sejawat indonesia

Mamografi Kanker Payudara pada Pria

Ketika membahas kanker payudara, kerap luput tentang risiko penyakit tersebut pada pria. Tergolong penyakit langka, menjadi salah satu alasannya. Namun, meski tergolong langka, tingkat kematian akibat kanker payudara pada pria justru lebih tinggi dibanding pada perempuan. Hal tersebut cenderung bertolak belakang jika menilik fakta bahwa 85 persen kasus kanker payudara pria adalah ER-positif, artinya sel-selnya tumbuh sebagai respons terhadap estrogen daripada pada perempuan (75 persen), menurut American Cancer Society. Kanker payudara ER-positif adalah jenis kanker di mana pasien biasanya lebih bisa disembuhkan karena dunia medis telah memiliki perawatan hormon. Salah satu yang bisa diupayakan, tentu adalah deteksi dini terhadap mereka yang memiliki faktor risiko. Salah satunya dengan mamografi. Menurut sebuah studi penting yang diterbitkan dalam jurnal Radiology, skrining mamografi selektif dapat menjadi deteksi dini kanker payudara pada pria yang berisiko tinggi untuk penyakit ini. Selama ini, tidak ada pedoman skrining formal untuk pria dalam kelompok berisiko tinggi seperti mereka yang memiliki riwayat pribadi penyakit, mutasi genetik terkait kanker payudara atau anggota keluarga yang menderita kanker payudara. Akibatnya, pria yang didiagnosis menderita kanker payudara cenderung memiliki hasil yang lebih buruk daripada perempuan. "Skrining mamografi telah membantu meningkatkan prognosis untuk perempuan dengan kanker payudara," kata ketua penulis studi Yiming Gao, M.D., dari Departemen Radiologi di Pusat Medis Langone Universitas New York. "Tetapi pria tidak memiliki pedoman skrining yang diformalkan, sehingga mereka lebih mungkin didiagnosis pada stadium lebih lanjut dan seringkali tidak sebaik yang terjadi pada perempuan." Ada bukti anekdotal bahwa skrining selektif dengan mamografi pada pria dengan faktor risiko yang dapat diidentifikasi bermanfaat, tetapi sedikit yang diketahui tentang bagaimana dan sejauh mana pencitraan payudara digunakan dalam populasi ini. Dalam studi yang dilakukan, Dr. Gao dan rekan mengevaluasi pola pemanfaatan pencitraan payudara dan hasil skrining pada 1.869 pria, usia rata-rata 55 tahun, yang menjalani mamografi selama periode 12 tahun.
Grafik hasil penelitian menunjukkan rasio jumlah skrining dan pemeriksaan diagnostik yang dilakukan setiap tahun pada pria (M) dengan jumlah pemeriksaan pada tahun itu dilakukan pada Perempuan (W), dinyatakan sebagai persentase. Korelasi Spearman antara tahun studi dan rasio M / W adalah r = 0,85 untuk pemeriksaan skrining (P, .001) dan r = 0.83 untuk pemeriksaan diagnostik (P, .001).
________ Mamografi membantu mendeteksi total 2.304 lesi payudara, 149 di antaranya dibiopsi. Terdapat 41 (27,5 persen) yang terbukti ganas. Tingkat deteksi kanker 18 per 1.000 pengujian pada pria berisiko tinggi kanker payudara secara signifikan lebih tinggi daripada tingkat deteksi rata-rata tiga hingga lima per 1.000 ujian pada perempuan dengan risiko rata-rata. Selain itu, kanker pada pria yang terdeteksi berada pada tahap awal, sebelum mereka menyebar ke kelenjar getah bening, meningkatkan prognosis untuk bertahan hidup. "Hasil ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan untuk mendeteksi kanker payudara pria lebih awal, dan tampaknya mamografi efektif dalam penyaringan yang ditargetkan pada pria berisiko tinggi," kata Dr. Gao. "Kami telah menunjukkan bahwa kanker payudara pria tidak harus didiagnosis hanya ketika bergejala." Pada pria, sensitivitas skrining mamografi, atau kemampuan untuk mendeteksi kanker, adalah 100 persen, sedangkan spesifisitas atau kemampuan untuk membedakan kanker payudara dari temuan lain, adalah 95 persen. Performa luar biasa ini terkait dengan pria yang relatif kekurangan jaringan fibroglandular payudara yang pada perempuan seringkali menutupi hasil abnormal, kata para peneliti. Riwayat personal adalah faktor risiko paling signifikan yang terkait dengan kanker payudara pada pria. Leluhur Yahudi Ashkenazi, mutasi genetik, dan riwayat keluarga dengan kanker payudara tingkat pertama juga merupakan faktor signifikan.
Tabel: Faktor Risiko dan Tingkat Keganasan Kanker
_________ Saat ini, National Comperehensive Cancer Network (NCCN) tidak mendukung skrining karena kurangnya bukti, bahkan pada pria dengan risiko tinggi. Pedoman NCCN sebelumnya menyarankan pertimbangan mammogram awal secara individual, suatu pendekatan yang mungkin didukung oleh hasil studi baru ini. Ke depan, para peneliti berharap untuk melihat studi multi-institusi yang lebih besar yang memiliki kekuatan statistik untuk menggambarkan informasi yang lebih bernuansa berdasarkan berbagai faktor risiko kanker payudara pada pria. "Memikirkan kembali strategi kita terhadap diagnosis kanker payudara pria diperlukan," kata Dr. Gao. "Kami berharap hasil ini akan memberikan dasar untuk investigasi lebih lanjut, dan berpotensi membantu membuka jalan untuk standardisasi skrining untuk kelompok pria berisiko tinggi tertentu."
Sumber: Breast Cancer Screening in High-Risk Men: A 12-Year Longitudinal Observational Study of Male Breast Imaging Utilization and OutcomesRadiology, 2019; 190971 DOI: 10.1148/radiol.2019190971
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaPanduan Klinis Baru untuk Tuberkulosis yang Resisten

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar