Efektivitas dan Keamanan Food Appetizer pada Anak
Orang tua dari anak yang mengalami masalah pertumbuhan dengan atau tanpa disertai kondisi medis, sering mengeluh kurangnya nafsu makan pada anak. Anak seperti ini biasanya jarang meminta makanan, makan hanya sedikit, atau hanya mau mengkonsumsi makanan tertentu yang menyebabkan anak kesulitan makan, lalu menyebabkan pertumbuhan anak yang buruk.
Walaupun telah dilakukan perbaikan kebiasaan makan, asupan nutrisi, dan terapi okupasi makan, beberapa anak masih sulit untuk makan sehingga penambahan berat badan menjadi tidak optimal.
Pada balita usia 3-5 tahun terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga dibutuhkan intake kalori yang lebih tinggi pada umur ini. Intake makanan yang optimal, yaitu memberikan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia. Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi apabila balita diberikan makan secara teratur dengan frekuensi 3 kali makanan utama dan dua cemilan per hari.
Porsi makanan yang diberikan harus sering karena kapasitas lambung balita yang kecil. Nafsu makan yang menurun dapat disebabkan beberapa faktor seperti penyakit, defisiensi nutrien, penggunaan obat-obatan, dan masalah psikologis anak. Defisiensi nutrien, terutama mikronutrien merupakan masalah yang sering ditemukan pada anak, contohnya anemia defisiensi besi akibat turunnya nafsu makan.
Penggunaan appetite stimulant pada pasien-pasien pediatri mulai dipertimbangkan. FDA (Food and Drug Administration) sejauh ini telah menyetujui penggunaan obat appetite stimulant pada anak dengan gangguan makan yaitu megesterol acetate, oxandrolone, dan dronabinol. Namun, penggunaannya oleh klinisi masih terbatas karena efek samping yang dapat ditimbulkan.
Baca Juga:
- Hubungan Alergi Makanan dan Rekurensi Intususepsi pada Anak
- Nutrisi dan Imunitas: Sebuah Pelajaran dari Pandemi
- Perawatan dan Pengobatan terhadap Malnutrisi Energi Protein
Cyproheptadine (CY) adalah agen anti-serotoninergik dan antihistaminergik yang telah banyak digunakan sebagai stimulan nafsu makan, dan pada pasien dengan kondisi seperti gangguan gastrointestinal, dispepsia, anoreksia nervosa, fibrosis kistik paru, asma, dan keganasan.
Obat ini sering juga digunakan sebagai stimulan pada gangguan makan pada pasien anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Mekanisme pasti bagaimana CY dapat membantu pertumbuhan anak belum diketahui pasti, beberapa hipotesis menyebutkan obat ini mempengaruhi nafsu makan melalui reseptor pada antero-medial hipotalamus melalui fungsi antihistamin dan antiserotonin, atau mempengaruhi aksis hormon pertumbuhan (growth hormone) dan insulin-like growth factor.
Sebuah penelitian oleh Ana (2014), menemukan keamanan penggunaan CY yang diawasi dengan PFP (pediatric feeding program) cukup efektif pada bayi dan anak dengan gangguan pertumbuhan. Pemberian CY dengan pendekatan multidisiplin, dapat secara signifikan memperbaiki kebiasaan makan dan meningkatkan berat badan pada anak dengan/tanpa kondisi medis penyerta.
Secara umum, cyproheptadine tergolong obat yang aman, namun pada beberapa kasus pernah dilaporkan efek samping berupa gangguan neurologis ringan, dan hepatotoksisitas. Komplikasi hepatik perlu diperhatikan, karena pada kasus yang langka pernah dilaporkan terjadinya gagal hati pada penggunaan CY lama.
Efek samping lain yang pernah dilaporkan yaitu sedasi, nyeri kepala, kejang, fotosensitivitas, takikardi, mual, dan diare. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut khususnya untuk melihat efek samping hepatik.
Megesterol acetate merupakan terapi hormonal (progestin sintetik) yang biasa digunakan pada pasien perempuan dalam terapi metastasis kanker payudara atau kanker endometrium, di mana efek samping dari terapi ini adalah peningkatan berat badan. obat ini juga biasa digunakan untuk mengatasi penurunan berat badan pada pasien dewasa akibat kanker atau pada HIV-AIDS. Sehingga obat ini mulai diteliti sebagai perangsang nafsu makan.
Sebuah penelitian dilakukan oleh arumugam (1998) dengan menggunakan 36 sampel anak dengan gangguan pertumbuhan rentang umur 8-10 tahun. Kepada anak ini diberikan terapi megesterol asetat dengan dosis 10 mg/kgBB/hari selama 7 bulan. Dari hasil penelitian ini didapatkan peningkatan nilai Z berat badan +0.52 pada 1 bulan terapi, +0.73 setelah 3 bulan terapi, +1.5 setelah 4 bulan terapi, dan +2 setelah 7 bulan terapi. Beberapa efek samping yang pernah dilaporkan pada penggunaan megesterol meliputi edema ringan, dan peningkatan insiden terjadinya tromboemboli vena (terutama jika diberikan pada pasien kemoterapi.)
oxandrolone merupakan steroid yang sering digunakan pada pasien untuk meningkatkan berat badan setelah operasi, infeksi kronis, dan trauma. Selama bertahun-tahun, steroid digunakan sebagai terapi dalam meningkatkan nafsu makan. Beberapa studi telah membuktikan efek steroid dalam meningkatkan berat badan. Mekanisme pasti steroid dalam meningkatkan nafsu makan belum diketahui pasti, namun diduga berhubungan dengan efek anti inflamasi obat ini.
Stimuasi hormon-hormon oreksigenik dari hipothalamus juga diduga berperan dalam meningkatkan nafsu makan. Secara umum, prednisolone lebih efektif dalam menstimulasi nafsu makan dalam jangka pendek dan tidak menunjukkan keuntungan jika digunakan dalam jangka panjang untuk meningkatkan berat badan. karena efek samping penggunaan jangka panjang steroid, beberapa klinisi jarang memakai obat ini.
Beberapa macam terapi nutrisi juga dapat digunakan sebagai perangsang nafsu makan pada anak dan remaja, seperti zinc, Eicosapentaenoic Acid (EPA), zat bes (Fe), maupun jahe (Zingiber officinalis).
Zinc merupakan mikronutrien yang memiliki banyak fungsi penting seperti regulasi reseptor hormon, dan stimulasi nafsu makan melalui nervus vagus afferent yang mempengaruhi hipotalamus. Zinc juga menstimulasi pertumbuhan dan fungsi dari reseptor lidah sehingga dapat meningkatkan nafsu makan. Sebuah penelitian oleh Kusumastuti (2018) menemukan bahwa suplementasi zinc dan zat besi terbukti dapat meningkatkan nafsu makan pada anak. Suplementasi zinc meningkatkan makan rata-rata anak dari 4.16 menjadi 4.8 kali perhari. Namun, ketika suplementasi zinc dikombinasikan dengan zat besi, maka frekuensi makan anak bertambah dari 4.1 menjadi 5 kali perhari. Kombinasi zinc dengan zat besi dinilai lebih baik dalam meningkatkan nafsu makan anak dibandingkan zinc atau zat besi yang digunakan terpisah.
Zingiber officinalis (jahe) yang sering digunakan pada gangguan gastrointestinal seperti dispepsia, flatulen, rasa tidak nyaman pada perut, dan diare. Mekanisme kerja dari jahe tidak diketahui pasti, namun wu et al dalam penelitiannya dengan menggunakan 1200 mg jahe yang dimasukkan dalam kapsul menemukan bahwa jahe dapat mempercepat pengosongan lambung melalui peningkatan motilitas saluran cerna pada pasien yang sehat. Sehingga berpotensi menjadi asupan yang bisa meningkatkan nafsu makan.
Walaupun banyak studi telah di lakukan dalam penggunaan obat penambah nafsu makan, kebanyakan studi hanya fokus kepada penggunaannya pada kasus kanker dan malnutrisi akibat infeksi seperti HIV pada anak, studi penggunaan obat ini pada anak tanpa kondisi medis penyerta masih sangat terbatas, terutama untuk mencari tahu efek samping yang mungkin ditimbulkan.
Penggunaan terapi nutrisi seperti zinc, jahe, dan tablet besi lebih digunakan oleh banyak klinisi. gabungan zinc dan zat besi lebih dianjurkan, karena sedikit menimbulkan efek samping dengan dosis yang sesuai pada anak. Penggunaan zinc dan tablet besi selama 3 bulan dapat memberikan efek positif terhadap berat badan dan skor IQ namun tidak memberikan efek samping terhadap penambahan tinggi badan dengan efek samping yang lebih minimal.
Penulis: dr. Dody Abdullah Attamimi
Referensi:
- Gura K, Ciccone R. An Overview of Appetite Stimulants in the Pediatric Patient. Evidence based practice reports. 2010
- Kusumastuti AC, Ardiaria M, Hendrianingtyas M. Effect of Zinc and Iron Supplementation on Appetite, Nutritional Status and Intelligence Quotient in Young Children. The Indonesian Biomedical Journal. 2018
- Sant MG. Hammes PS, Porporino M. Use of Cyproheptadine in Young Children With Feeding Difficulties and Poor Growth in a Pediatric Feeding Program. JPGN Article. 2014
Log in untuk komentar