Tips Menghadapi Kesalahpahaman yang Umum Terjadi dalam Pelayanan Kesehatan
Sebagian besar dari kita dilahirkan dan dibesarkan dengan keyakinan bahwa nama merek lebih baik. Itu sebabnya banyak pasien cenderung menganggap obat bermerek lebih unggul dibandingkan obat generik. Hampir semua profesional kesehatan memiliki pengalaman harus menjelaskan tentang obat generik vs. obat bermerek.
Itu adalah salah satu kesalahpahaman umum yang dapat kita hilangkan, sebagai profesional kesehatan, untuk meningkatkan pengalaman perawatan kesehatan pasien secara keseluruhan.
Pastikan untuk memberi tahu pasien bahwa obat bermerek dikembangkan terlebih dahulu, dan obat generik menyusul setelahnya. Biaya yang lebih rendah dihasilkan karena mampu melewati uji coba pemasaran dan obat-obatan (belum lagi mendapatkan paten) yang dibutuhkan oleh versi merek. Bahwa perusahaan farmasi yang bertanggung jawab atas produk bermerek menghabiskan banyak uang untuk memasarkannya, itulah sebabnya harganya sangat tinggi, dan harga obat generik yang lebih murah tidak berarti produk tersebut berkualitas rendah.
Obat generik yang dianggap berkualitas rendah hanya salah satu kesalahpahaman yang sering dijumpai. Berikut beberapa di antaranya serta tips mengatasinya:
'Pengobatan selalu menjadi jawaban'
Ketika pasien ke dokter, mereka berharap untuk pulang dengan membawa resep—industri farmasi melakukan pekerjaan yang baik dalam memberi tahu masyarakat bahwa sebagian besar penyakit dan kelainan dapat diobati dengan obat-obatan.
Tentu saja, hal itu tidak benar jika menyangkut penyakit yang disebabkan oleh virus, jadi penting untuk menjelaskan mengapa antibiotik bukanlah jawabannya. Antibiotik bukan hanya tidak berguna melawan infeksi virus, tetapi juga dapat memusnahkan mikroflora sehat di usus, dan semakin banyak antibiotik yang kita konsumsi, semakin kecil kemungkinan antibiotik tersebut akan berhasil di masa depan. Betapapun membosankannya, mendidik pasien tentang perbedaan antara infeksi bakteri dan virus, termasuk perbedaan tanda dan gejala, juga dapat membantu.
'Manajemen gejala sama dengan pengobatan'
Seringkali, pasien percaya bahwa obat yang baru saja diresepkan untuk mereka akan menyembuhkan penyakitnya, tanpa menyadari bahwa ada banyak penyakit yang belum ada obatnya. Mereka mungkin tidak mengerti bahwa kita meresepkan obat yang hanya akan membantu mengatasi gejala. Hal ini terutama berlaku dalam perawatan kesehatan mental.
Saat kita mendiagnosis pasien depresi dan memulai rencana pengobatan yang mencakup antidepresan seperti SSRI, penting untuk menjelaskan perbedaan antara manajemen gejala dan penyembuhan. Tidak ada “obat” untuk depresi; Namun, gejalanya dapat ditangani dengan rencana pengobatan yang tepat.
Percakapan yang sama juga berlaku untuk sejumlah kelainan lain—yang semuanya cukup jelas bagi kita, namun tidak bagi pasien Anda—seperti demensia, nyeri kronis, PCOS, kelainan genetik tertentu, dan sebagainya.
'Monogami pasti terhindar dari Infeksi Menular Seksual'
Kita tahu bahwa banyak pasien yang ragu untuk jujur kepada dokternya karena takut dihakimi. Namun pesan berbasis rasa malu menghalangi banyak orang untuk melakukan advokasi dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
Penting bagi kita untuk mengedukasi pasien tentang praktik seks yang aman tanpa berfokus pada jumlah pasangan seks. Seseorang bisa tertular IMS dari pasangannya yang monogami, seperti halnya seorang pekerja seks bisa tertular IMS dari salah satu dari banyak pasangannya.
Daripada menstigmatisasi kehidupan seks, kita perlu membicarakan praktik yang aman, pengobatan, dan relasi seksual dalam sudut pandang yang positif. Ajukan pertanyaan seperti, "Apakah Anda senang dengan kehidupan seks Anda?" dan "Apakah Anda memiliki pertanyaan untuk saya tentang kesehatan seksual Anda?"
'Penggunaan antibiotik boleh dihentikan kalau sudah merasa lebih baik'
Dari sudut pandang pasien, masuk akal jika mereka merasa lebih baik, mengapa repot-repot menghabiskan resep antibiotiknya?
Pasien tidak berpengalaman dalam penyakit menular dan farmakologi, jadi tugas kita adalah menjelaskan mengapa melanjutkan pemberian antibiotik dosis penuh sangat penting, terlepas dari seberapa baik perasaan mereka setelah hari kedua. Kita harus memberi edukasi tentang risiko infeksi ulang dan potensi resistensi obat di masa depan.
BACA JUGA:
- Mengapa Banyak Orang Cenderung Menyembunyikan Penyakitnya?
- Inersia Klinis dan Langkah Mengatasinya
- Mengapa Dokter yang Lebih Tua, Belum Tentu Lebih Bijak?
Selalu sempatkan waktu untuk bertukar pendapat bersama pasien
Ada banyak kesalahpahaman lain yang akan atau mungkin sudah sering kita temui di ruang pemeriksaan. Ada kepuasan tersendiri ketika berhasil memberi pemahaman terbaik ke pasien tentang segala hal yang berkaitan dengan kondisinya.
Sayangnya, seperti yang kita ketahui, tidak semua orang mau mendengarkan. Meskipun terkadang rasanya sekeras apa pun kita telah berusaha, pasien seringkali tidak sepakat bahwa keyakinannya salah. Hal terbaik yang bisa kita lakukan hanya terus mencoba. Sebab, ada banyak faktor yang di luar kendali kita sebagai profesional kesehatan, mulai dari misinformasi, disinformasi, kepercayaan, latar budaya, hingga teori konspirasi. Sehingga, ketika hanya sedikit penyesuaian sudut pandang dari pasien yang kita raih, itu sudah dapat dirayakan sebagai sebuah kemenangan.
Log in untuk komentar