sejawat indonesia

Ancaman Aspek Medikolegal dari Layanan Transplantasi Rambut

Bidang transplantasi rambut telah berkembang pesat dalam dekade terakhir, terutama setelah diperkenalkannya eksisi unit folikel. Di Eropa, misalnya, terjadi peningkatan minat terhadap operasi transplantasi rambut sebesar 240% antara tahun 2010 dan 2021 dan Turki telah menjadi tujuan yang sangat populer untuk operasi transplantasi rambut sehingga beberapa staf telah mengganti nama Turkey Airlines menjadi “Turkey Hairlines”. 

Di Indonesia, meski datanya tidak tersedia, namun hadirnya klinik-klinik yang menawarkan layanan transplantasi rambut, menjadi tanda bahwa prosedur ini sedang diminati untuk mengatasi persoalan kerontokan rambut.

Tren Transplantasi Rambut secara Global

FUE Vs. FUT

Ekstraksi unit folikel (FUE) melibatkan pengambilan folikel rambut individual dari area donor di kepala Anda yang memiliki banyak pertumbuhan rambut sehat. Folikel rambut ini kemudian dimasukkan ke kulit kepala tempat rambut rontok terjadi.

Transplantasi unit folikel (FUT) lebih invasif daripada operasi FUE. Operasi ini melibatkan pengambilan potongan kulit dari area donor kulit kepala (biasanya bagian belakang kepala) yang mengandung banyak folikel rambut. Potongan tersebut diiris menjadi kelompok folikel rambut yang lebih kecil, yang kemudian ditransplantasikan ke area yang menipis di seluruh kulit kepala.


BACA JUGA:


Ada banyak variasi dalam kriteria untuk pemilihan kasus, teknik, dan protokol pra-prosedur dan pasca-prosedur, oleh berbagai ahli bedah. Teknik terus berkembang dan bukti dalam bentuk data terkontrol tidak tersedia untuk semua teknik dan protokol yang digunakan; ada juga perdebatan tentang siapa yang dapat melakukan apa, apa yang seharusnya menjadi pelatihan bagi staf, dan peran teknisi. Hal ini telah menyebabkan situasi di mana masalah medikolegal muncul mengenai apa yang paling tidak dapat diterima. Di sini, ada upaya untuk meringkas protokol standar dengan bukti yang tersedia.

Berikut ini beberapa langkah dan hal yang perlu diketahui seorang Profesional Kesehatan untuk mencegah persoalan Medikolegal dalam Transplantasi Rambut.

Kelalaian dan Malpraktik

Penting untuk memahami perbedaan mendasar antara kelalaian (negligence) dan malapraktik medis (medical malpractice) dalam transplantasi rambut. Kedua istilah tersebut seringkali digunakan secara bergantian, meskipun memiliki konotasi yang berbeda. 

Kelalaian medis tidak melibatkan kesengajaan dan terjadi ketika seorang dokter menyebabkan kerugian pada pasien tanpa disadari, baik karena ketidaktahuan atau karena tidak mengambil tindakan yang diperlukan. Meskipun tindakan atau kelalaian tersebut jelas merupakan kesalahan, hal tersebut tidak sampai pada titik malpraktik medis, karena penyedia layanan medis tidak melakukannya dengan maksud untuk menyebabkan kerugian atau karena mengetahui bahwa pasien mungkin menderita kerugian.

Kelalaian medis dalam transplantasi rambut dapat timbul akibat meningkatnya jaringan parut di area donor (pengambilan berlebihan), kepadatan yang tidak memadai, bercak botak (penggabungan area donor), garis rambut yang tidak estetis, penanaman cangkokan yang salah arah, dll.

Di sisi lain, malapraktik medis terjadi di banyak tempat yang sama. Namun tidak seperti kelalaian, dalam kasus malpraktik, profesional medis menyadari potensi konsekuensi dari tindakannya (atau justru tidak bertindak) dan tetap melanjutkan tindakannya. Tindakan tersebut bukan karena ia ingin mencelakai pasien, tetapi memang disengaja karena ia tahu bahwa dengan melakukan tindakan tersebut, risiko cedera akan muncul. 

Beberapa langkah dalam operasi transplantasi rambut, meskipun merupakan prosedur bedah berbasis tim, tidak boleh didelegasikan kepada teknisi, misalnya: pengambilan cangkokan atau pembuatan lokasi penerima, pemberian anestesi lokal, dll. Pasien dapat mengajukan gugatan hukum yang menyatakan bahwa prosedur transplantasi rambut "dilakukan dengan cara yang tidak sesuai dengan standar praktik medis yang dapat diterima." Cedera yang dialaminya bisa saja berbentuk perubahan bentuk garis rambut, jaringan parut, kegagalan pertumbuhan, trauma psikologis, dan kerugian finansial, karena operasi tersebut tidak dilakukan oleh dokter, melainkan oleh teknisi.

Konsultasi bersama pasien

Konsultasi merupakan langkah penting, selain untuk menentukan perawatan, ini juga bisa menjadi langkah pertama untuk mengukur kepuasan yang diinginkan pasien. Dokter yang baik dan sukses selalu mendengarkan pasiennya. 

Langkah pertama adalah mencoba memahami kekhawatiran pasien. Terkadang, kekhawatiran pasien mungkin berbeda dari apa yang tampak jelas saat pemeriksaan. Setelah mendengarkan pasien, dokter dapat melanjutkan pemeriksaan. Setelah memeriksa pasien, dokter dapat menyampaikan penilaiannya kepada pasien, dan dengan mengingat kekhawatiran dan harapan pasien, dokter menguraikan perawatan yang layak. 

Secara khusus, terkait dengan penanganan kerontokan rambut, penting untuk menyampaikan fakta bahwa kerontokan rambut akan bertambah seiring bertambahnya usia, pasien mungkin memerlukan beberapa kali transplantasi rambut sepanjang hidupnya, tergantung pada perkembangan kerontokan rambutnya, dan mereka mungkin juga perlu menggunakan obat-obatan untuk jangka waktu yang lama. Informasi tersebut harus menyampaikan bahwa proses transplantasi rambut tidak menciptakan rambut baru tetapi mendistribusikan kembali rambut yang ada; oleh karena itu, kepadatan cakupan tidak akan sama seperti sebelum pasien mengalami kebotakan. 

Uraikan keterbatasan perawatan dan sampaikan semua cara yang dapat membantu mengatasi masalah kerontokan rambut, seperti mempertahankan tampilan yang dicukur, perawatan medis, dan kamuflase (mikro pigmentasi kulit kepala). 

Pasien juga dapat dengan mudah disesatkan oleh iklan di media atau di Internet dan seringkali datang untuk konsultasi dengan ide-ide, harapan, dan informasi yang terbentuk sebelumnya yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang dapat dilakukan. Menetapkan harapan pasien sehubungan dengan hasil transplantasi merupakan bagian penting dari konsultasi bersama pasien.

Penting untuk mengidentifikasi tanda-tanda bahaya potensial selama konsultasi, yang mungkin menjadi dasar komplikasi di masa mendatang; yang paling umum adalah sebagai berikut:

  • Harapan yang tidak realistis dalam hal kepadatan yang ingin dicapai atau luas cakupan.
  • Adanya miniaturisasi yang signifikan di area donor.
  • Pola kerontokan rambut yang tidak biasa atau adanya bercak alopecia di tempat lain pada tubuh.
  • Banyak rambut patah di area yang terkena.
  • Kerontokan rambut yang berlebihan.
  • Adanya peradangan kulit kepala, nyeri kulit kepala, pruritus.
  • Gangguan mental.
  • Gangguan dismorfik tubuh (BDD).

Kondisi-kondisi tersebut dapat dianggap sebagai kontraindikasi untuk transplantasi rambut dan hal ini harus disampaikan kepada pasien tanpa takut kehilangan pasien bedah potensial.

Persetujuan berdasarkan informasi (Informed Consent)

Persetujuan berdasarkan informasi merupakan kewajiban hukum mendasar untuk semua prosedur medis termasuk intervensi bedah. Bahkan, tidak melakukannya merupakan kelalaian. Persetujuan berdasarkan informasi mencakup memastikan bahwa pasien sepenuhnya memahami kondisi mereka dan kemungkinan pengobatan untuk mengatasinya. 

Khusus transplantasi rambut, aspek-aspek berikut harus ditetapkan:

  • Sifat dan prognosis pasti dari kondisi rambut rontok.
  • Sifat perawatan atau prosedur yang diusulkan dan perawatan tambahan yang diperlukan.
  • Perawatan atau prosedur alternatif yang tersedia untuk kondisinya.
  • Risiko perawatan atau prosedur yang diusulkan dan alternatifnya.
  • Kemungkinan hasil dan peluang keberhasilan atau kegagalan pengobatan.
  • Kronologi kejadian mulai dari durasi operasi, periode pascaoperasi, dan hasil akhir.
  • Penting untuk menyebutkan semua akibat dari transplantasi rambut seperti pembengkakan, nyeri, folikulitis, dll.
  • Perkiraan biaya prosedur termasuk layanan pra dan pasca operasi

Hal penting yang perlu diingat adalah bahwa penandatanganan formulir persetujuan yang komprehensif oleh pasien mungkin tidak melindungi dokter dari tuntutan malpraktik jika terjadi kesalahan. Bahkan, jika terjadi komplikasi yang terdokumentasi, tanggung jawab tetap berada pada dokter bedah untuk membuktikan bahwa hal ini terjadi meskipun telah mengikuti standar perawatan dan tidak ada penyimpangan dari perilaku dokter yang wajar dan kompeten. 

Penggunaan istilah yang keliru, tidak akurat, dan menyesatkan

Banyak klinik transplantasi rambut mempekerjakan staf pemasaran untuk menarik pasien. Para staf pemasaran tersebut, dalam upaya mereka untuk melakukan penjualan, akhirnya menjanjikan lebih banyak hal daripada yang dapat dicapai melalui prosedur yang tersedia. 

American Board of Hair Restoration Surgery (ABHRS) dan International Society of Hair Restoration Surgery (ISHRS) telah mewanti-wanti untuk tidak melakukan promosi berlebihan yang dapat menyesatkan pasien. 

Beberapa penggunaan istilah/terminologi berikut, atau yang serupa dan keliru menggambarkan realitas fisik dari operasi transplantasi rambut dapat menjadi sebuah pelanggaran kode etik:

“Operasi tanpa bekas luka”

“Tidak ada sayatan”

“Tidak ada sentuhan”

“Tidak ada pemotongan”

“Non-invasif”

“Hasil yang terjamin”

“Cangkok tak terbatas”

“Tidak ada risiko”

“Bebas rasa sakit”

“Menghilangkan kebutuhan akan prosedur tambahan”

Kesimpulan

Persetujuan yang diberikan berdasarkan informasi dan konsultasi yang bebas konflik merupakan persyaratan moral untuk setiap operasi, terlebih lagi untuk operasi transplantasi rambut, yang sepenuhnya bersifat elektif dan dilakukan bukan untuk mengobati masalah medis, tetapi pada dasarnya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Diterimanya persetujuan yang diberikan berdasarkan informasi bukan hanya merupakan kebutuhan etis, tetapi yang lebih penting lagi, merupakan persyaratan hukum. Komunikasi yang sangat jelas dengan pasien merupakan kunci dalam proses ini. Memastikan bahwa pasien memahami informasi dengan jelas sama pentingnya dengan mengomunikasikannya. 

Terakhir, otonomi pasien merupakan kunci dari keseluruhan proses untuk menghindari masalah medis dan hukum. Konseling pasien dan persetujuan yang diberikan berdasarkan informasi merupakan prinsip penting dalam menjalin kolaborasi terapeutik dengan pasien.


Referensi:

  • Sattur SS, Sattur IS. Patient Counselling and Medicolegal Aspects of Hair Transplant Surgery. Indian J Plast Surg. 2021 Dec 20;54(4):441-445. doi: 10.1055/s-0041-1739250. PMID: 34984082; PMCID: PMC8719947.
  • American Board of Hair Restoration Surgery, Code of Ethics
  •  
  • International Society of Hair Restoration Surgery: 2022 Practice Census Results
  • Red Flags--Misleading & Inapproriate Messaging, The International Society of Hair Restoration Surgery (ISHRS). 
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaRetinoid, Golden-Standard Anti Penuaan

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar