sejawat indonesia

Update Diagnosis, Treatment dan Prognosis Infeksi Cytomegalovirus Kongenital

Cytomegalovirus kongenital (cCMV) merupakan infeksi virus kongenital, dan penyebab tuli sensorineural non genetik tersering pada anak, yang juga dapat menimbulkan masalah neurodevelopmental serius. Risiko transmisi intrauterine paling tinggi ketika terjadi infeksi di masa kehamilan, di mana risiko terjadinya transmisi vertikal berbanding lurus dengan usia gestasi.

Cytomegalovirus merupakan virus DNA untai ganda yang tergolong dalam Herpesviridae family. CMV memiliki angka morbiditas yang tinggi, dan kadang menyebabkan kematian pada populasi neonatus.

Dalam beberapa tahun terakhir, infeksi CMV menjadi infeksi kongenital yang paling sering dengan angka prevalensi 0.2-6% di negara maju, dan 0.6-6.1% di negara berkembang. Walaupun prevalensi dan morbiditas yang tinggi pada neonatus, belum terdapat standarisasi dalam pemeriksaan diagnostik dan terapeutik pada infeksi CMV.

Gejala klinis diklasifikasikan menjadi simtomatik atau asimtomatik. Gejala yang paling sering terlihat pada neonatus dengan infeksi CMV berupa ikterus, peteki, hepatosplenomegali, mikrosefali, tanda neurologis seperti letargi, hipotoni, kejang, dan refleks menghisap yang buruk.

Gangguan pendengaran dapat terjadi segera saat lahir, atau tertunda hingga beberapa tahun pertama kehidupan, berupa tuli sensorineural yang dapat terjadi unilateral atau bilateral. Infeksi cCMV juga dapat menyebabkan terjadinya kematian janin dalam rahim, pertumbuhan janin terhambat, kelahiran prematur, polihidramnion, dan komplikasi maternal seperti pre-eklampsia.

Diagnosis Maternal Infeksi Cytomegalovirus

Infeksi maternal primer adalah ibu hamil yang baru terinfeksi CMV pertama kali, sedangkan infeksi CMV non-primer yaitu ditemukannya infeksi aktif CMV pada individu yang pernah terinfeksi CMV sebelumnya, dan pernah inaktif selama kurang lebih 4 minggu tidak terdeteksi.

Hal ini diakibatkan oleh reaktivasi endogen dari virus yang laten atau reinfeksi virus varian lain dari luar. Infeksi CMV maternal yang didapatkan sebelum konsepsi mengakibatkan tidak adanya proteksi antibodi janin. Sehingga peluang transmisi virus ke janin menjadi lebih besar. Infeksi maternal primer dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan serologis igG dan igM.

Tes aviditas igG sebaiknya digunakan hanya pada saat ditemukan antibodi igM positif yang spesifik terhadap CMV. Infeksi primer dan non-primer CMV dapat diketahui melalui pemeriksaan igM yang positif dikombinasikan dengan aviditas igG. Aviditas igG yang rendah menunjukkan infeksi yang baru, sedangkan aviditas igG yang tinggi pada kehamilan awal menunjukkan adanya infeksi yang terjadi sebelum konsepsi.


Baca Juga :


DIAGNOSIS PRENATAL

Pemeriksaan amniocentesis melalui PCR untuk mencari DNA dari CMV merupakan pemeriksaan diagnostik prenatal terbaik yang dapat dilakukan. Hal ini dikarenakan fetus mengekskresikan urin yang mengandung virus ke dalam cairan amnion.

Dua studi yang dilakukan pada infeksi maternal primer, menemukan kadar DNA CMV yang persisten pada darah ibu akan meningkatkan risiko transmisi CMV kepada fetus. Metode ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi ketika dilakukan di umur kehamilan 20-21 minggu, dan 8 minggu setelah perkiraan terjadinya serokonversi maternal.

Pemeriksaan ultrasonografi merupakan modalitas yang bermanfaat untuk memprediksi prognosis dari infeksi fetus, walaupun pemeriksaan ini memiliki sensitivitas yang rendah untuk diagnosis prenatal.

SCREENING DAN DIAGNOSIS NEONATAL

Karena tuli sensorineural biasanya tidak langsung tampak saat lahir. Banyak kasus yang memiliki gejala pendengaran, neurologis, dan gangguan perkembangan dengan onset yang lambat, diperlukan pemeriksaan screening dan pemeriksaan pendengaran pada neonatus yang memiliki risiko tinggi.

Oleh karena itu dibutuhkan jenis pemeriksaan yang cepat, murah, dan dapat diandalkan untuk screening adanya cCMV. Bayi baru lahir yang terinfeksi memiliki kadar virus yang tinggi pada saliva maupun urin, oleh karena itu kedua spesimen ini dapat digunakan. Penggunaan DBS (dried blood spot) juga mulai diteliti sebagai spesimen diagnostik dan screening cCMV. Tapi, tampaknya sampel ini memiliki sensitivitas yang rendah.

Isolasi virus melalui pemeriksaan kultur urin atau saliva merupakan metode standar diagnosis cCMV. Tapi, pemeriksaan ini mahal, dan memerlukan sampel jaringan sehingga tidak dapat dijadikan standar pemeriksaan screening. Metode PCR (polymerase chain reaction) lebih direkomendasikan untuk pemeriksaan cCMV karena memiliki sensitivitas yang tinggi pada sampel saliva dan urin.

Dari penelitian yang ada, tes laboratorium standar untuk mendeteksi adanya infeksi cCMV adalah melalui PCR dengan menggunakan sampel saliva, dan sampel urin untuk konfirmasi. Penggunaan sampel urin digunakan untuk konfirmasi diagnosis, dikarenakan urin yang dikeluarkan oleh bayi, biasanya mengandung CMV yang didapatkan dari air susu ibu.

Pengambilan saliva segera setelah bayi selesai menyusu dapat menyebabkan hasil positif palsu pada pemeriksaan. Pengukuran kadar viral load (VL) baru-baru ini mulai diteliti untuk melihat apakah kadar VL berhubungan dengan keparahan penyakit dan mengukur prognosis jangka panjang.

Penatalaksanaan cCMV

Terapi antivirus pada neonatus dengan cCMV telah berkembang pesat belakangan ini. Indikasi dilakukan tatalaksana berdasarkan ditemukannya cCMV yang simtomatik. Karena toksisitas obat antivirus, penggunaannya pada neonatus dengan infeksi kongenital harus mempertimbangkan risiko dan manfaatnya.

Sebuah penelitian acak terkontrol oleh Kimberlin et al (2015) menemukan perbaikan dan pencegahan gangguan sistem pendengaran dengan pemberian gansiklovir intravena selama 6 minggu.

Oliver et al (2009) juga melakukan penelitian untuk membandingkan aspek perkembangan sistem saraf pada cCMV yang diberikan gansiklovir dan tidak diberikan terapi gansiklovir. Dari penelitian itu didapatkan adanya perbaikan perkembangan saraf pada bayi yang diberikan gansiklovir dibandingkan yang tidak mendapatkan terapi antivirus.

Penelitian terbaru oleh Bilavsky et al (2016) menemukan bahwa pemberian antivirus pada cCMV simtomatik pada usia 4 minggu, yang diberikan terapi selama 12 bulan, menunjukkan perbaikan sistem pendengaran yang signifikan.

Studi ini menunjukkan bahwa gangguan pendengaran ringan hingga sedang mengalami perbaikan hingga menjadi normal. Bahkan pada kasus gangguan pendengaran yang berat, 40% dari pasien mengalami perbaikan sistem pendengaran setelah diberikan terapi antivirus.

Penggunaan valgansiklovir oral dengan durasi 12 bulan juga direkomendasikan oleh beberapa klinisi. Valgansiklovir oral memiliki tingkat efektivitas dan tolerabilitas yang tinggi dalam perbaikan jangka panjang sistem pendengaran dan perkembangan saraf.

Prognosis cCMV

Sejauh ini prognosis cCMV masih terbilang buruk terutama pada neonatus yang simtomatik. cCMV yang simtomatik dapat menimbulkan masalah jangka panjang seperti tuli sensorineural, gangguan mental dan perkembangan anak, serta gangguan pada sistem visual.

Sebanyak 10% dari bayi baru lahir simtomatik meninggal pada masa neonatus. Bayi baru lahir yang asimtomatik biasanya jarang terjadi gangguan jangka panjang, hanya 10-12% yang mengalami gangguan pendengaran, dan kelompok yang lebih kecil akan mengalami disabilitas neuromotor dan visual.

Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan cCMV non-primer yang simtomatik dengan mikrosefali, kalsifikasi intrakranial, atau korioretinitis memiliki prognosis yang paling buruk.


Penulis : dr. Dody Abdullah Attamimi

Referensi :

  • Chiopris, G., Veronese, P., Cusenza, F., Procaccianti, M., Perrone, S., Daccò, V., Colombo, C., & Esposito, S. (2020). Congenital Cytomegalovirus Infection: Update on Diagnosis and Treatment. Microorganisms, 8(10), 1516.
  • Cytomegalovirus (CMV) and Congenital CMV Infection. (28 April 2020). Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/cmv/clinical/lab-tests.html#:~:text=The%20standard%20l aboratory%20test%20for,CMV%20in%20their%20breast%20milk.
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaMengenal MISS, Tren Baru Teknik Pembedahan Spinal

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar