Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa sel-sel yang bertanggung jawab untuk melindungi otak dari infeksi dan peradangan juga bertanggung jawab untuk memperbaiki sistem pertahanan yang memisahkan otak dari sisa tubuh. Temuan ini memiliki implikasi klinis yang signifikan karena obat kardiovaskular tertentu mungkin saja bisa menghambat kemampuan otak untuk memperbaiki dirinya sendiri setelah stroke atau cedera lainnya.

"Studi ini menunjukkan bahwa sel-sel imun dari sistem saraf pusat memainkan peranan penting dan sebelumnya tidak diperhitungkan dalam menjaga integritas sawar darah otak (Blood-Brain Barrier)," kata Maiken Nedergaard, M.D., D.M.Sc., direktur dari Center for Translational Neuromedicine di University of Rochester Medical Center (URMC) dan penulis utama studi tersebut. "Ketika pembatas ini diterobos, dia harus cepat diperbaiki untuk menjaga kesehatan otak dan membantu dalam pemulihan setelah cedera. Proses perbaikan ini dapat terganggu oleh obat-obat yang pada awalnya dimaksudkan untuk mencegah kerusakan"

Otak pada dasarnya adalah sebuah ekosistem yang independen dan terpisah. Ia memiliki sistem yang berdedikasi sebagai pertahanan terhadap infeksi. Nedergaard dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa otak juga mempunyai proses yang uniknya tersendiri dalam menghilangkan limbah. Pergerakan masuk dan keluar dari otak diatur dengan ketat melalui sistem gerbang dan kontrol yang kompleks yang secara kolektif disebut sebagai sawar darah-otak (Blood-Brain Barrier atau BBB).

Ketika sawar darah-otak (BBB) diterobos, otak menjadi rentan terhadap infeksi dan cedera. Oleh karena itu, daerah yang terbuka tersebut harus segera disegel kembali dengan cepat. Hal ini paling sering terjadi ketika stroke, yang memicu peradangan dan dapat menyebabkan BBB pecah.

Studi yang dipublikasikan dalam Prosiding National Academy of Sciences mengungkapkan bahwa sistem kekebalan otak, khususnya sel yang disebut mikroglia, memainkan peran utama dalam proses perbaikan kerusakan pada BBB.

Mikroglia berfungsi sebagai "responden pertama" otak dan terdapat di seluruh bagian otak dan sumsum tulang belakang. Sel-sel ini terus menerus memonitor lingkungannya, dan dapat diaktifkan untuk melakukan fungsi yang berbeda-beda seperti mengendalikan peradangan, menghancurkan patogen, membersihkan puing-puing dari sel-sel mati atau rusak, dan menutup area yang mengalami kerusakan.

Dengan melakukan eksperimen pada tikus, Nedergaard dan rekan-rekannya mengamati bahwa ketika lubang-lubang kecil dibuat di BBB, mikroglia terdekat dengan cepat bergerak dan memperbaiki kerusakan. Dalam kebanyakan kasus, integritas BBB dipulihkan dalam waktu 10 sampai 30 menit.

Mikroglia dan neuron. Sumber Gambar oleh: GerryShaw.

Nedergaard dan rekan-rekannya mengidentifikasi reseptor yang disebut P2RYX12 bertanggung jawab untuk mengaktifkan mikroglia dan mengarahkan mereka ke area yang mengalami kerusakan. Temuan ini penting karena reseptor yang sama juga hadir pada platelet dan merupakan salah satu target dari obat pengencer darah seperti Plavix.

Obat-obat seperti ini diberikan kepada orang yang mempunyai risiko serangan jantung dan stroke guna membantu mencegah platelet terikat bersama-sama sehingga membentuk gumpalan darah (yang menimbulkan stroke jika gumpalan sudah sampai pada otak). Namun, karena obat ini juga menekan reseptor P2RYX12 di mikroglia, maka bisa berpotensi merusak kemampuan otak untuk melakukan perbaikan ke BBB ketika stroke terjadi.

Nedergaard dan rekan-rekannya sedang menyelidiki dampak obat penghambat P2RYX12 pada fungsi mikroglia di otak.

"Kekhawatiran kami adalah bahwa selain beberapa jenis obat pengencer darah dapat melakukan tugas yang besar dalam mencegah stroke, tapi mereka juga bisa memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan yang membuatnya lebih buruk atau bahkan menghambat pemulihan setelah stroke terjadi," kata Nedergaard.

Sumber: neurosciencenews.com