sejawat indonesia

Terapi Ini Memberi Harapan untuk Pengobatan TB Paling Resisten

Tuberkulosis (TB) adalah salah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. Pada tahun 2015, 10.4 juta orang menderita penyakit TB dan 1.8 juta orang meninggal akibat penyakit ini. Diperkirakan 480.000 orang kemudian mengalami multiresistensi obat TB (MDR-TB), dan sekitar 9.5% dari mereka lalu mengalami kondisi yang lebih serius dari itu, yaitu resistensi obat TB ekstensif (XDR-TB), di mana bakteri tidak memberi respon terhadap pengobatan anti-TB lini kedua yang paling efektif sekalipun [1]. Namun baru saja sekelompok peneliti melaporkan bahwa mereka telah berhasil mengobati pasien dengan XDR-TB hanya dalam kurun waktu enam bulan. Saat ini, pengobatan terhadap XDR-TB dapat memakan waktu dua setengah tahun lamanya, dengan menggunakan obat-obatan TB lini kedua. Terapi yang digunakan yaitu dengan obat Nix-TB, yang merupakan kombinasi dari Bedaquiline, Pretomanid dan Linezolid. Bedaquiline adalah sebuah antibiotik untuk TB yang bekerja dengan cara menginhibisi ATP sintetase dari Mycobacterium dan mendeplesi energi seluler [2]. Pretomanid juga didesain untuk terapi TB. Sedangkan Linezolid adalah antibiotik yang sering digunakan untuk tatalaksana infeksi kulit dan pneumonia [3]. Terapi ini diberikan secara oral selama enam bulan terhadap sampel kecil pasien yang telah terdiagnosa dengan XDR-TB, di mana setengahnya juga mengidap HIV. Evaluasi klinis, laboratorium, dan kultur cairan sputum dilakukan pada awal penelitian dan pada minggu 1, 2, 4, 6, 8 dan kemudian setiap empat sampai enam minggu selama pengobatan. Selama enam bulan terapi, bakteri TB tidak lagi terdeteksi pada sirkulasi pasien. Sejumlah 20 orang pasien berhasil berhenti mengonsumsi obat setelah periode ini, dan hanya ada satu orang saja dari mereka yang mengalami relaps. Di seluruh dunia, hanya 52% dari pasien MDR-TB dan 28% pasien XDR-TB yang telah berhasil disembuhkan. Pada tahun 2016, WHO memberi izin penggunaan dari regimen singkat yang telah terstandardisasi untuk pasien MDR-TB yang tidak resisten terhadap obat-obatan lini kedua untuk TB. Regimen ini membutuhkan waktu pengobatan 9-12 bulan dan cukup lebih murah dibandingkan terapi konvensional untuk MDR-TB, yang dapat memakan waktu sampai dengan dua tahun lamanya. Namun pasien dengan XDR-TB atau mereka yang resisten terhadap obat-obatan anti-TB lini kedua tidak dapat menggunakan regimen tersebut, dan harus diberikan regimen MDR-TB dengan waktu yang lebih lama, dan juga diberi tambahan satu jenis obat baru seperti Bedaquiline dan Delamanid [1]. Walau studi ini masih melibatkan populasi yang kecil, serta uji coba yang lebih besar dan lebih lanjut masih dibutuhkan sebelum digunakan secara luas, namun hasil saat ini memberi harapan bahwa terapi baru sedang dikembangkan untuk menghentikan laju dari strain bakteri yang sangat berbahaya ini.  
Referensi:
  1. "Tuberculosis (TB)". World Health Organization. N.p., 2016. Web. 22 Feb. 2017.
  2. Cox, Edward and Katherine Laessig. "FDA Approval Of Bedaquiline — The Benefit–Risk Balance For Drug-Resistant Tuberculosis". New England Journal of Medicine 371.8 (2014): 689-691. Web. 22 Feb. 2017.
  3. "Linezolid: Medlineplus Drug Information". Medlineplus.gov. N.p., 2017. Web. 22 Feb. 2017.
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaPenggunaan Proton Pump Inhibitors Berhubungan dengan Peningkatan Risiko Gagal Ginjal Kronik

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar