sejawat indonesia

Tiktok: Sebuah Manfaat atau Ancaman bagi Profesi Dokter?

Seiring dengan melonjaknya penggunaan TikTok, terutama selama pandemi COVID-19 (hampir dua kali lipat dari 381 juta menjadi 700 juta pengguna antara tahun 2019 dan 2020), penggunaannya sebagai sumber informasi kesehatan juga meningkat.

Tren tersebut akhirnya mengundang para dokter dan profesional kesehatan untuk turut menghadirkan diri di Tiktok. Bukan hanya turut meramaikan, tapi juga sebagai ‘pemain utama’. 

Sumber: Google Trends, Global English-language searches from March 2018 – January 2023

Satu studi yang dilakukan Registered Nursing menemukan bahwa pengguna TikTok menghabiskan rata-rata 630 juta jam menonton konten yang melibatkan dokter–tertinggi dibandingkan konten yang melibatkan profesi lain. 

Profesi terpopuler di TikTok berdasarkan jumlah views dari hashtag masing-masing profesi

Bagaimana dokter menggunakan TikTok

Menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh International Journal of Environmental Research and Public Health, Banyak dokter menggunakan TikTok untuk melawan misinformasi medis dan membangun kepercayaan dengan pasien.

Dokter memiliki posisi spesial di aplikasi TikTok yang didedikasikan untuk menyediakan cakupan luas konten dan tips perawatan kesehatan. Sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of Medical Internet Research mengamati kualitas informasi yang beredar di TikTok mengenai diabetes.

Dari sampel 199 video terkait diabetes, peneliti mengidentifikasi setiap sumber dan menganalisis sifat kontennya. Dari masing-masing pengguna yang mereka identifikasi, hampir 70% mengidentifikasi dirinya sebagai Profesi Kesehatan. TikTok yang dibuat oleh HCP umumnya memperoleh skor keandalan yang tinggi.

Studi tersebut menegaskan kegunaan TikTok dalam membantu dokter menyebarkan informasi secara luas tentang diabetes, terutama mengenai tips mengelola penyakit tersebut.


BACA JUGA:


Studi lain, yang juga diterbitkan oleh Journal of Medical Internet Research, juga mendukung penggunaan media sosial oleh Profesi Kesehatan untuk tujuan perawatan kesehatan. 

Penelitian ini menyebutkan bahwa dokter dan Profesi Kesehatan lainnya yang mengedukasi pengguna media sosial telah meningkatkan pemahaman pasien terhadap informasi kesehatan, serta partisipasi pasien dalam layanan kesehatannya sendiri. Media sosial memperluas akses terhadap informasi kesehatan—terutama ketika konten Profesi Kesehatan secara aktif melibatkan audiensnya.

Dokter di TikTok juga berkomitmen untuk mengatasi dan menghilangkan prasangka misinformasi medis. Salah satu artikel di New York Times merujuk pada ahli gastroenterologi dan kepala petugas media sosial medis di Jefferson Health di Philadelphia, Austin Chiang, MD, MPH, yang merasa bahwa dokter harus menyuarakan pentingnya pengobatan berbasis bukti di TikTok. Selain tentu saja, untuk memberi informasi terkait perawatan terkini yang bisa dipilih dan didapatkan oleh pasien.

Spesialisasi yang paling banyak diminati di TikTok (TikTok Creative Centre Hashtags tool, March 2023)

Risiko terhadap profesionalisme

Popularitas profesi dengan posisi spesialnya itu, memiliki jebakan tersendiri. Profesional kesehatan sekaligus sebagai Content Creator seringkali menihilkan batas-batas profesi. Banyak profesional kesehatan yang pada mulanya menjunjung nilai-nilai profesi saat berbagi konten, malah melanggarnya demi engagement dan exposure. 

Menurut artikel New York Times, beberapa dokter dinyatakan bersalah karena merendahkan atau menghina pasien mereka di TikTok. Dokter lain diketahui melakukan “Whitecoat Marketing”, yang melibatkan penggunaan prestise mereka sebagai profesional medis untuk mempromosikan produk yang tidak sah atau tidak pantas di TikTok.

Para dokter yang menggunakan platform ini dengan tujuan untuk mendidik dan mengkomunikasikan informasi kesehatan yang akurat dan relevan, mendorong para dokter yang menggunakan TikTok secara tidak tepat untuk mengikuti jejak mereka. Pedoman komunitas TikTok, yang melarang misinformasi berbahaya, juga mendukung upaya dokter dalam melayani pengguna aplikasi secara profesional.

Jebakan yang harus dihindari di media sosial

Dokter memang memiliki hak untuk memitigasi risiko profesional yang mereka hadapi saat membuat konten untuk aplikasi seperti TikTok. Untuk meminimalkan kesalahan umum di media sosial, sebuah artikel yang diterbitkan oleh Family Practice Management menawarkan beberapa tips untuk Teman Sejawat yang ingin aktif berbagi informasi di media sosial:

1. Jangan mengaburkan batas

Meskipun mempertahankan kehadiran internet mungkin menantang batasan profesional beberapa dokter, tetap berpegang pada batasan tersebut adalah suatu keharusan. Ingat tujuan Anda: Memberikan informasi berkualitas dengan cara yang menarik, dan memperlakukan individu secara online seperti yang dilakukan di tempat kerja. “Jangan menyakiti” adalah kode etik yang penting untuk dijunjung tinggi.

2. Fokus pada informasi kesehatan umum 

Jangan menawarkan nasihat medis yang disesuaikan dengan individu. Sebaliknya, buat konten yang bersifat umum. Tidak hanya sulitnya memverifikasi identitas orang-orang di dunia maya, namun masalah privasi juga muncul ketika informasi sensitif beredar di aplikasi. Menjaga konten tetap universal dapat melindungi Anda dan pengikut Anda.

3. Melindungi privasi pasien

Sebelum memposting anekdot dari aktivitas praktik Anda, pertimbangkan apakah itu informasi yang tepat Anda bagikan. Tanyakan pada diri Anda apakah pasien Anda—atau keluarga mereka—mungkin melihatnya, dan apakah mereka dapat dirugikan karenanya. Hindari pelanggaran dengan membuat kisah fiktif yang serupa, atau dapatkan izin secara resmi dari pasien.

4. Lawan informasi yang salah

Menurut Family Practice Management, “Dokter di media sosial memiliki tanggung jawab profesional untuk memastikan keakuratan konten terkait kesehatan yang mereka buat atau bagikan. Para profesional kesehatan sama rentannya terhadap misinformasi seperti halnya orang awam, terutama ketika mereka berbagi informasi yang awalnya diposting oleh orang lain.” Dengan kata lain: Jika Anda tidak dapat memverifikasi apa yang Anda bagikan, mungkin sebaiknya Anda tidak melakukannya.

5. Waspada terhadap konflik kepentingan. 

Untuk influencer online, konten bersponsor (endorsement) dari pihak ketiga memberikan porsi pendapatan yang layak. Namun, para dokter harus berhati-hati agar tidak menimbulkan konflik kepentingan dengan mensponsori konten mereka. Misalnya, biro iklan dapat melihat bahwa TikTok Anda mengeksplorasi pentingnya vitamin prenatal, dan kemudian meminta dukungan publik terhadap merek farmasi tertentu dalam konten Anda. Uangnya mungkin bagus, tetapi bayarannya bisa jadi adalah karir Teman Sejawat. 

Saat ini, lebih dari sebelumnya, masyarakat membutuhkan dokter, perawat, dan profesional kesehatan lainnya untuk mengisi layar gadget mereka dengan informasi akurat yang mendorong tindakan dan percakapan yang tepat dengan menyangkal informasi yang salah.

Secara keseluruhan, TikTok memiliki potensi besar untuk menghubungkan masyarakat dengan profesional medis dengan cara mempromosikan kedokteran dan komunitas perawatan kesehatan, namun masih ada beberapa area abu-abu dan kelemahan dalam penggunaan aplikasi yang perlu dipertimbangkan dengan cermat sebelum berbagi konten sebagai profesional kesehatan.

*Ketahui lebih jauh tentang Strategi Efektif Bersosial Media untuk Edukasi Kesehatan Pasien bersama dr. R.A. Adaninggar Primadia Nariswari, Sp.PD. hanya di LIVE CME (Klik/tap di sini)


Referensi:

  • Farsi D. Social media and health care, Part I: Literature review of social media use by healthcare providers. Journal of Medical Internet Research. 2021;23(4):e23205.
  • The Most Popular Professions on TikTok, Registered Nursing, Catherine Burger, MSOL, RN, NEA-BC | Updated/Verified: Aug 29, 2023
  • Goldberg E. Doctors on TikTok Try to Go Viral. The New York Times. January 31, 2020.
  • Kong W, Song S, Zhao YC, et al. TikTok as a health information source: assessment of the quality of information in diabetes-related videos. Journal of Medical Internet Research. 2021;23(9):e30409
  • Nguyen BM, Lu E, Bhuyan N, et al. Social media for doctors: taking professional and patient engagement to the next level. Family Practice Management. 2020;27(1):19-24.
  • Zhu C, Xu X, Zhang W, et al. How health communication via Tik Tok makes a difference: a content analysis of Tik Tok accounts run by Chinese provincial health committees. International Journal of Environmental Research and Public Health. 2020;17(1):192.
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaKetamin untuk Gangguan Kesehatan Mental. Ini yang Harus Diketahui Dokter

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar