sejawat indonesia

Karakter Klinis dan Pilihan Perawatan Trikotilomania

Tindakan mencabut rambut sendiri secara berulang-ulang seringkali merupakan gejala trikotilomania, yang juga dikenal sebagai hair-pulling disorder. Perilaku ini menyebabkan rambut rontok dan gangguan serius dalam fungsi sehari-hari. Trikotilomania, suatu kondisi yang ditandai dengan dorongan kompulsif untuk mencabut rambut sendiri, telah menjadi bahan wacana ilmiah selama lebih dari satu abad. Namun, trikotilomania belum diakui secara formal sebagai gangguan kesehatan mental dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association hingga edisi DSM-III-R pada tahun 1987. 

Saat itu, trikotilomania digolongkan sebagai penyakit mental, gangguan kontrol impuls yang tidak sesuai dengan kategori lain yang ada. Trikotilomania dimasukkan ke dalam bagian yang didedikasikan untuk gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan terkait dalam edisi kelima Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5). Klasifikasi ini mencakup kondisi lain, termasuk gangguan dismorfik tubuh, gangguan ekskoriasi, dan sindrom menimbun barang (hoarding disorder). 

Artikel ini akan memberikan gambaran umum tentang pengetahuan yang ada mengenai trikotilomania, yaitu kelainan kejiwaan yang ditandai dengan mencabut rambut secara kompulsif.


BACA JUGA:


Epidemiologi dan Karakteristik Klinis 

Meskipun studi epidemiologi mengenai trikotilomania terbatas, penelitian-penelitian lebih kecil yang telah dilakukan, terutama di lingkungan universitas telah memberikan wawasan mengenai prevalensi kondisi ini. Studi-studi ini menunjukkan kejadian seumur hidup sekitar 0,6 persen dan titik prevalensi berkisar antara 0,0 persen hingga 3,9 persen. 

Data yang disajikan mungkin meremehkan prevalensi trikotilomania pada populasi yang sebenarnya karena kecenderungan individu yang menderita kondisi ini mengalami stigma dan harus menanggung rasa malu. Trikotilomania menunjukkan disparitas gender yang mencolok pada orang dewasa, dengan prevalensi besar pada perempuan sebesar 4:1 dibandingkan dengan laki-laki.

Tindakan mencabut rambut biasanya dimulai pada tahap akhir masa kanak-kanak atau fase awal remaja. Trikotilomania sering dikaitkan dengan berkurangnya kepercayaan diri, penurunan kualitas hidup, dan kecenderungan untuk menghindari situasi sosial karena hal ini terjadi pada fase perkembangan. Penghindaran ini dapat terwujud dalam berbagai cara, seperti keengganan untuk melakukan aktivitas seperti potong rambut, berenang, berada di luar ruangan saat cuaca berangin, berpartisipasi dalam olahraga, atau menjalin hubungan romantis. Stres, kebosanan, atau periode tidak aktif semuanya dapat berfungsi sebagai rangsangan untuk melakukan tindakan mencabut rambut. 

Selain itu, sejumlah besar orang menunjukkan kurangnya kesadaran akan perilaku kompulsif mereka, yang umumnya dikenal sebagai tarikan "otomatis", yang merupakan manifestasi terus-menerus dari gangguan Trikotilomania. Proporsi yang signifikan, berkisar antara 10% hingga 20%, pasien yang didiagnosis dengan trikotilomania melakukan konsumsi rambut mereka sendiri setelah mencabutnya, suatu perilaku yang biasa disebut sebagai "trikofagia". 

Kebiasaan khusus tersebut telah dikaitkan dengan potensi konsekuensi buruk seperti penyumbatan saluran pencernaan dan pembentukan massa rambut di usus, yang dikenal sebagai "trichobezoars" yang mungkin memerlukan intervensi bedah.

Psikoterapi

Terapi perilaku kognitif mencakup serangkaian teknik terapeutik yang dikenal luas dan terbukti berguna dalam pengobatan trikotilomania. Salah satu contoh pendekatan pengobatan trikotilomania yang sudah mapan adalah terapi pembalikan kebiasaan atau habit reversal therapy  (HRT), yang telah menunjukkan dampak yang signifikan jika dibandingkan dengan kondisi kontrol. 

HRT umumnya digunakan sebagai pendekatan terapeutik awal, dengan memprioritaskan komponen-komponen berikut: meningkatkan kesadaran melalui pelatihan untuk mengenali situasi yang mungkin mendahului episode pencabutan rambut; menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi kecemasan dan stres, yang seringkali diidentifikasi sebagai pemicu episode mencabut rambut; menerapkan pelatihan respons bersaing untuk menggantikan perilaku menarik yang tidak diinginkan dengan tindakan alternatif yang tidak terlalu mencolok; memanfaatkan prosedur motivasi untuk mendorong keterlibatan dan komitmen terhadap proses pengobatan; dan menggabungkan pelatihan untuk mempromosikan penerapan keterampilan yang dipelajari di luar lingkungan terapi. 

Dalam pengelolaan trikotilomania, kombinasi teknik terapi perilaku dialektis dan prosedur perilaku kognitif tradisional telah digunakan. Protokol pengobatan mencakup pelatihan kesadaran, di mana pasien diinstruksikan untuk secara sadar mengalami impuls atau emosi yang tidak menyenangkan pada saat ini dan memperoleh kemampuan untuk memungkinkan mereka menghilang tanpa melakukan tindakan menarik. Selain itu, pasien dididik tentang teknik mengelola emosi negatif secara efektif tanpa harus menarik rambut, serta mengembangkan kapasitas untuk menahan desakan atau kejadian yang membuat stres.

Terapi penerimaan dan komitmen/Acceptance  and  commitment  therapy (ACT) adalah suatu bentuk psikoterapi yang melibatkan mendorong pasien untuk merasakan dorongan mereka untuk melakukan perilaku impulsif sekaligus melakukan penerimaan terhadapnya tanpa melakukan tindakan seperti sebelumnya. Emosi negatif yang terkait dengan tarik-menarik juga muncul namun tetap tidak diungkapkan. Konsep ini menyatakan bahwa melalui proses pemahaman, persepsi, dan perjumpaan, individu dapat menyadari bahwa mereka tidak dipaksa untuk merespons keinginan atau emosi. 

Penelitian awal menunjukkan bahwa penerapan pengobatan eksposure, suatu pendekatan terapeutik yang berasal dari domain gangguan obsesif-kompulsif (OCD), berpotensi bermanfaat dalam mengatasi trikotilomania.

Komponen awal intervensi melibatkan analisis pola perilaku mencabut rambut individu. Selanjutnya, komponen kedua memerlukan pengembangan struktur hierarki untuk mengatasi kecenderungan-kecenderungan yang mengganggu. Komponen ketiga mencakup teknik pemaparan yang disesuaikan dengan hierarki spesifik individu. Terakhir, komponen keempat berfokus pada pengobatan disregulasi emosi.

Farmakoterapi 

Tidak ada badan pengawas yang mengizinkan obat apa pun untuk pengobatan trikotilomania. Oleh karena itu, banyak penelitian telah dilakukan untuk memastikan keamanan dan kemanjuran beragam intervensi pengobatan. 

N-acetylcysteine (NAC), clomipramine, olanzapine, dan dronabinol adalah farmakoterapi yang telah menunjukkan kemanjuran dalam pengobatan trikotilomania. Namun, penting untuk dicatat bahwa efektivitas obat ini ditentukan berdasarkan ukuran sampel yang terbatas dalam uji klinis. Hasil yang diperoleh untuk pengobatan trikotilomania ternyata tidak konsisten.

Penelitian yang dilakukan pada orang dewasa menunjukkan kemanjuran yang lebih besar dibandingkan dengan plasebo; Namun, penelitian yang dilakukan pada anak-anak tidak memberikan hasil serupa. Hasil penelitian ini menggarisbawahi potensi variasi penyakit di berbagai kelompok usia dan potensi perubahan evolusioner seiring berjalannya waktu. 

Efek samping N-acetylcysteine (NAC) seringkali ringan, terutama bermanifestasi sebagai gejala kembung dan perut kembung. Dalam penelitian double-blind dan terkontrol plasebo selama 12 minggu, kemanjuran Lanzapine, obat antipsikotik, dievaluasi menggunakan ukuran sampel terbatas yaitu 23 peserta. Dalam penelitian tersebut, diamati bahwa olanzapine, yang diberikan dengan dosis harian rata-rata 10,8 mg, menunjukkan kemanjuran yang signifikan dalam mengurangi gejala trikotilomania dibandingkan dengan plasebo. 

Namun, penting untuk dicatat bahwa olanzapine telah dikaitkan dengan perkembangan sindrom metabolik. Oleh karena itu, potensi efek samping yang berhubungan dengan sindrom metabolik harus dipikirkan ketika mempertimbangkan resep obat ini. Kesimpulannya, penghambat reuptake serotonin sering kali diresepkan untuk pengobatan trikotilomania. Namun, analisis komprehensif dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa hanya clomipramine yang menunjukkan kemanjuran dalam mengurangi gejala, meskipun pada tingkat terbatas.

Penatalaksanaan perilaku mencabut rambut tampaknya memiliki arti penting dalam meningkatkan kesejahteraan jangka panjang dan meningkatkan kualitas hidup seseorang secara keseluruhan. Berdasarkan temuan penelitian, tampak bahwa dosis 1200 mg N-acetylcysteine (NAC) yang diberikan dua kali sehari adalah pilihan yang paling layak dengan efek samping yang minimal. Selain itu, pemberian penghambat dopamin seperti olanzapine mungkin memberikan manfaat potensial; meskipun demikian, sangat penting untuk memonitor dan mengelola dampak buruk yang terkait.

Kesimpulan

Trikotilomania adalah kelainan persisten yang, jika tidak ditangani, sering kali mengakibatkan gangguan psikologis yang parah dan, dalam kasus luar biasa, berpotensi menimbulkan komplikasi medis yang fatal. Untuk mengoptimalkan modalitas pengobatan, sangat penting untuk memiliki pemahaman yang lebih komprehensif tentang penyebab yang mendasari trikotilomania dan karakteristik pasien yang mengalaminya, sebab di situlah keberhasilan terapi bergantung.


Referensi:

  • Grant    JE.    Trichotillomania    (hair    pulling disorder). Indian J Psychiatry. 2019;61:S136‐9.
  • American  Psychiatric  Association.  Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 5th ed.  Washington,   DC:   American   Psychiatric Association. 2013.
  • Odlaug    BL,    Grant    JE.    Impulse‐control disorders in a college sample: results from the self‐administered Minnesota impulse disorders interview (MIDI). Prim Care Companion J Clin Psychiatry. 2010;12.
  • Grant  JE,  Chamberlain  SR.  Trichotillomania. Am J Psychiatry. 2016;173:868‐74.
  • Tung ES, Flessner CA, Grant JE, KeuthenNJ. Predictors  of  life  disability  in  trichotillomania. Compr Psychiatry. 2015;56:239‐44
  • Lee  EB,  Homan  KJ,  Morrison  KL,  Ong  CW, Levin  ME,  Twohig  MP, et  al.Acceptance  and commitment  therapy  for  trichotillomania: a randomizedcontrolled   trial   of   adults   and adolescents. Behav Modif. 2018:145445518794366.
  • Rothbart  R,  Amos  T,  Siegfried  N,  Ipser  JC, Fineberg     N,     Chamberlain     SR, et     al.Pharmacotherapy for trichotillomania. Cochrane   Database Syst   Rev. 2013;(11):CD007662.
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaMengapa Banyak Orang Cenderung Menyembunyikan Penyakitnya?

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar