sejawat indonesia

Benarkah Suplementasi Vitamin dan Mineral Bermanfaat untuk Mencegah Penyakit Kardiovaskular?

Pada tahun 1747, James Lind berhasil menjadi pelopor dari penggunaan suplementasi vitamin dan mineral dalam mengobati dan mencegah defisiensi mikronutrien melalui uji klinisnya terhadap 12 pasien dengan scurvy yang berhasil disembuhkan melalui suplementasi vitamin C. Sejak saat itu, suplementasi vitamin dan mineral menjadi tren di masyarakat, di mana peran suplemen ini berpindah dari metode pencegahan defisiensi menjadi metode alternatif dalam mencegah berbagai penyakit, meningkatkan kualitas hidup, hingga memperpanjang usia. Di Amerika Serikat sendiri misalnya, disebutkan bahwa 52% populasi mengkonsumsi paling tidak satu jenis suplemen di tahun 2012. Bahkan, tercatat sebanyak 30 juta dolar Amerika Serikat dihabiskan tiap tahunnya untuk konsumsi multivitamin. Kontras dengan popularitasnya, hingga kini belum ada satupun kesepakatan formal terkait manfaat suplemen mikronutrien pada sejumlah penyakit yang menjadi penyebab kematian utama di dunia seperti penyakit kardiovaskular. Perlu diluruskan bahwa umumnya pedoman-pedoman terkait pencegahan dan penanganan penyakit kardiovaskular merujuk pada pola diet alami (misal diet mediterania, rendah lemak, atau vegetarian) yang menitikberatkan pada vitamin dan mineral dari alam sebagai metode utama pencegahan penyakit. Sebuah studi meta-analisis terbaru yang dirilis bulan Juni 2018 di Journal of the American College of Cardiology terhadap semua studi dari 2012 hingga 2017 terkait suplementasi mikronutrien dan hubungannya terhadap penyakit kardiovaskular. Temuan dari kelompok peneliti di St. Michael’s Hospital dan University of Toronto ini terbilang mencengangkan, sebab disimpulkan bahwa tidak adanya manfaat ataupun bahaya dari multivitamin, vitamin D, vitamin C, dan kalsium dalam mencegah penyakit kardiovaskular. Argumentasi ini memiliki landasan yang kuat, terutama menilik pada signifikansi dan objektivitas dari 179 studi yang diikutkan pada meta-analisis tersebut. Dipaparkan bahwa dari 4 jenis suplemen yang paling marak dikonsumsi (multivitamin, vitamin D, vitamin C, dan kalsium), tidak ada satupun yang memperbaiki outcome pasien kardiovaskular. Disimpulkan pula bahwa tidak ada dampak negatif keempatnya dalam meningkatkan risiko kematian pada konteks penyakit ini. Perlu diketahui, sejak dahulu banyak inkonsistensi dari studi-studi yang berhubungan dengan suplementasi, dan ketidakadaan manfaat dari suplementasi baru terlihat dengan jelas setelah dilakukan penggabungan data dari kelompok studi dengan jumlah sampel yang besar. Menariknya, meski keempat suplemen populer tadi tidak memiliki efek apapun pada penyakit kardiovaskular, konsumsi asam folat secara tunggal atau kombinasinya dengan vitamin B6 dan B12 didapatkan bermanfaat dalam menurunkan risiko kejadian stroke sebanyak 20%. Sementara itu, hanya sedikit manfaat dari vitamin dan mineral lain yang juga diikutkan dalam analisis, termasuk niacin dan beberapa jenis antioksidan lain. Hingga adanya studi di masa depan yang mampu membuktikan kesimpulan lain dari efek suplementasi mikronutrien, dapat disimpulkan bahwa pola diet yang sehat dengan kandungan vitamin dan mineral yang alami masih merupakan kunci utama dalam mencegah penyakit kardiovaskular. Akan tetapi, mengkonsumsi suplemen tambahan juga tidak akan memberi risiko atau kerugian yang berarti.   Referensi:
  1. Jenkins DJA, Spence JD, Giovannucci EL, Kim Y, Josse R, Vieth R, et al. Supplemental Vitamins and Minerals for CVD Prevention and Treatment. J Am Coll Cardiol. 2018 Jun 5;71(22):2570–84.
  2. Kantor ED, Rehm CD, Du M, White E, Giovannucci EL. Trends in dietary supplement use among US adults from 1999-2012. JAMA - J Am Med Assoc. 2016;316(14):1464–74.
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaPedoman Penggunaan Ketamin untuk Manajemen Nyeri Akut Dirilis

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar