sejawat indonesia

Terobosan Dalam Penelitian Alzheimer

Para peneliti di Inggris telah menemukan bahwa memblokir reseptor di otak yang mengatur sel-sel kekebalan tubuh dapat "melindungi dari perubahan perilaku dan memori yang dapat terlihat dari perkembangan penyakit Alzheimer."

Berdasarkan berita yang dirilis oleh University of Southampton, penelitian oleh para ilmuwan yang menyelidiki perkembangan Alzheimer di dalam otak manusia telah membuktikan bahwa "peradangan di dalam otak faktanya dapat mempengaruhi perkembangan penyakit ini."

Sampai sekarang, kebanyakan obat yang digunakan untuk menangani kepikunan menyasar plak amyloid di otak yang menjadi karakteristik orang-orang dengan penyakit Alzheimer.

Tapi penelitian terbaru ini, yang terbit di jurnal Brain, menyatakan bahwa justru dengan menyasar pada inflamasi dalam otak, yang terjadi karena penumpukan sel kekebalan bernama microglia, bisa menghambat laju penyakit.

Penelitian sebelumnya sudah menunjukkan bahwa sel-sel ini bisa memainkan peran penting.

Berdasarkan Assisi Alzheimer, 5.3 juta penduduk Amerika telah diestimasikan mengidap penyakit yang tidak ada obatnya ini pada tahun 2015. Biaya untuk Alzheimer di Amerika Serikat adalah USD 226 Milyar, yang berpotensi untuk meningkat menjadi USD 1,1 trilyun di tahun 2050.

Dalam studi universitas, sampel jaringan dari orang-orang yang memiliki otak sehat dan dengan penderita Alzheimer dengan usia yang sama, diteliti oleh para ilmuwan.

Dibandingkan dengan penderita yang tidak diobati, penderita yang mendapatkan pengobatan menunjukkan "lebih sedikit masalah perilaku dan memori."

Temuan Yang Menarik

Dr Diego Gomez-Nicola, peneliti utama laporan tersebut dari universitas, mengatakan, "Temuan ini adalah bukti terdekat yang bisa kami tunjukkan bahwa inilah cara aktif dalam perkembangan penyakit Alzheimer. Langkah berikutnya adalah bekerja dengan partner di industri untuk mencari obat yang aman dan tepat untuk diuji dan melihat apakah sukses untuk manusia."

Pada tikus yang diberi obat untuk menghambat reseptor - disebut CSF1R - yang menyebabkan peningkatan microglia di otak, terdapat lebih sedikit masalah ingatan dan perilaku dalam penelitian.

Obat itu juga menghambat hilangnya poin komunikasi antara sel saraf di otak yang biasanya terjadi pada orang-orang dengan Alzheimer's.

Dr Mark Dallas, pengajar di bidang ilmu saraf sel dan molekul di University of Reading, mengatakan bahwa ini adalah "penemuan yang menggembirakan" dan bisa menjelaskan "kenapa obat untuk penanganan Alzheimer's sejauh ini tak berhasil".

Menurutnya, "Meski penelitian ilmiah mendasar ini memberikan bukti kuat, tantangannya kini adalah mengembangkan obat untuk orang yang mengalami kepikunan, sehingga kami menunggu perkembangan uji klinis dengan ketertarikan. Seringnya, ini adalah hambatan dalam mengubah pengamatan di laboratorium menjadi terapi yang bisa digunakan."

Dr Doug Brown, direktur penelitian Alzheimer's Society, mengatakan bahwa penelitian ini "menjanjikan".

"Dengan populasi yang menua dan tak ada obat kepikunan baru dalam satu dekade terakhir, kebutuhan untuk menemukan obat atau perawatan yang bisa memperlambat atau menghentikan laju penyakit ini sangat tinggi."


Sumber:
https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/01/160108_majalah_obat_alzheimer

Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaDiet & Diabetes: Kenali Indeks Glikemik Makanan Anda

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar