sejawat indonesia

Peran dan Mekanisme Vitamin D untuk Kesehatan Mental

Vitamin D penting untuk berbagai fungsi tubuh seperti penyerapan kalsium dan kesehatan tulang, fungsi kekebalan tubuh, fungsi otot, pengaturan pertumbuhan sel, dan metabolisme glukosa, dan juga memiliki sifat anti-inflamasi.

Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan, termasuk rakhitis pada anak-anak, osteomalasia pada orang dewasa, dan osteoporosis. Kekurangan vitamin D juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit autoimun, penyakit kardiovaskular, dan beberapa jenis kanker. 

Selain itu, berbagai penelitian terkini telah mengungkap kemungkinan adanya hubungan antara vitamin D dan gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.

Beberapa penelitian telah menemukan bahwa karena sifat antioksidan dan pengaruhnya terhadap jaringan otak (terutama di area yang terlibat dalam depresi dan kecemasan), vitamin D sangat penting untuk pencegahan gangguan kesehatan mental. Oleh karena itu, beberapa peneliti telah menyarankan bahwa skrining vitamin D harus dilakukan untuk mencegah dan/atau mengobati gangguan ini.


Metabolisme, pensinyalan, dan fungsi vitamin D

( A ) Vitamin D 3 yang disintesis di kulit mengikat DBP untuk diangkut ke dalam sirkulasi. ( B ) Vitamin D dari makanan (ergokalsiferol atau kolekalsiferol) dimasukkan ke dalam kilomikron yang meningkatkan penyerapan dan pengangkutannya ke hati. ( C ) Vitamin D2 dan D3 dimetabolisme di hati oleh CYP2R1 untuk pembentukan kalsidiol. ( D ) Di ginjal, kalsidiol dimetabolisme menjadi kalsitriol oleh CYP27B1. ( E ) Kalsidiol dimobilisasi dalam sirkulasi untuk metabolisme ekstrarenal, sementara kalsitriol dimobilisasi untuk menjalankan fungsi endokrin. ( F ) Kalsidiol dapat dimetabolisme dalam sel imun (makrofag dan limfosit), yang kemudian mengekspresikan VDR untuk menjalankan fungsi parakrin dan autokrin. ( G ) Kalsidiol dapat melewati sawar darah-otak (BBB); lebih jauh lagi, kalsitriol yang diproduksi di otak memberikan beberapa fungsi pengaturan (berdasarkan terutama pada studi eksperimental). ( H ) Kalsitriol berinteraksi dengan reseptor nuklirnya untuk membentuk kompleks (VDR–RXR) pada VDRE. Kompleks ini bekerja sama dengan korepresor atau koaktivator nuklir, mengatur transkripsi gen target. 


Vitamin D rendah dikaitkan dengan depresi & kecemasan

Penelitian telah mengaitkan kekurangan vitamin D dengan berbagai masalah kesehatan mental. Sehingga, tidak mengherankan jika terdapat banyak kesamaan antara gejala kekurangan vitamin D dengan gejala depresi, kecemasan, dan penurunan kognitif. Gejala kekurangan vitamin D meliputi kelelahan, perubahan suasana hati, peningkatan kepekaan terhadap rasa sakit, kelemahan otot, gangguan kognitif (seperti gangguan memori episodik dan disfungsi eksekutif), perasaan putus asa atau sedih yang luar biasa, kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya merupakan sumber kesenangan, penurunan atau penambahan berat badan, kehilangan nafsu makan, kecemasan, dan banyak lagi.

Sebuah studi  tahun 2017 yang ditinjau dan diterbitkan baru-baru ini, menyelidiki hubungan antara kekurangan vitamin D dan depresi lalu menyimpulkan bahwa ada bukti yang cukup untuk mendukung hubungan tersebut. Studi itu juga menunjukkan bahwa pada individu yang mengalami depresi dan kekurangan vitamin D, suplementasi vitamin D mungkin merupakan pengobatan yang efektif.


BACA JUGA:


Studi tinjauan terkini lainnya sampai pada kesimpulan serupa bahwa kadar vitamin D berkorelasi terbalik dengan depresi klinis. Namun, studi ini menyimpulkan bahwa bukti yang ada tidak cukup kuat untuk mendukung penggunaan suplemen vitamin D sebagai pengobatan universal untuk depresi.

Sebuah studi tahun 2020 melaporkan bahwa suplementasi vitamin D dapat bermanfaat dalam meningkatkan gejala kecemasan. Satu studi lain yang cukup lengkap menjelaskan Vitamin D sebagai agen bioaktif potensial untuk mengurangi risiko bunuh diri.

Cara Vitamin D memengaruhi Depresi dan Kecemasan

Vitamin D adalah pengatur utama sintesis serotonin otak melalui ekspresi gen TPH2 yang mengandung VDRE. Oleh karena itu, kadar vitamin yang rendah dapat dikaitkan dengan kadar serotonin yang rendah yang berujung pada gangguan kejiwaan dan suasana hati.

Vitamin D memiliki peran penting dalam menjaga vitalitas neuron, seperti neuron yang mengeluarkan neurotransmitter. Setelah mendeteksi keberadaan VDR di hipokampus, terungkap bahwa vitamin D merupakan modulator poten dari ekspresi faktor pertumbuhan saraf (NGF), faktor neurotropik yang berasal dari otak (BDNF), dan neurotrofin (NT)-3, yang diperlukan untuk viabilitas, pertumbuhan, dan migrasi neuron. Sehingga, telah diusulkan bahwa kadar vitamin D yang cukup dapat dikaitkan dengan kadar neurotransmitter homeostatis dan dengan risiko minor gangguan suasana hati seperti depresi.

Selain itu, model eksperimental depresi telah menemukan bahwa vitamin D berkontribusi pada peningkatan metabolisme serotonergik di otak, karena tidak hanya meningkatkan sintesis serotonin melalui induksi ekspresi gen TPH2 tetapi juga memengaruhi ekspresi transporter reuptake serotonin (SERT) dan kadar monoamine oxidase-A (MAO-A), yang bertanggung jawab terhadap katabolisme serotonin. Jadi, deregulasi vitamin D dapat mengubah proses ini dan memicu gejala depresi.


Mekanisme perlindungan vitamin D terhadap depresi

( A ) TRP adalah asam amino esensial yang diperoleh dari makanan. TRP makanan yang tidak dimetabolisme (misalnya, di usus atau hati) memasuki sirkulasi dan dapat melewati BBB. ( B ) TRP adalah prekursor asam amino utama 5-HT. Neurotransmitter ini dikemas dalam vesikel yang ditemukan di terminal akson. ( C ) Kalsitriol yang diproduksi oleh sel-sel SSP memiliki efek autokrin dan parakrin. Kalsitriol meningkatkan ekspresi TPH2, yang sangat penting dalam metabolisme TRP menjadi 5-HT. ( D ) Demikian pula, kalsitriol mengatur ekspresi gen SERT dan MAO-A . ( E ) Oleh karena itu, kalsitriol dapat menurunkan reuptake serotonin dan degradasinya. ( F ) Keadaan inflamasi sistemik karena penyakit yang sudah ada sebelumnya meningkatkan infiltrasi sel-sel sistem imun ke dalam otak. Produksi sitokin proinflamasi (misalnya, IL-6, IL-1β, dan TNF-α) mengaktifkan jalur pensinyalan inflamasi yang memberi umpan balik ke neuroinflamasi. ( G ) Sitokin proinflamasi mengatur aktivitas IDO secara berlebihan sehingga metabolisme TRP dialihkan ke jalur KYN. Selanjutnya, KYN diubah menjadi QUIN oleh aksi KMO dalam mikroglia. ( H ) QUIN meningkatkan aktivitas NMDAR yang memicu pensinyalan GLU berlebihan yang menyebabkan eksitotoksisitas. Eksitotoksisitas GLU memiliki efek pada patogenesis depresi. 


Beberapa penelitian menunjukkan peran potensial vitamin D sebagai mediator dalam hubungan antara penanda inflamasi, depresi, dan bunuh diri. Kadar kalsidiol dalam darah lebih rendah pada mereka yang mencoba bunuh diri dibandingkan dengan pasien depresi yang tidak ingin bunuh diri dan kontrol sehat; selain itu, kadar vitamin D berkorelasi negatif dengan IL-1β untuk semua subjek dan dengan IL-6 pada pasien depresi yang tidak ingin bunuh diri. Selain itu, kadar CRP yang abnormal (>10 mg/L) juga memiliki hubungan yang signifikan dengan gejala depresi.

Meskipun penanda inflamasi klasik seperti CRP, IL-6, dan TNF-α berhubungan dengan depresi dan defisiensi vitamin D, penanda-penanda tersebut tampaknya bukan satu-satunya mediator dalam hubungan ini. Jumlah sel darah putih (WBC) dan rasio neutrofil terhadap limfosit (NLR) juga telah diusulkan sebagai kemungkinan mediator dalam hubungan ini.

Kalsitriol menghambat aktivasi dan pensinyalan faktor κB (NF-κB), yang mengatur ekspresi beberapa gen yang terlibat dalam respon inflamasi dan imun. Maka, pengobatan dengan kalsitriol mengurangi ekspresi sitokin proinflamasi dan menghambat proliferasi sel T.

Perlu upaya lanjutan

Secara keseluruhan, banyak penelitian telah menemukan bukti adanya hubungan antara kekurangan vitamin D dan masalah kesehatan mental. Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa bukti-bukti yang ada masih belum meyakinkan. Namun, karena obat antidepresi memiliki dampak klinis yang signifikan pada pasien yang berada pada kategori depresi sangat parah, penting untuk meneliti manfaat suplementasi vitamin D untuk kelompok individu tertentu, seperti orang yang kelebihan berat badan, orang yang tinggal di daerah perkotaan, orang lanjut usia, atau pasien dengan penanda imun yang meningkat.

Selain itu, penelitian terkini telah menyoroti bahwa pengetahuan masyarakat tentang vitamin D dan kekurangannya masih sangat minim. Sebagian besar (83%) tidak menyadari bahwa sinar matahari merupakan sumber vitamin D, dan kurang dari 1% menyadari bahwa makanan tertentu merupakan sumber vitamin D. Sehingga, diperlukan upaya meningkatkan kesadaran masyarakat yang lebih baik tentang peran vitamin D pada kesehatan secara keseluruhan.


Referensi:

  • Somoza-Moncada, M.M.; Turrubiates-Hernández, F.J.; Muñoz-Valle, J.F.; Gutiérrez-Brito, J.A.; Díaz-Pérez, S.A.; Aguayo-Arelis, A.; Hernández-Bello, J. Vitamin D in Depression: A Potential Bioactive Agent to Reduce Suicide and Suicide Attempt Risk. Nutrients 2023, 15, 1765. https://doi.org/10.3390/nu15071765 
  • Casseb, G.A.S., Kaster, M.P. & Rodrigues, A.L.S. Potential Role of Vitamin D for the Management of Depression and Anxiety. CNS Drugs 33, 619–637 (2019). https://doi.org/10.1007/s40263-019-00640-4 
  • Indian J Psychol Med. 2020 Jan-Feb; 42(1): 11–21. Published online 2020 Jan 6. doi: 10.4103/IJPSYM.IJPSYM_160_19 
  • Moore, Sarah. (2024, June 20). The Connection Between Vitamin D and Mental Health. News-Medical. Retrieved on July 09, 2024 
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaTeknologi Praktik Bedah di Masa Depan

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar