sejawat indonesia

Alternatif Terbaik Menangani Efek Samping Kemoterapi

Salah satu beban dari Penyakit Kanker justru datang dari efek samping metode perawatannya, khususnya Kemoterapi. Kemoterapi yang menargetkan sel-sel kanker, juga memengaruhi sel-sel sumsum tulang yang sehat dan menciptakan efek samping perawatan.

Mielosupresi menjadi salah satu efek samping yang umum ditemui saat kemoterapi. Mielosupresi adalah kondisi dengan gangguan fungsi sel punca di sumsum tulang. Karena sumsum tulang tidak dapat berfungsi seperti biasanya, seseorang dengan mielosupresi dapat mengalami kelainan darah seperti anemia, neutropenia, dan trombositopenia. Semua kelainan darah ini dihasilkan dari sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit yang lebih sedikit.

Kisaran toksisitas hematologi akibat milosupresi ini dapat bervariasi dari gangguan ringan hingga komplikasi yang mengancam jiwa. Jika parah, konsekuensi dari mielosupresi yang kurang diamati atau tidak diobati dapat menyebabkan kondisi kegawatdaruratan, seperti anemia yang mengancam jiwa, demam neutropenia, atau perdarahan dari trombositopenia.

Dari deskripsi tersebut, maka upaya terbaik yang dapat dilakukan adalah memicu terbentuknya Sel punca hematopoietik/Hematopoietic stem cells (HSC), sel multipoten yang dapat berkembang menjadi semua jenis sel darah. 

Proses Pembentukan Sel Darah
Saat ini, beberapa rejimen obat sering digunakan untuk mempercepat proses hematopoietik, seperti granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF), erythropoietin (EPO) dan thrombopoietin (TPO). Namun, penerapannya terbatas karena biaya yang tinggi dan tetap memiliki efek samping seperti nyeri osteomuskular, artralgia, dan reaksi alergi. 


Salah satu metode pengobatan yang beberapa tahun ini sedang populer datang dari Traditional Chinese Medicine (TCM) dengan efek samping minimal dan biaya yang lebih terjangkau. 

Dalam teori TCM, penurunan sel darah tepi selama kemoterapi disebabkan oleh penurunan qi vital (energi vital) dan defisiensi dari qi dan darah itu sendiri. Jadi, prinsip pengobatan mielosupresi yang diinduksi oleh perawatan kanker (radioterapi & kemoterapi) adalah untuk memperkuat kembali qi dan darah. 

Fufang E’jiao Jiang (FEJJ)
Fufang E'jiao Jiang (FEJJ) adalah formula tradisional China "bu qi yang xue" yang digunakan untuk memberi manfaat bagi qi seseorang dan menyehatkan darah yang telah diakui sebagai obat untuk kelemahan dan anemia sejak lebih dari 400 tahun. Dalam pengobatan modern, FEJJ banyak digunakan sebagai reagen pendukung untuk myelosupresi yang diinduksi kemoterapi di negara-negara Asia Timur, termasuk Cina, Jepang, dan Korea.

FEJJ adalah formula multikomponen yang mengandung Asini Corii Colla, Ginseng Radix et Rhizoma Rubra, Rehmanniae Radix Praeparata, Codonopsis Radix, dan Crataegi fructus (Liu et al., 2014), serta mengandung 72 konstituen fitokimia, termasuk senyawa bioaktif baru martynoside, R-notoginsenoside R2, dan 20S-ginsenoside Rg2.

Ketiga senyawa tersebut telah terbukti memiliki banyak efek biologis. Martynoside, diidentifikasi sebagai komponen Rehmanniae Radix Praeparata (Shen et al., 2016) memiliki beberapa sifat farmakologis yang diketahui, termasuk anti anemia (Zhu et al., 2010) dan kelelahan otot rangka (Liao et al., 1999).

Martynoside juga telah terbukti bertindak sebagai modulator reseptor estrogen selektif alami baru (SERM) (Papoutsi et al., 2006). R2 telah diidentifikasi sebagai komponen Ginseng Radix et Rhizoma Rubra (Shen et al., 2016). R2 juga memiliki sifat anti-apoptosis dan bertindak sebagai agen neuroprotektif terhadap penyakit Parkinson (Meng et al., 2013). 

Khusus dalam perawatan kanker, satu penelitian yang terbit di Journal of Ethnopharmacology, Elsevier, menemukan berbagai manfaat FEJJ dalam memicu hematopoietik dengan mengujicobanya pada tikus yang telah diinduksi efek kemoterapi. 

Efek FEJ pada fungsi hematopoietik secara keseluruhan 
Sel-sel darah tepi yang bersirkulasi memiliki masa hidup yang terbatas, dan pengisian terus-menerus dari sel-sel dewasa ini bertanggung jawab atas sumsum tulang. Dengan demikian, jumlah sel darah tepi secara tidak langsung mencerminkan fungsi hematopoietik dari sumsum tulang, dan jumlah Sel Inti Sumsum Tulang/Bone Marrow Nucleated Cells (BMNC) adalah indeks langsung yang mencerminkan fungsi hematopoietik.

FEJJ dapat secara signifikan membalikkan penurunan jumlah Sel Darah Putih, Sel Darah Merah, Hemoglobin, Trombosit, dan BMNC.

Dengan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa FEJJ mampu mempromosikan fungsi hematopoietik sumsum tulang pada tikus yang mengalami myelosupresi. 

Efek FEJ pada lingkungan mikro hematopoietik sumsum tulang 
Lingkungan mikro hematopoietik/Hematopoietic Microenvironment (HM), disebut sebagai "ceruk", adalah tempat di mana sel-sel hematopoietik bersarang, berproliferasi, dan berdiferensiasi. Di dalam HM inilah, Sel Induk Hematopoietic/Hematopoietic Stem Cells (HSC) menghasilkan sel-sel progenitor spesifik dan divisi pembaruan diri yang diperlukan untuk mempertahankan HSC sepanjang hidup. HM bisa rusak parah oleh radioterapi dan kemoterapi. 

Penurunan jumlah CFU-F (Pembentuk Koloni Sel Fibriosis) dan morfologi sumsum tulang yang memburuk karena radioterapi dan kemoterapi, terlihat dari hasil penelitian, diperbaiki dengan pengobatan FEJJ sesuai dengan dosis yang diberikan.

Sebagai komponen utama HM, sel fibroblas stroma memainkan peran pendukung untuk diferensiasi dan proliferasi sel darah melalui penyediaan dukungan struktural untuk pertumbuhan sel hematopoietik serta mensekresi berbagai HGF untuk merangsang hematopoiesis.

Hasil penelitian ini menunjukkan efek menguntungkan dari FEJJ pada lingkungan mikro hematopoietik dengan meningkatkan pembentukan CFU-F dan memperbaiki morfologi sumsum tulang pada tikus yang mengalami myelosupresi. 

Efek FEJJ terhadap jumlah CFU-E, BFU-E, dan CFU-F dalam BMNC Tikus yang mengalami Mylosupresi.

Efek FEJ pada siklus sel dan apoptosis BMNC 
Siklus sel BMNC adalah salah satu indikator penting yang mencerminkan fungsi hematopoietik sistem hematopoietik, dan distribusi fase siklus sel mencerminkan aktivitas proliferasi BMNC. Sebagian besar sel di sumsum tulang setelah menerima kemoterapi dan radioterapi dapat tetap berada dalam fase G1 dan tidak dapat melewati titik pemeriksaan G1/S yang mengakibatkan penurunan indeks proliferasi.

Selain itu, telah diketahui bahwa mielosupresi yang disebabkan oleh kemoterapi dan radioterapi terjadi karena induksi apoptosis pada HPC yang berkembang biak dengan cepat dan pada tingkat yang lebih rendah pada HSC yang relatif diam.

Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa penurunan BMNC yang signifikan pada tikus yang mengalami myelosupresi mungkin disebabkan oleh penghambatan proses proliferasi sel dan peningkatan kematian sel setelah kemoterapi.

Efek FEJJ pada sitokin terkait hematopoiesis 
Untuk mengeksplorasi lebih lanjut mekanisme yang mungkin mendasari efek FEJJ pada myelopoiesis, para peneliti kemudian menyelidiki efek FEJJ pada ekspresi sitokin terkait hematopoiesis in vivo dan 
in vitro pada tingkat molekuler dan genetik.

Hasilnya menunjukkan bahwa FEJJ dapat secara signifikan menurunkan kadar TGF-ÿ, meningkatkan 
kadar GM-CSF dan IL-3 dalam serum, meningkatkan kadar mRNA IL-1ÿ dan IL-
3 dalam serum limpa tikus myelosupressed. 

Selain itu, ekspresi IL-6, SCF dan GM-CSF di BMSC dipromosikan oleh FEJ in vitro pada tingkat molekuler dan genetik. Menariknya, pada tiga kelompok perlakuan FEJ, kadar EPO dan IL-6 dalam serum dan IL-6 mRNA di limpa memiliki kecenderungan meningkat dengan meningkatnya dosis FEJJ, sedangkan anemia dan leukopenia turut membaik seiring jumlah dosis.

Efek hematopoietik FEJ pada myelosupresi in vivo dalam model tikus myelosupressed berkaitan dengan tiga mekanisme berbeda.

Pertama, FEJ meningkatkan lingkungan mikro hematopoietik sumsum tulang dengan meningkatkan pembentukan CFU-F dan memperbaiki morfologi sumsum tulang. Kedua, FEJ memfasilitasi proliferasi sel dan mencegah BMNC dari apoptosis. Ketiga, FEJ merangsang ekspresi HGF (IL-1ÿ, IL-3, IL-6, SCF dan GM-CSF) dan menghambat ekspresi HIF (TGF-ÿ). 

Ketiga jalur tersebut juga dapat saling melengkapi untuk mendukung fungsi hematopoietik dengan mempromosikan proliferasi dan diferensiasi HSC dan HPC. Itu menjadi dasar untuk menerapkan FEJ dalam merekomendasikan hematopoiesis sebagai terapi yang manjur terhadap mielosupresi yang disebabkan oleh terapi radio dan kemoterapi.

Ketahui lebih banyak tentang cara alternatif penanganan efek samping kemoterapi bersama ahlinya melalui LIVE CME "Integrative Medicine in Cancer Treatment."

Referensi:

Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaHadapi Kanker Tiroid di Indonesia: Pahami Trias Diagnostik Nodul Tiroid

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar