sejawat indonesia

Hubungan Antara Mikroba Usus Tertentu dengan Perlindungan Terhadap Infeksi dan Demam Tifoid

Para peneliti di University of Maryland School of Medicine untuk pertama kalinya menemukan bukti bahwa keberadaan spesies kunci dalam mikrobioma usus manusia ada kaitannya dengan perlindungan dari infeksi demam tifoid. Jika penelitian ini dilakukan, hal tersebut bisa menawarkan cara baru yang menarik untuk mengurangi infeksi usus yang disebabkan oleh mikroba. Karya tersebut telah diterbitkan di jurnal mBio pada tanggal 8 Mei 2018. Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Sering terjadi di negara-negara berkembang di mana bisa menyerang sekitar 21.5 juta orang setiap tahunnya. Salmonella Typhi merupakan penyebab yang signifikan dari morbiditas demam sistemik dalam pengaturan dengan sanitasi yang buruk dan akses terbatas ke air bersih. Claire M. Fraser, yang merupakan seorang professor kedokteran di University of Maryland School of Medicine (UMSOM), serta direktur dari School's Institute for Genome Sciences mengatakan bahwa para peneliti berusaha untuk mencari tahu bagaimana perbedaan dalam mikrobiom usus dapat mempengaruhi infeksi dengan bakteri penyebab tifoid. Diduga bahwa mikrobiom mungkin memiliki efek pada bagaimana penyakit ini berkembang di usus, untuk itu mereka ingin lebih memahami dasar molekul interaksi ini di lingkungan usus. Penelitian dilakukan menggunakan sampel yang diperoleh dari subyek yang telah divaksinasi terhadap tifoid, dan kemudian terkena bakteri tifoid yang mematikan. Vaksin sangat membantu, tetapi terkadang tidak begitu efektif, terutama di negara berkembang. Prof Fraser dan rekan-rekannya menemukan bahwa mereka yang memiliki tingkat mikroba yang lebih tinggi, yang dikenal sebagai metanogen, secara signifikan lebih mungkin menjadi sakit setelah terpapar, bahkan jika mereka belum divaksinasi. Ditemukan adanya korelasi yang kuat antara komposisi dan fungsi mikrobioma usus dan hasil klinis setelah paparan Salmonella Typhi. Salah satu interpretasi dari temuan ini adalah bahwa pada beberapa individu, mikrobioma usus juga bisa melindungi usus dari infeksi. Orang dengan mikrobioma berbeda dapat memberikan respon secara berbeda terhadap vaksin. Tidak dijelaskan bagaimana metanogen berkembang dalam lingkungan yang memiliki sedikit oksigen, dalam hal ini, hanya terdapat sedikit oksigen di usus. Namun, para peneliti telah menemukan bahwa tifoid bisa ada di dalam usus dengan memproduksi molekul oksigen reaktif. Para peneliti berteori bahwa metanogen dapat membantu mengurangi risiko tifoid dengan mengurangi jumlah oksigen dalam usus yang juga berpotensi mengurangi kemampuan tifoid untuk berkembang. Data yang disajikan dalam studi ini meningkatkan kemungkinan menarik bahwa metanogen memiliki fungsi imunomodulator penting yang dapat berdampak pada hasil klinis setelah infeksi patogen enterik. Penelitian ini memiliki implikasi yang luas. Di masa depan diharapkan bisa menciptakan suatu kondisi tertentu di mana usus didiami dengan mikroba usus tertentu untuk mengurangi risiko infeksi.  
Sumber: Science Daily – American Society for Microbiology
Katalog P2KB Demam Typhoid
Konten telah diedit untuk panjang dan gaya penulisan
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaHubungan Glukosa dan Regulasi Lipid dalam Metabolisme Kanker

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar