Nyeri neuropatik bertanggung jawab pada 40% nyeri kronik dalam praktik sehari hari dan memberikan dampak yang signifikan bagi pasien berupa gangguan tidur, depresi, dan gangguan dalam aktivitas sosial.
Sampai saat ini, tatalaksana nyeri neuropatik masih merupakan tantangan besar bagi dunia kedokteran. Pada tahun 2019, DGN (Deutsche Gesellschaft für Neurology) menerbitkan pedoman baru tentang diagnosis dan terapi non-intervensi nyeri neuropatik dengan etiologi apa pun kecuali trigeminal neuralgia dan CRPS (sindrom nyeri regional kompleks).
Panduan tersebut, selain membahas pemeriksaan klinis, juga merekomendasikan beberapa prosedur diagnostik untuk menilai fungsi A-delta dan C-Fiber nosiseptif, serta rekomendasi pengobatan pada nyeri neuropatik seperti pregabalin, gabapentin, duloxetine dan amitriptyline.
Apa saja panduan terbaru penanganan Nyeri Neuropati? Seperti apa tantangannya dalam praktik sehari-hari dan bagaimana mengatasinya?
Ketahui dari ahlinya melalui LIVE CME berikut ini. Dapatkan pembahasan komprehensif tentang:
Kriteria penilaian Nyeri Neuropati
Langkah diagnosis (Dari gejala, mengukur tingkat nyeri, uji sensitivitas kulit, dst)
Terapi dan panduan peresepan obat Nyeri Neuropati
Tentang Pembicara:
Prof. Andi Husni Tanra, MD, Ph.D., seorang Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, memperoleh penghargaan tertinggi dari pemerintah Jepang, yakni The Order of The Rising Sun, Gold Rays with Neck Ribbon. Beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Alumni dari Jepang Sulsel (PERSADA SULSEL) pada periode 1987-2000 dan mengetuai Association of Medical Doctor of Asia (AMDA) Indonesia.
Prof. Dr. dr. Dessy Rahmawaty Emril, Sp. S (K) meraih Gelar doktor (S3) di Universitas Gadjah Mada (2014). Sertifikasi konsultan Pain and Headache (2013) dan board certification Interventional Pain Management (2014). beliau juga mendapatkan Fellowship di Pain Management Center, Singapore General Hospital (2009) Prof. Dessy juga aktif berkontribusi dalam publikasi ilmiah dan sering menjadi pembicara di pertemuan ilmiah nasional dan internasional
Dr. dr. Audry Devisanty Wuysang, M.Si, Sp.S(K), merupakan seorang Dokter Spesialis Saraf yang meraih gelar Doktor (S3) dari Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin pada tahun 2014. Keanggotaannya dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSI) mencerminkan komitmennya terhadap profesi medis. Selain itu, beliau juga aktif sebagai pembicara dan instruktur dalam berbagai kegiatan ilmiah, menunjukkan dedikasinya dalam berbagi pengetahuan dan pengalaman di bidang kedokteran saraf
Bahan belajar:
Presentasi pembicara
Pembahasan studi kasus
Video rekaman
Direkomendasikan untuk:
Mahasiswa Kedokteran, Mahasiswa Keperawatan, Dokter Muda, Dokter Umum, Dokter Spesialis, Tenaga Keperawatan
Alat/bahan yang digunakan:
Laptop/PC/Tablet
Fasilitas:
Diskusi tanya jawab dengan pemateri
Video pembelajaran
Slide presentasi pemateri
E-Sertifikat berpoin SKP IDI
