sejawat indonesia

Bagaimana Anestesi Menyebabkan Kerusakan Otak

Meskipun sebagian besar operasi memerlukan beberapa bentuk anestesi, penggunaan anestesi selalu mempunyai tingkat risiko tertentu bagi pasien. Sehingga, pemberian anestesi harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan presisi disertai diagnosis yang tepat dan pemantauan pasien.

Sayangnya, kesalahan dan komplikasi selanjutnya terjadi pada beberapa kasus setelah pasien menerima anestesi. Kasus terburuknya adalah kerusakan otak atau kematian.

Sejumlah penelitian telah menganalisis jumlah cedera dan kematian akibat kesalahan anestesi di rumah sakit dan pusat bedah. Sebuah studi khusus yang memeriksa catatan dari tahun 1999 hingga 2005 menemukan bahwa kesalahan yang berkaitan dengan pemberian anestesi menyebabkan 34 kematian dan berkontribusi terhadap tambahan 281 kematian.

Anestesi umum mempunyai risiko terbesar

Anestesi diberikan kepada pasien dengan tiga cara berbeda: anestesi lokal, regional, dan umum. Pasien yang ditempatkan di bawah anestesi umum seringkali memiliki risiko tertinggi.

Di bawah anestesi umum, pasien ditidurkan selama operasi. Ahli anestesi sering kali menceritakan kepada pasiennya tentang efek samping yang diharapkan dari anestesi umum. Namun, mereka mungkin tidak menyebutkan atau memikirkan risiko kerusakan otak atau kematian. Risiko ini tetap ada bahkan ketika anestesi diberikan untuk operasi yang sangat rutin atau elektif.

Efek samping dari anestesi umum meliputi:

  • Sakit tenggorokan
  • Sakit
  • Rasa gatal
  • Hipotermia
  • Mual
  • Muntah
  • Sakit punggung
  • Pneumotoraks (paru-paru kolaps)
  • Kerusakan saraf

Mekanisme paparan anestesi yang menyebabkan gangguan perkembangan otak.

Malpraktik Anestesi dan Kerusakan Otak

Tugas seorang ahli anestesi adalah memantau indikator penting kesehatan pasien selama operasi. Ini termasuk tingkat cairan darah, tekanan darah, dan statistik penting lainnya. Namun, jika perhatian ahli anestesi terganggu, mematikan sinyal alarm, meninggalkan ruangan pasien, atau gagal memantau pasien dengan baik, akibat yang buruk dapat terjadi. 

Seorang ahli anestesi mungkin juga memberikan obat yang salah atau terlalu banyak memberikan obat yang tepat. Segala bentuk kelalaian yang dilakukan oleh ahli anestesi dengan cara yang disebutkan di atas, atau sebaliknya, dapat menyebabkan pasien kekurangan oksigen, stroke, atau komplikasi lain yang mengakibatkan kerusakan otak.


BACA JUGA:


Jenis malpraktek anestesi tertentu yang dapat menyebabkan kerusakan otak meliputi:

  • Tidak cukup memantau aliran darah pasien ke otak. Saat operasi berlangsung, otak membutuhkan aliran darah kaya oksigen secara terus-menerus untuk memastikan sel-sel otak tetap hidup. Ini adalah tugas utama ahli anestesi selama operasi. Kelalaian dokter anestesi dapat menyebabkan pasien kehilangan cairan darah sehingga mengurangi aliran darah ke otak. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada pasien adalah stroke pada setiap sisi otak yang mengakibatkan kerusakan otak permanen.
  • Kegagalan untuk memperhatikan kapan pasien muntah selama operasi. Selama operasi, pasien mungkin muntah dan kemudian menghirup muntahan itu kembali ke paru-parunya. Jika hal ini terjadi dan tidak disadari oleh petugas bedah atau tim medis, muntahan yang terhirup dapat menghambat pernapasan pasien dan menurunkan kadar oksigen dalam darah dan otak – suatu kondisi yang disebut hipoksia atau cedera otak hipoksia. Pasien mungkin menderita kerusakan otak dan cedera lainnya sebagai akibatnya.
  • Intubasi pasien yang tidak tepat. Dalam keadaan tertentu, ahli anestesi harus melakukan intubasi pada pasien selama operasi. Tindakan ini melibatkan penempatan selang ke dalam trakea pasien untuk membuka jalan napas, sehingga pasien dapat bernapas dengan anestesi umum. Masalah jalan nafas dapat terjadi ketika ahli anestesi gagal melakukan intubasi pasien dengan benar, melepas selang sebelum waktunya, atau gagal mengamankan selang. Kegagalan-kegagalan ini dapat memicu kekurangan oksigen dan kerusakan otak.
  • Pemantauan pasien yang tidak memadai setelah operasi. Seorang pasien yang diberikan terlalu banyak anestesi selama pembedahan dan memerlukan pemantauan yang melampaui jam layanan pusat bedah dapat dipindahkan ke rumah sakit untuk menginap semalam. Namun, rumah sakit mungkin salah menempatkan pasien di lantai biasa di mana tingkat oksigen dan pernapasan pasien tidak dipantau secara elektronik. Jika hal ini terjadi dan pasien berhenti bernapas, ia mungkin kekurangan oksigen selama beberapa jam sampai perawat datang untuk memeriksa tanda-tanda vital pasien. Konsekuensinya bisa berupa kematian atau kerusakan otak permanen jika dokter berhasil menyelamatkan pasiennya.

Kesalahan anestesi sangat dapat dicegah. Fakta yang menyedihkan adalah hal ini terlalu sering terjadi karena kelalaian dan kecerobohan ahli anestesi. Kelalaian yang mengakibatkan kerusakan otak atau cedera lainnya tentu menjadi dasar gugatan malpraktik medis.


Referensi:

  • Li G, Warner M, Lang BH, Huang L, Sun LS. Epidemiology of anesthesia-related mortality in the United States, 1999-2005. Anesthesiology. 2009 Apr;110(4):759-65. doi: 10.1097/aln.0b013e31819b5bdc. PMID: 19322941; PMCID: PMC2697561.
  • Andropoulos, D. B., and Greene, M. F. (2017). Anesthesia and Developing Brains - Implications of the FDA Warning. N. Engl. J. Med. 376, 905–907. doi: 10.1056/NEJMp1700196
  • Fu Ningning, Zhu Ruilou, Zeng Shuang, Li Ningning, Zhang Jiaqiang, Effect of Anesthesia on Oligodendrocyte Development in the Brain, Frontiers in Systems Neuroscience, 2022, https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fnsys.2022.848362
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaEl Nino dan Potensi Penyakit yang Bisa Ditimbulkan

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar