Life Expectancy: Memperpanjang Harapan Rentang Hidup
Kesehatan populasi saat ini dapat diukur dengan angka Life Expectancy (LE) atau Angka Harapan Hidup (AHH). Peningkatan mortalitas dalam suatu populasi akan menyebabkan penurunan life expectancy. Selama paruh kedua abad ke-20, peningkatan life expectancy yang signifikan diamati di sebagian besar negara. Namun, banyak negara yang lebih makmur mengalami pelambatan peningkatan life expectancy pada pergantian abad ke-21, sebelum pandemi penyakit virus corona 2019 (COVID-19).
Istilah panjang umur kadang-kadang digunakan sebagai sinonim untuk life expectancy. namun, istilah panjang umur kadang-kadang dimaksudkan untuk merujuk hanya kepada anggota populasi secara individu, sedangkan life expectancy selalu didefinisikan secara statistik dan kolektif: sebagai rata-rata jumlah tahun yang tersisa pada umur tertentu.
Life expectancy saat lahir (Life Expectancy at Birth) telah meningkat pesat selama abad terakhir karena banyak faktor, termasuk penurunan angka kematian bayi, peningkatan standar hidup, peningkatan kualitas gaya hidup, dan pendidikan yang lebih baik, serta kemajuan dalam perawatan kesehatan dan kedokteran. Pembangunan ekonomi dan perbaikan beberapa kondisi lingkungan (misalnya di banyak daerah perkotaan) telah menghasilkan peningkatan terus menerus dalam harapan hidup saat lahir selama satu abad terakhir.
Life expectancy suatu negara mencerminkan kondisi sosial dan ekonominya serta kualitas kesehatan masyarakat dan infrastruktur kesehatannya, dan ditambah oleh faktor-faktor lainnya. Peningkatannya adalah salah satu pencapaian manusia yang paling menonjol dalam satu abad terakhir.
Awalnya, peningkatan life expectancy ini disebabkan oleh berkurangnya penyakit menular dan kematian yang terkonsentrasi di kalangan usia muda. Setelah mayoritas kematian akibat penyakit menular menurun, penyakit kardiovaskular dan kanker mendominasi penyebab kematian. Sehingga, hal tersebut menjadi target sains dan kedokteran di paruh kedua abad terakhir.
Adanya penurunan kematian akibat penyakit jantung, harapan hidup pun terus meningkat dalam dekade terakhir abad ke-20. Peningkatan besar-besaran dalam life expectancy telah menjadi tren yang signifikan bagi negara maju berpenghasilan tinggi selama abad ke-20 dan ke-21. Penurunan life expectancy sebenarnya sangat mengkhawatirkan. Stagnasi atau penurunan harapan hidup dapat menandakan penurunan profil kesehatan yang didorong oleh tren sosial ekonomi yang merugikan, penurunan penyediaan atau kualitas perawatan kesehatan, atau faktor perilaku yang memburuk.
Menurut hasil laporan Badan Pusat Statistik (BPS), angka harapan hidup di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 70 hingga 78 tahun, dan angka harapan hidup di Indonesia dapat dikatakan meningkat dari periode sebelumnya yang hanya 69 tahun. Namun, diketahui dari nilai angka harapan hidup menurut provinsi di Indonesia, 29 provinsi memiliki angka harapan hidup yang lebih rendah dari angka harapan hidup Indonesia.
Di pulau Jawa, provinsi Jawa Timur merupakan daerah dengan nilai harapan hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan provinsi lain di pulau Jawa, di mana nilai harapan hidup Jawa Timur adalah 68 hingga 70.
R. Dale Hall dan Andrew Peterson dari Society of Actuaries merinci tren life expectancy dan faktor-faktor yang memengaruhinya pada Konferensi Industri Pensiun LIMRA di Boston. Pasangan ini kemudian memperkenalkan alat life expectancy baru, yang dirancang untuk membantu konsumen dan penasihat memperkirakan berapa lama masa pensiun yang mungkin perlu mereka rencanakan.
Hall dan Peterson menggarisbawahi beberapa faktor terkait dengan kematian yang memengaruhi apakah seseorang cenderung hidup hingga atau melebihi life expectancy rata-rata.
Berikut adalah sembilan faktor yang dapat memengaruhi kematian dan umur panjang:
Jenis Kelamin
Menurut Society of Actuaries, angka kematian perempuan lebih rendah di setiap usia dibandingkan pria. Rata-rata perempuan hidup lebih lama daripada pria. Beberapa penelitian mengaitkan kesenjangan ini berhubungan dengan perilaku berisiko di kalangan pria yang dapat menyebabkan tingkat kecelakaan yang lebih tinggi.
Genetika
Tampaknya ada hubungan antara faktor genetik dan angka kematian. Genetika mungkin berperan dalam sembilan dari 10 penyebab kematian teratas, menurut Centers for Disease Control (CDC) mencantumkan penyebab utama kematian di Amerika Serikat di antaranya: Penyakit jantung, Kanker, Penyakit pernapasan bawah kronis, Kecelakaan, Stroke atau penyakit serebrovaskular, Alzheimer, Diabetes, Influenza dan radang paru-paru, Penyakit ginjal, serta menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
Kondisi prenatal dan masa kanak-kanak
Kondisi buruk di dalam rahim, saat lahir, dan di masa kanak-kanak yang sangat dini dikaitkan dengan kematian yang lebih tinggi bahkan pada usia lanjut. Society of Actuaries telah mempelajari dampak kondisi anak usia dini terhadap umur panjang yang luar biasa, termasuk apakah tumbuh di lingkungan kota atau pertanian memengaruhi umur panjang, serta apakah tumbuh di wilayah geografis tertentu dikaitkan dengan harapan hidup yang berbeda.
Pendidikan
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi terkait dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi. Keduanya terkait dengan peningkatan umur panjang. Bagi mereka dengan gelar sarjana atau lebih tinggi, harapan hidup pada usia 25 tahun meningkat 1,9 tahun untuk pria dan 2,8 tahun untuk perempuan. Rata-rata, pria berusia 25 tahun tanpa ijazah SMA memiliki harapan hidup 9,3 tahun lebih rendah dari pria bergelar sarjana atau lebih tinggi.
Perempuan dengan ijazah SMA memiliki harapan hidup 8,6 tahun lebih rendah dari rekan mereka dengan gelar sarjana atau lebih tinggi. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga dikaitkan dengan tingkat obesitas dan penggunaan tembakau yang lebih rendah, yang mungkin berkorelasi dengan umur panjang, menurut data CDC.
Status sosial ekonomi
Ketika status sosial-ekonomi menurun, demikian pula harapan hidup. Misalnya, status sosial ekonomi dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengakses perawatan medis yang memadai dan partisipasi mereka dalam kebiasaan gaya hidup yang lebih sehat seperti berolahraga lebih banyak, merokok lebih sedikit, dan menjaga berat badan yang sehat.
Status pernikahan
Orang yang menikah memiliki tingkat kematian yang lebih rendah daripada mereka yang tidak pernah menikah atau mereka yang bercerai dan memilih menduda/menjanda.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pernikahan atau hubungan yang berkomitmen dapat meningkatkan kesehatan jantung, membantu memerangi isolasi dan kesepian yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental, dan memotivasi orang untuk membuat pilihan yang lebih sehat seperti melakukan kunjungan rutin ke dokter dan menghentikan kebiasaan tidak sehat.
Gaya hidup
Secara historis, faktor gaya hidup yang memengaruhi kematian meliputi pola makan yang tidak sehat, olahraga yang tidak memadai, penggunaan tembakau, penggunaan alkohol yang berlebihan, perilaku berisiko, keamanan makanan, keamanan tempat kerja, dan keamanan kendaraan bermotor.
Saat ini, faktor gaya hidup utama yang memengaruhi kematian adalah obesitas. Hampir 5% orang dewasa dianggap sangat gemuk, dibandingkan tahun 1962 yaitu 1%; lebih dari 30% dianggap obesitas dibandingkan tahun 1962 yaitu 13%; dan hampir 70% orang dewasa kelebihan berat badan saat ini dibandingkan dengan tahun 1962 yaitu 42%
Teknologi medis
Kemajuan dalam bidang kedokteran dan teknologi medis berdampak besar pada peningkatan umur panjang. Pengembangan antibiotik dan imunisasi, serta perbaikan dalam pencitraan, pembedahan, perawatan jantung, dan transplantasi organ semuanya telah membantu mendorong rata-rata harapan hidup menjadi lebih tinggi.
Referensi:
- Disabled World. (2022, April 14). Longevity: Extending Life Span Expectancy. Disabled World.
- Think Advisor. 2016. 9 Factor The Affect Longevity.
- Colin Lightfoot.2022. Estimating life expectancy changes since 2020
Log in untuk komentar