Tahun 2023 lalu, dua vaksin untuk DBD resmi disetujui penggunaannya dan kini telah tersedia di Indonesia. Dua vaksin dengan merek Dengvaxia dan Qdenga tersebut menjadi satu langkah maju dalam pencegahan penularan dan komplikasi DBD. Namun, sebagai sesuatu yang baru, dua vaksin tersebut punya beberapa tantangan dalam penggunaan secara luas. Apa saja tantangannya dan bagaimana Teman Sejawat dapat berperan mengatasi tantangan tersebut? Ketahui segala hal tentang dua vaksin baru DBD tersebut di LIVE CME berikut ini. Dapatkan pembahasan tentang: Karakteristik dua vaksin Baru DBD Dosis, jadwal, dan Syarat penerima vaksin Langkah edukasi dan komunikasi untuk penggunaan vaksin DBD secara luas Tentang Pembicara: dr. Fita Moeslichan, Sp.A(K) Dokter Fita menyelesaikan pendidikan kedokteran dan spesialis Anak di FK Universitas Indonesia. Ia juga mengikuti program Fellowship for Pediatric Hemato-Oncology di Singapura. Saat ini dokter Fita aktif menjadi anggota IDAI dan berpraktik di Mayapada Hospital Jakarta Selatan. Bahan belajar: Presentasi pembicara Pembahasan studi kasus Video rekaman Direkomendasikan untuk: Mahasiswa Kedokteran, Dokter Muda, Dokter Umum, Dokter Spesialis, Tenaga Kesehatan lainnya Alat/bahan yang digunakan: Laptop/PC/Tablet Fasilitas: Diskusi tanya jawab dengan pemateri Video pembelajaran Slide presentasi pemateri E-Sertifikat berpoin SKP Kemenkes

Sindrom Koroner Akut (SKA), salah satu manifestasi klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian. Tidak bergantung pada jenis kelamin, batas geografis, dan sosio-ekonomi, membuat kondisi ini menjadi salah satu beban kesehatan global. Berbagai penelitian terbaru terus dikembangkan dan terbukti efektif dalam kemajuan perawatan SKA. Misalnya, terapi untuk mengendalikan faktor risiko (statin untuk dislipidemia, obat antihipertensi terutama obat ACE-I, obat penghambat reseptor A-II), obat-obat baru antitrombotik, gagal jantung, dan aritmia. Perkembangan itu tentu mengubah panduan tatalaksana perawatan SKA.

Tujuan Resusitasi Cairan dan Koreksi Elektrolit adalah menggantikan volume cairan tubuh yang telah hilang dan sedang berlangsung, serta mencukupi kebutuhan cairan harian. Meski terkesan simpel dan mudah, tapi dalam praktiknya punya kerumitan sendiri. Apalagi, risiko resusitasi yang keliru bisa menimbulkan kegawatdaruratan. Penilaian klinis yang akurat, jadi kunci buat menentukan jenis cairan, jalur pemberian, dan terapi medis pasien.

Setelah merebak di negara-negara eropa sejak Mei 2022 lalu, Monkeypox kini ditetapkan menjadi darurat kesehatan global oleh WHO. Langkah-langkah pencegahan pun kini lebih ditingkatkan, apalagi jika melihat bahwa Monkeypox dalam kondisi yang parah, belum memiliki obat dan terapi yang pasti. Semua masih dalam tahap uji klinis. Lalu, bagaimana para tenaga kesehatan melakukan penanganan dan perawatan yang tepat?

Acute Kidney Injury (AKI), salah satu life threatening disease, sehingga diperlukan kerjasama tim medis, pasien, keluarga, dan lingkungan dalam pengelolaannya. Edukasi terhadap pasien dan keluarganya tentang penyakit dan komplikasi yang memungkinkan, akan sangat membantu memperbaiki hasil pengobatan, serta memperbaiki kualitas hidup penderita.

Angka kejadian Kelainan Jantung pada Anak di Indonesia cukup tinggi. Sekitar 8-9 anak setiap 1000 kelahiran hidup, menderita Penyakit Jantung Bawaan. Itu belum jika kita melihat Kelainan Jantung akibat kondisi lain seperti Aritmia, Kawasaki, dll. Jenis penyakit yang berbeda-beda, gejala yang bervariasi, dan usia pasien yang masih belia menjadi beberapa hal yang seringkali menyulitkan diagnosis. Lalu seperti apa langkah yang tepat, terutama dalam melakukan deteksi mendalam Kelainan Jantung pada Anak?

Menentukan kondisi hematologi dalam kegawatdaruratan pediatri merupakan hal krusial lain. Adanya potensi reaksi alergi saat transfusi memungkinkan hadirnya kondisi kegawatdaruratan tambahan saat penanganan. Belum lagi, kondisi dan pengalaman pasien yang terbatas menciptakan tantangan tersendiri dalam penanganan Kegawatdaruratan pediatri. Lalu, bagaimana sepatutnya melakukan dengan tepat di waktu yang terbatas? Ketahui selengkapnya langsung dari ahlinya.

Timing dan dosis adalah dua faktor penting dalam keberhasilan manajemen elektrolit. Penentuan keduanya bisa berbeda-beda tergantung kondisi penyerta yang dialami pasien. Namun, sebelum itu harus dipastikan bahwa tak ada kesalahan dalam pengukuran elektrolit, sesuatu yang bisa saja dilakukan oleh Tenaga Kesehatan, misalnya: sampel darah diambil pada anggota tubuh yang sudah ada infus yang mengalirinya, sampel hemolisis, waktu tourniquet yang lama, dan sampel yang salah label.

Program rehabilitasi stroke dimulai sejak pasien masih dirawat di rumah sakit. Tahapannya terbagi dalam tiga jenis yaitu fase stroke akut, fase pemulihan pasca stroke sub akut dan fase pemulihan pasca stroke kronis. Apa saja perbedaan dalam tiga fase tersebut? Tantangan lainnya, rehabilitasi stroke memerlukan kerjasama antara pasien dengan dokter rehab, fisioterapis, terapis okupasi, terapis wicara, dan ortotis prostetis serta dokter spesialis lain sesuai kondisi pasien. Bagaimana membuat rencana perawatan yang punya teamwork yang baik?

Periode pra operasi adalah saat-saat mengkhawatirkan yang menimbulkan respon emosional, kognitif, dan fisiologis spesifik pasien. Seringkali operasi tertunda atau batal akibat kecemasan yang dialami pasien. bahkan, kecemasan-kecemasan tersebut dapat mempengaruhi kualitas operasi, sebab bisa menciptakan kondisi tertentu, seperti: hipertensi atau denyut jantung meningkat yang dapat memperbesar potensi perdarahan. Beberapa penelitian pun menyebutkan kalau tingkat kecemasan yang tinggi pada praoperasi menuntut penggunaan lebih banyak penghilang rasa sakit pascaoperasi.

Salah satu persoalan umum dalam Elektrokardiogram (EKG/ECG) adalah terjadinya ketidakakuratan dalam pencitraan. Kondisi yang kemudian melahirkan peringatan yang sering kita dengar: Obati klinis pasien bukan hasil EKG! Ketidakakuratan terjadi oleh beberapa faktor, salah satu yang paling utama adalah posisi Leads yang keliru dan kegagalan dalam memahami prinsip-prinsip dasar EKG. Lalu, bagaimana mencegah ketidakakuratan tersebut?

Prevalensi Infeksi Saluran Kemih berkisar antara 5-15 % dengan angka kejadian mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Kondisi ini adalah kasus infeksi terbesar kedua setelah infeksi pernapasan. Salah satu kasus yang paling sering ditemui adalah ISK Bawah: uretritis (infeksi uretra) dan sistitis (infeksi kandung kemih).

Penanganan cedera akibat olahraga, tergantung pada tingkat keparahannya (grade). Dari yang ditangani dengan RICE (Rest, Ice, Compression, and Elevation) sampai dengan operasi seperti pada cedera ACL. Beberapa cedera juga butuh rehabilitasi yang menuntut kepatuhan pasien untuk melakukannya. Belum lagi, jika melihat potensi cedera yang mampu mempengaruhi psikis pasien, sehingga perlu teknik tertentu bagi para Tenaga Kesehatan dalam penanganannya.

Mendengkur seringkali digunakan sebagai ukuran dari tidur yang nyenyak. Padahal, ia bisa jadi tanda klinis berbagai gangguan kondisi kesehatan, salah satunya: Tonsillitis. Kondisi yang masih menjadi penyebab komplikasi demam reumatik dan penyakit jantung rematik di Indonesia. Dalam penanganannya, beberapa tantangan masih terus hadir. Misalnya: standar kriteria scoring yang digunakan, variasi anamnesis, diagnosis banding yang beragam, sampai pemilihan teknik operasi pada Tonsilitis

Luka bakar (combustion) dialami seseorang saat melakukan kontak dengan sumber panas (api atau air mendidih), listrik, zat kimia atau radiasi. Selain itu, data Kemenkes pada tahun 2012 menyebut bahwa angka kematian akibat luka bakar masih tinggi, yakni 40%. Luka bakar memang harus segera ditangani, tapi ada banyak hal yang harus dilakukan terlebih dahulu.

Penelitian The Global Study of Sexual Attitudes and Behaviours di 29 negara, termasuk Indonesia, menempatkan Asia Tenggara dengan kasus disfungsi ereksi terbesar sebanyak 28,1%. 95% di antaranya disebabkan faktor organik seperti gangguan pembuluh darah, saraf, hormon, struktur penis, dan pengaruh obat. Mengetahui faktor-faktor penyebabnya adalah hal krusial untuk menentukan terapi yang tepat.