sejawat indonesia

Ketamin, Bukti dan Penggunaan Terbaru

Pada tahun 1950-an ditemukan agen anastesi analgetik dan disosiatif yang kuat, sampai hari ini masih kerap digunakan karena kemampuannya yang unik untuk menghasilkan efek sedative, analgesik, dan amnesik yang cepat bersama dengan fitur sekundernya yang sangat bermanfaat, agent tersebut dikenal dengan istilah ketamin. Ketamin adalah turunan dari agen anastesi cyclo-hexamine (phencyclidine) yang digunakan secara luas pada tahun 1950-an. Agen ini termasuk dalam antagonist reseptor NMDA non kompetitif, yang menghalangi situs pengikatan phencyclidine pada reseptor NMDA sehingga menghentikan depolarisasi neuron. Reseptor NMDA ini terletak di tingkat spinal, talamik, limbic, dan kortikal. Oleh karena itu, ketamin menghambat input sensorik ke pusat yang lebih tinggi, mempengarungi respon nyeri dan emosional, serta memori, oleh karena itu disebut sebagi anatesi disosiatif. Ketamin juga memeliki beberapa efek sekunder opioid, yang mana membantu menyebarkan efek analgesiknya, serta reseptor katekolamin, alfa dan beta. Ketamin dalam beberapa organ menimbulkan efek klinis yang pertama dari system saraf pusat dimana, ketamin menghasilkan keadaan kataleptik seperti trans di mana terdapat analgesia dan sedasi yang kuat. Gejala munculnya mempengaruhi 30% sampi 50% orang. Insidensi ini lebih sering terjadi jika diberikan dalam dosisi tinggi. Gejala dapat berupa rasa tidak nyaman, halusinasi, sensasi melayang dan delirium. Selanjutnya efek klinis pada kardiovaskular. Diketahui dapat merangsang sistem saraf sistemik yang menyebabkan peningkatan curah jantung, takikardia, dan peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan jantung iskemik. Selanjutnya pada system respirasi memberikan efek yang berbeda dibandingkan dengan efek sedative lain yang tersedia, tonus jalan napas dan reflex faring dan laring sering dipertahankan selama penggunaan ketamin. Diketahui bahwa ketamin juga menimbulkan efek depresi pernapasan melaui penurunan efek stimulant pernapasan yang biasa terjadi karena peningkatan kadar paCO2.  Serta efek lainnya seperti peningkatan tonus otot, glukosa darah, dan kortisol kadar prolactin. Efek samping yang berpotensi memperparah kondisi pasien adalah peningkatan produksi air liur, sehingga penggunaannya disarankan bersamaan dengan antisialagog.  

Pedoman Penggunaan Terbaru

Untuk sedasi procedural di unit gawat darurat, direkomendasikan pemeberian loading dose selama 30-60 detik. Pemeberian loading dose mengahasilkan sedasi dalam satu menit, berlangsung 5-10 menit. Variasi besar ada untuk loading dose yang direkomendasikan, dari 0,25 hingga 1,0 mg/ml IV untuk orang dewasa dan 0,25 hingga 2,0 mg/ml IV untuk anak-anak. Perlu dicatat bahwa dosis pada kisaran yang lebih tinggi biasanya digunakan untuk induksi anastesi umum. Dosis tunggal cukup untuk prosedur yang lebih pendek, tetapi untuk prosedur yang lebih lama, keadaan disosiatif dapat dipertahankan dengan bolus intermiten 0,5 mg/ml. Panduan praktik klinis terperinci telah dibuat untuk penggunaan ketamin di unit gawat darurat. Efek samping utama yang membatasi penggunaan ketamin selama prosedur yang lebih singkat adalah agitasi dan gejala emergensi keduanya bisa terjadi pada pemberian dengan dosis tinggi. Pada induksi dan maintenance anastesi untuk situasi darurat. Dalam induksi rapid sequence, dosis IV 1 sampai 2 mg/kg menghasilkan anastesi disosiatif dalam 1 sampai 2 menit pemberian. Hal ini umumnya lebih lama daripada waktu arm to brain yang pendek, untuk ketidaksadaran yang cepat terlihat dengan agen induksi IV yang lebih tradisional seperti propofol atau thiopentone. Dapat meingkatkan preoksigenasi pada pasien yang gelisah ketika dosis dikurangi (0,25-0,5 mg/KgBB IV). Pada penggunaan anastesi intravena total (TIVA) dalam indikasi syok kardiogenik, hipovolemia, dan tamponade pericardial, terutama di daerah dengan minimal untuk mengakses obat vasoaktif terbatas. Untuk maintenance menggunakan bolus ketamin IV intermiten (0,5 mg/kg), atau dengan infus berkelanjutan pada 10 hingga 30 mcg/kg/menit yang dititrasi sesuai dengan efeknya. Infus dihentikan saat 20-30 menit sebelum operasi selesai. Ketamin sebagai analgetik yang poten, pada penggunaan di unit gawat darurat dosis ketamin yang disarankan adalah 0,1 -0,2 mg/kg IV. Pada dosis yang lebih rendah, ketamin dapat menurunkan sensititasi sentral dan memoodulasi reseptor opioid. Pemberian ketamin dengan dosis kecil pasca operasi dapat mengurangi kebutuhan opioid hingga 50%. Bebrapa efek samping yang ditemukan dalam penggunaan ketamin terpantau ringan dan dapat ditoleransi. Penggunaan pada penyakit saluran napas reaktif didapatkan oleh karena efek ketemin sebagai bronkodilator dan telah terbukti efektif pada pasien dengan bronkospasme akut. Pemberian ketamin pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanis dapat meningkatkan pertukaran gas, penurunan minute ventilation dan sering kali ventilasi berhasil disapih. Dosis awal diberikan dari 0,1-2,0 mg/kg, untuk infus kontiniu 0,15-2,5 mg/kg/jam. Oleh karena varisi loading dose dan infus yang luas, maka penelitian lebih lanjut masuh sangat dibutuhkan. Penggunaan dalam perawatan kritis, ketamin memiliki sejumlah aplikasi potensial dalam pengobatan perawatan kritis, termasuk sedasi, analgesia, dan pengobatan bronkospasme persisten. Ketofol (kombinasi ketamin dan propofol) telah terbukti efektif untuk obat sedasi jangka pendek pada populasi perawatan kritis. Penting untuk dipahami bahwa pada pasien yang sangat kritis, efek agen inotropik negatif direk ketamin dapat mendominasi daripada respons kardiovaskular positif atau netral yang biasa dari ketamin. Telah dilaporkan insiden penurunan tekanan darah dan / atau curah jantung yang tidak terduga setelah pemberian ketamin pada beberapa pasien yang sangat kritis; Namun, penelitian multisenter yang besar pada pasien sepsis yang tidak baik menunjukkan tidak ada efek samping saat menggunakan ketamin. Peringatan dan pembatasan  dalam penggunaan ketamin dinilai memiliki profil keamanan yang sangat baik. Overdosis ketamin telah dimanifestasikan sebagai obat sedasi yang berkepanjangan dalam studi kasus anak-anak yang secara tidak sengaja menerima 5 hingga 100 kali dosis yang dianjurkan. Beberapa studi kasus terisolasi dari depresi pernafasan berat telah dicatat selama administrasi rutin ketamin dengan obat lain; namun, sebagian besar hanya episode apnea transien yang telah dilaporkan setelah bolus IV besar. Kontraindikasi absolut ketamin IV seperti yang tercantum dalam British National Formulary adalah hipertensi, preeklamsia atau eklamsia, penyakit jantung berat, stroke, peningkatan tekanan intrakranial dan porfiria akut. Ketamin juga tidak dianjurkan pada anak berusia 3 bulan dan pada penderita skizofrenia. Silakan merujuk ke bagian sebelumnya dalam artikel ini untuk detail lebih lanjut tentang penggunaan ketamin pada pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial dan/atau cedera otak traumatis. Sifat yang unik dan keserbagunaan dari ketamin menjadikan ketamin sebagai obat yang popular dalam pengobatan pra-rumah sakit dan rumah sakit serta digunakan secara luas oleh ahli anastesi di seluruh dunia. Penggunaan terbaru termasuk dalam protocol anagesik dosis rendah, terapi adjuvant pada blok saraf anestesi lokal, aplikasi pada penyakit saluran napas reaktif, serta sedasi procedural untuk prosedur rutin dan kompleks di ruang operasi, unit gawat darurat dan unit perawatan kritis (ICU).  
Referensi:
Gales A, Maxwell S. 2020. Ketamine: Recent Evidence and Current Uses. World Federation of Societies of Anaesthesiologists Vol 35, p.43-48.
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaNSAID: Positif dan Negatif pada Penyembuhan Tulang dan Jaringan

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar