapat menyebabkan tumorigenesis. Sumber alami yang dapat memberikan efek anti karsinogenik untuk mencegah terjadinya kanker kolon seperti probiotik mulai diperhatikan dalam beberapa tahun terakhir.

Beberapa studi telah menemukan bahwa konsumsi probiotik secara teratur dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas dari mikrobiota usus, sehingga dapat mencegah pencetus dari inflamasi kronik dan produksi senyawa karsinogenik pada saat proses disbiosis intestinal. Telah diketahui, beberapa enzim seperti β-glucosidase, β-glucuronidase, nitrate reductase, azoredutase, and 7-α-dehydroxylase dapat mengubah hidrokarbon aromatik dan amin menjadi karsinogen aktif sehingga turut berkontribusi pada kejadian kanker kolon.

Studi in vivo oleh Hatakka et al (2008) menemukan bahwa konsumsi beberapa strain dari bakteri probiotik dapat menurunkan aktivitas dari enzim-enzim ini sehingga mencegah insiden kanker kolon. Beberapa probiotik juga dapat mempengaruhi respon imun melalui aktivasi dari fagosit dan berperan dalam mengontrol kesalahan imunitas sehingga dapat mengeliminasi sel kanker pada fase awal perkembangannya.

Studi yang ada mengenai mikrobiota usus telah memberikan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan terjadinya kanker kolorektal. Beberapa peneliti juga mulai melihat potensi penggunaan probiotik ini sebagai terapi pada kasus kanker kolorektal.

Penelitian klinis lanjut masih diperlukan dengan menggunakan sampel pada manusia, penelitian masih perlu dilakukan terutama untuk mencari strain spesifik dari mikrobiota yang bersifat anti-tumor, dan apakah strain ini berpengaruh terhadap terapi onkologi yang diberikan terhadap pasien.  

Referensi :

Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaMengenal AHCC sebagai Terapi Efektif dalam Menangani Stres

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar