sejawat indonesia

Prediksi Autisme Melalui Perubahan Otak pada Bayi

Gangguan Spektrum Autisme (GSA) biasanya muncul sebagai adanya keterlambatan atau fungsi abnormal pada interaksi sosial, bahasa, atau bermain, yang mulai terdeteksi pada tahun pertama usia anak sampai dengan usia tiga tahun.1 

Walau begitu, studi terbaru menunjukkan bahwa gangguan pada otak anak dengan GSA sudah mulai dapat terdeteksi melalui pemindai MRI sejak sebelum mereka menginjak usia satu tahun.

Pembesaran otak telah dikaitkan dengan anak-anak dengan GSA.2 Pembesaran ini dianggap paling terlihat pada awal masa kanak-kanak, dan para peneliti dari University of North Carolina ini berhipotesa bahwa pembesaran otak ini telah terjadi sebelum usia 24 bulan dan berhubungan dengan hiperekspansi area permukaan kortikal yang kemudian terkait dengan pembentukan tingkah laku dari anak-anak dengan GSA.

Studi yang diterbitkan pada jurnal Nature ini melakukan pemindaian MRI terhadap 150 bayi sebanyak tiga kali, pada usia enam bulan, satu tahun, dan dua tahun. Dari partisipan, terdapat 142 bayi dengan risiko GSA tinggi, dan 42 bayi dengan risiko rendah. Bayi-bayi dengan risiko tinggi ini memiliki kakak yang didiagnosa mengidap autisme, di mana artinya mereka memiliki kemungkinan untuk mengalami autisme sebanyak 20 persen.

Mereka kemudian menggunakan algoritma pencitraan MRI otak dari bayi-bayi yang mengalami hiperekspansi permukaan kortikal yang berusia 6-12 bulan dan memprediksi diagnosis autisme pada anak dengan risiko tinggi pada usia 24 bulan, dengan nilai prediksi positif 81 persen dan sensitivitas tes mencapai angka hingga 88 persen.

Mekanisme terjadinya hiperekspansi pada otak ini belum diketahui dengan jelas. Namun peneliti berspekulasi bahwa bayi autistik mengalami dunia secara berbeda dengan bayi-bayi lainnya pada tahun pertama kehidupannya, yang di mana hal ini kemudian berkontribusi terhadap perubahan otak dalam perkembangannya untuk menjadi autistik.

Walau begitu, dengan hanya melibatkan 100 anak berisiko untuk GSA, studi ini masih dianggap terlalu kecil untuk dianggap sebagai sesuatu yang sudah pasti. Oleh karena itu, riset-riset selanjutnya yang berskala lebih besar dan juga menggunakan pencitraan otak jenis lain masih dibutuhkan.

Selain itu, studi ini juga hanya dilakukan pada bayi dengan risiko tinggi untuk mendapatkan GSA di kemudian hari, bukan pada masyarakat umum. Oleh karena itu, riset terhadap masyarakat umum yang tidak memiliki risiko tinggi untuk GSA juga perlu dilakukan.

Jika riset-riset selanjutnya membuktikan hasil yang sama dengan studi ini, hal ini akan membantu anak-anak dengan risiko tinggi untuk didiagnosa sebelum gejala GSA muncul.

Pada umumnya, orang tua tidak menyadari adanya gejala autistik sampai anak sudah mencapai umur di mana ia seharusnya telah mulai berbicara, dan melakukan interaksi sosial. Dan dengan membuka metode diagnosis baru, maka di masa depan akan sangat memungkinkan untuk membuka peluang mengembangkan potensi metode terapi yang lebih tepat pula.  

 
Referensi:
  1. Lord, Catherine et al. "Autism Spectrum Disorders". Neuron 28 (2000): 355-365. Print.
  2. Sparks, B. F. et al. "Brain Structural Abnormalities In Young Children With Autism Spectrum Disorder". N.p., 2017. Web.
 

Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaTerapi Ini Memberi Harapan untuk Pengobatan TB Paling Resisten

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar