Beberapa Hal yang Perlu Kita Ketahui tentang Usia Biologis
Jika Teman Sejawat pernah menghadiri reuni sekolah atau kumpul-kumpul saat Hari Raya, Teman Sejawat akan menyadari bahwa beberapa orang tampak menua lebih cepat daripada yang lain. Dua puluh lima tahun setelah lulus, seorang teman sekelas dapat tampak sepuluh tahun lebih muda daripada yang lain, sementara yang lain bisa saja tampak satu dekade lebih tua.
Hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan ‘usia biologis’ di antara individu.
Usia biologis, sebuah konsep yang semakin banyak dibahas sejak diperkenalkan oleh Baker dan Sprott pada tahun 1988, merupakan usia organ tubuh seseorang berdasarkan kondisi kesehatan dan sel-sel penyusunnya.
Dahulu, genetika dianggap tidak memiliki pengaruh terhadap penuaan atau umur panjang. Namun, pada awal tahun 1990-an, para peneliti melaporkan studi pertama yang mengidentifikasi gen yang mampu memperpanjang umur cacing gelang kecil. Sejak saat itu, banyak pengamatan mendukung pengaruh genetika terhadap penuaan.
Misalnya, anak-anak dari orang tua yang berumur panjang dan bahkan mereka yang memiliki saudara kandung yang berumur panjang cenderung hidup lebih lama. Para peneliti juga telah mengidentifikasi beberapa gen yang memengaruhi umur panjang dan berperan dalam ketahanan dan perlindungan dari stres. Ini termasuk gen yang memperbaiki DNA, melindungi sel dari radikal bebas, dan mengatur kadar lemak.
Akan tetapi, jelas dari penelitian pada saudara kembar identik – yang memiliki gen yang sama tetapi tidak memiliki rentang hidup yang sama persis – bahwa gen bukanlah satu-satunya faktor yang memengaruhi penuaan. Faktanya, gen mungkin hanya memengaruhi 20% hingga 30% usia biologis. Hal ini menunjukkan bahwa parameter lain dapat sangat memengaruhi penuaan biologis.
Usia biologis adalah kombinasi kompleks sifat genetik dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti komposisi mikrobioma, lingkungan, gaya hidup, stres, pola makan, dan olahraga.
Pengukuran Usia Biologis dan Jam Epigenetik
Para ilmuwan berupaya mengukur dan menentukan "usia biologis" seseorang dengan melihat kesehatan selulernya, bukan berapa tahun ia telah hidup. Dalam beberapa tahun terakhir, pengujian usia biologis langsung kepada konsumen menjadi semakin mudah diakses dan populer karena meningkatnya minat terhadap ilmu baru ini.
Banyak dari tes tersebut bekerja dengan mengamati perubahan-perubahan tertentu pada DNA dalam darah atau air liur pasien. Perubahan-perubahan ini menjadi lebih banyak seiring bertambahnya usia sel, sebuah fenomena yang dikenal sebagai "jam epigenetik." Namun, yang penting, saat ini belum diketahui apakah jam epigenetik bergerak maju dengan kecepatan yang sama pada sekitar 200 jenis sel yang berbeda dalam tubuh manusia atau tidak.
Sebuah studi oleh Konrad Hochedlinger, Rebecca Gorelov dan rekan-rekannya dari Harvard Medical School dan Massachusetts General Hospital, AS, yang diterbitkan dalam Stem Cell Reports, bertujuan untuk menjelaskan pertanyaan ini, dengan menanyakan bagaimana keberadaan sel punca dalam jaringan atau organ tertentu memengaruhi jam epigenetiknya.
Ketika mengukur perubahan DNA dalam masing-masing sel tunggal suatu jaringan secara individual, alih-alih pada semua sel yang dicampur bersama, menjadi jelas bahwa sel-sel induk dalam otot rangka, darah, dan trakea memiliki usia epigenetik yang lebih rendah daripada sel-sel yang lebih matang.
Usia epigenetik yang relatif lebih muda bukanlah ciri universal sel punca, karena sel punca di jaringan lain seperti kulit dan usus memiliki usia epigenetik yang sama dengan sel yang lebih matang.
Percobaan lebih lanjut menunjukkan bahwa usia epigenetik sel punca terkait dengan laju pembelahan dan pembuatan sel baru untuk meregenerasi dan memperbaiki jaringan asalnya. Laju ini relatif lebih tinggi di kulit dan usus daripada di otot atau darah.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa usia epigenetik suatu jaringan secara keseluruhan dipengaruhi oleh frekuensi dan aktivitas sel induknya, yang dengan sendirinya dapat berubah sebagai respons terhadap penuaan, cedera, atau penyakit. Temuan ini memiliki dampak penting bagi penafsiran uji usia biologis komersial dan akan membantu menyempurnakan ketepatan dan kegunaannya untuk masa mendatang.
Dasar-dasar seluler pada Jam Epigenetik
Apa yang bisa dan belum bisa
Perubahan epigenetik mencerminkan penuaan sistemik dan kesehatan sel, menawarkan nilai prediktif untuk rentang hidup dan penyakit terkait penuaan. Jika seseorang mengetahui bahwa usia biologisnya lebih muda daripada usia kronologisnya, itu merupakan indikator positif bahwa gaya hidup dan kebiasaan kesehatannya saat ini bermanfaat bagi mereka.
Dalam tinjauan tahun 2023 yang diterbitkan di Cell, para peneliti mengevaluasi studi yang melibatkan jam epigenetik yang berbeda, dan menemukan bahwa beberapa studi mampu mendeteksi dampak intervensi seperti diet, olahraga, dan suplemen makanan pada usia biologis.
Jika menyangkut pelayanan di Fasilitas kesehatan, sebagian dokter meyakini tes tersebut dapat membantu menentukan waktu optimal untuk pemeriksaan penyakit, mengurangi biaya perawatan kesehatan, dan memandu keputusan perawatan.
Misalnya, seorang pasien berusia 45 tahun dengan usia biologis 55 tahun sebaiknya mempertimbangkan untuk menjalani tes risiko kanker prostat atau payudara. Tes tersebut dapat meningkatkan kewaspadaan dan pencegahan, termasuk perubahan gaya hidup yang drastis, yang akan berujung pada penurunan biaya perawatan kesehatan.
Namun, patut diingat bahwa tes usia biologis tidak dapat memprediksi secara tepat kapan penyakit tertentu akan muncul atau menawarkan wawasan universal bagi semua individu, karena metodologinya yang berbeda-beda. Manfaat utamanya adalah memberikan nilai untuk mengevaluasi kesehatan dan risiko seseorang secara keseluruhan, serta usia biologis yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pengobatan atau peningkatan gaya hidup.
Para ahli memperingatkan bahwa jam epigenetik sebenarnya tidak dapat memberi tahu banyak hal tentang kesehatan seorang individu. Itu karena jam tersebut dirancang untuk menilai sekelompok besar orang, bukan individu. Akibatnya, hasilnya bisa jadi tidak dapat diandalkan.
Masalah lain dengan tes tersebut adalah tidak jelasnya apa yang harus dilakukan dengan hasilnya. Para ilmuwan tidak tahu bagaimana cara membalikkan usia biologis seseorang — atau apakah itu memungkinkan atau tidak?
Itulah sebagian alasan mengapa jam epigenetik dikembangkan sejak awal. Para peneliti berharap dapat menggunakannya dalam uji klinis untuk intervensi anti-penuaan guna mengukur potensi perubahan dalam rentang hidup ratusan atau ribuan orang sekaligus.
Namun keterbatasan tersebut tidak menghentikan perusahaan untuk menjualnya bersamaan dengan anjuran kesehatan dan gaya hidup yang dipersonalisasi, selain suplemen yang mereka katakan dapat mengembalikan usia biologis seseorang.
Sebatas sentuhan baru pada informasi lama
Jam epigenetik bukan satu-satunya produk di pasaran yang menjanjikan untuk mengukur usia biologis. Beberapa perusahaan menawarkan serangkaian tes darah konvensional seperti kolesterol atau hemoglobin A1C sebagai penanda diabetes. Mereka mengatakan bahwa karena banyak dari angka-angka ini meningkat seiring bertambahnya usia, angka-angka ini dapat digunakan sebagai proksi untuk usia biologis seseorang. Misalnya, jika Anda berusia 45 tahun tetapi kadar kolesterol Anda lebih mirip dengan rata-rata orang berusia 50 tahun, hasil tes mungkin mengatakan usia biologis Anda lebih tua dari usia 45 tahun.
Apakah tes penanda darah benar-benar melacak usia biologis dan bukan kesehatan umum masih menjadi perdebatan. Namun, keuntungan dari tes semacam ini adalah ia mengukur faktor-faktor yang dapat dimodifikasi; kita tahu cara menurunkan kadar gula darah melalui pengobatan dan perubahan gaya hidup, misalnya. Sebaliknya, usia epigenetik saat ini lebih merupakan misteri yang masih terus didalami.
Memperluas akses dan menggunakan pengujian yang lebih sering untuk mengoptimalkan kesehatan, jauh lebih penting untuk saat ini. Sebab, klaim apa pun tentang penentuan usia biologis yang akurat dan berdasarkan tingkat individu harus ditanggapi secara hati-hati.
Referensi:
- Magda R. Hamczyk, Rosa M. Nevado, Ana Barettino, Valentín Fuster, Vicente Andrés, Biological Versus Chronological Aging: JACC Focus Seminar, Journal of the American College of Cardiology, Volume 75, Issue 8, 2020.
- Melzer, D., Pilling, L.C. & Ferrucci, L. The genetics of human ageing. Nat Rev Genet 21, 88–101 (2020). https://doi.org/10.1038/s41576-019-0183-6
- Bortz, J., Guariglia, A., Klaric, L. et al. Biological age estimation using circulating blood biomarkers. Commun Biol 6, 1089 (2023). https://doi.org/10.1038/s42003-023-05456-z
- Dissecting the impact of differentiation stage, replicative history, and cell type composition on epigenetic clocks. Gorelov, Rebecca et al. Stem Cell Reports, Volume 19, Issue 9, 1242 - 1254
Log in untuk komentar