sejawat indonesia

Setelah 30 Tahun, Akhirnya Hadir Obat Baru untuk Skizofrenia

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyetujui obat baru untuk pengobatan Skizofrenia pada bulan september 2024 lalu. Hal tersebut adalah yang pertama setelah lebih dari 30 tahun.

 

Obat tersebut adalah Cobenfy, diproduksi oleh Bristol Myers Squibb. Cobenfy menggabungkan dua obat: xanomeline dan trospium klorida, diminum dalam bentuk pil dua kali sehari. 

 

Obat pertama untuk skizofrenia, klorpromazin dan haloperidol, juga dikenal dengan nama merek Thorazine dan Haldol, masing-masing diperkenalkan pada tahun 1950-an dan merevolusi pengobatan penyakit tersebut. Akan tetapi, hanya ada sedikit obat baru sejak saat itu, dengan sebagian besar persetujuan FDA berikutnya adalah untuk variasi obat-obatan lama tersebut.

 

Efektivitas Cobenfy untuk pengobatan skizofrenia pada orang dewasa dievaluasi dalam dua penelitian dengan desain yang identik. Penelitian 1 dan Penelitian 2 merupakan penelitian multipusat, acak, tersamar ganda, terkontrol plasebo, dan berlangsung selama 5 minggu pada orang dewasa dengan diagnosis skizofrenia menurut kriteria DSM-5. 

 

Ukuran efikasi utama adalah perubahan dari skor awal dalam Skala Sindrom Positif dan Negatif (PANSS) pada minggu ke-5. PANSS adalah skala 30 item yang mengukur gejala skizofrenia. Setiap item dinilai oleh dokter pada skala tujuh poin. Dalam kedua penelitian, peserta yang menerima Cobenfy mengalami pengurangan gejala yang signifikan dari awal hingga Minggu ke-5 sebagaimana diukur dengan Skor Total PANSS dibandingkan dengan kelompok plasebo.


BACA JUGA:


Sebagian besar obat skizofrenia, yang dikenal luas sebagai antipsikotik, bekerja dengan mengubah kadar dopamin, zat kimia otak yang memengaruhi suasana hati, motivasi, dan pemikiran. Cobenfy mengambil pendekatan berbeda dengan menyesuaikan asetilkolin, zat kimia otak lain yang membantu ingatan, pembelajaran, dan perhatian.

 

Dengan berfokus pada asetilkolin alih-alih dopamin, Cobenfy dapat mengurangi gejala skizofrenia sekaligus menghindari efek samping umum seperti penambahan berat badan, rasa kantuk, dan gangguan gerakan, menurut uji klinis. Efek samping ini sering kali menjadi sangat parah dan tidak menyenangkan sehingga, dalam beberapa penelitian yang mencerminkan tantangan di dunia nyata, banyak pasien menghentikan pengobatan dalam waktu 18 bulan setelah memulainya.

 

Dalam uji klinis, hanya 6% pasien yang berhenti mengonsumsi Cobenfy karena efek samping. Itu adalah peningkatan signifikan dibandingkan 20-30% yang terlihat pada obat antipsikotik lama.

 

Efek samping Cobenfy yang paling umum adalah mual, gangguan pencernaan, sembelit, muntah, hipertensi, sakit perut, diare, peningkatan denyut jantung, pusing dan penyakit refluks gastroesofageal.

 

Pasien yang kesulitan menoleransi efek samping obat skizofrenia tradisional dapat memperoleh manfaat terbesar dari Cobenfy, dan bahwa mekanisme tindakan yang berbeda memberikan harapan bagi mereka yang belum merespons secara memadai terhadap pengobatan yang ada.



 

Pilihan pengobatan baru ini, diharapkan menjadi langkah awal terapi yang lebih efektif untuk Skizofreni. Apalagi, jika melihat fakta bahwa gangguan mental tersebut memengaruhi sekitar 24 juta orang di seluruh dunia, atau sekitar satu dari 300 orang. Kondisi yang seringkali menimbulkan tantangan signifikan dalam keseharian, pekerjaan, dan hubungan yang berdampak pada pasien dan keluarganya.

 

Para ahli berharap bahwa mekanisme unik obat tersebut dan efek samping yang berkurang akan membantu menetapkan standar perawatan baru bagi pasien skizofrenia. Studi untuk penggunaan terapeutik tambahan, termasuk pengobatan penyakit Alzheimer dan gangguan bipolar, juga sedang dilakukan.


Referensi:

  • FDA Approves Drug with New Mechanism of Action for Treatment of Schizophrenia, FDA Press release, 26 September 2024
  • COBENFY Prescribing Information. COBENFY U.S. Product Information. September 2024. Princeton, N.J.: Bristol Myers Squibb Company.
  • Kaul I, Sawchak S, Walling DP, et al. Efficacy and safety of xanomeline-trospium chloride in schizophrenia: a randomized clinical trial. JAMA Psychiatry. 2024;81(8):749–756. doi:10.1001/jamapsychiatry.2024.0785
  • Nucifora FC, Mihaljevic M, Lee BJ, Sawa A. Clozapine as a model for antipsychotic development. Neurotherapeutics. 2017;14(3):750-761. doi: 10.1007/s13311-017-0552-9
  • Kaul I, Sawchak S, Correll CU, et al. Efficacy and safety of the muscarinic receptor agonist KarXT (xanomeline-trospium) in schizophrenia (EMERGENT-2) in the USA: results from a randomised, double-blind, placebo-controlled, flexible-dose phase 3 trial. Lancet. 2024;403(10422):160-170. doi: 10.1016/S0140-6736(23)02190-6
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaKetika Model Embrio Semakin Realistis dan Memunculkan Persoalan Etika

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar