sejawat indonesia

Menakar Penggunaan Ivermectin Pada Pasien Covid-19

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit akibat infeksi virus terus bermunculan dan menjadi suatu masalah yang serius bagi kesehatan masyarakat. Dalam dua puluh tahun terakhir, virus seperti Severe Acute Respiratory Syndrom CoronaVirus (SARS-Cov) dari tahun 2002 hingga 2003 dan H1N1 influenza pada tahun 2009 telah menjadi epidemic yang yang menakutkan sekaligus mengerikan. Kemudian terdapat pula, the Middle East Respiratory Syndrom coronavirus (MERS-CoV) yang pertama kali teridentifikasi di Saudi Arabia pada tahun 2012.

Hingga hari ini, epidemic kasus dengan penyakit infeksi saluran nafas bawah masih terus hadir dalam bentuk terbarunya: SARSCov-2. 

Perjalanan virus corona ini, dari menginfeksi individu yang satu dan lainnya, bermutasi dari satu bentuk ke bentuk lainnya, telah menjadi catatan yang amat merisaukan, sebab sampai hari ini belum ditemukan obat yang tepat, sebagai terapi potensil antivirus covid-19. Banyak cara telah ditempuh, penelitian demi penelitian terus digalakkan, uji klinis pengobatan dan ataupun pencegahan seiiring terus dilakukan.

Akhir-akhir ini Indonesia dihebohkan dengan obat anti parasite Ivermectin untuk Covid 19, hingga melahirkan pro kontra mengenai khasiatnya.  

Baca Juga:

Apakah tepat Ivermectin sebagai terapi Covid-19?

Ivermectin telah digunakan selama beberapa tahun sebagai terapi untuk berbagai penyakit infeksius pada mamalia. Obat ini memilki profil keamanan yang baik dengan efek samping yang rendah ketika diberikan melalui mulut. Ivermectin diidentifikasi pada akhir tahun 1970-an dan pertama kali disetujui untuk penggunaannya pada hewan di tahun 1981.

Potensi kegunaannya pada manusia disetujui beberapa tahun kemudian. Selanjutnya, William C. Campbell dan satoshi Omura yang menemukan dan mengembangkan obat ini mendapatkan penghargaan nobel di bidang fisiologi atau kedokteran pada tahun 2015.

Penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa ivermectin adalah obat sepktrum luas dengan kelarutan lipid yang tinggi dan memiliki beberapa efek terhadap parasite. Selain memilki efek imunomodulasi pada host. Penelitian-penelitian telah menunjukkan efeknya dalam menghambat proliferasi sel-sel kanker, DNA juga meregulasi glukosa dan kolestrol pada hewan.

Terlepas dari banyaknya efek dari obat-obat ini, banyak pula dari mekanisme-mekanisme dasar obat masih belum diketahui. Dalam penelitian in vitro terbaru, sel-sel Vero/ (human signaling lymphocyte-activation molecule) hSLAM diinokulasi 5 M ivermectin dalam 48 jam, dan hasilnya ditemukan penurunan sebesar 5000 kali lipat dalam jumlah virus RNA dibandingkan dengan kelompok control.

Dalam penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa ivermectin secara efektif membunuh hampir seluruh partikel virus dalam kurun waktu 48 jam. Penelitian ini adalah penelitian pertama yang menilai efek antivirus ivermectin terhadap COVID-19. Untuk penelitian in vivo, saat ini masih dalam tahap penelitian. Artinya secara efektivitas, belum dikatakan selesai. Antivirus dengan cara menghambat kerja reseptor importer (IMP) alfa/beta, yang berperan dalam transmisi protein virus ke dalam nukleus sel host. Penelitian ini juga menyarankan perlunya penelitian pada manusia untuk mengkornfirmasi manfaat ivermectin sebagai terapi COVID-19.

Penelitian mengenai penggunaan ivermectin beserta obat-oabt lainnya dalam penyelesaian pandemic global  masih terus berlangsung. Berdasarkan dari mekanisme yang telah dituliskan di atas, ada beberapa catatan yang perlu dianulir secara kritis, dalam kondisi dan dalam keadaan tertentu.

Mencoba mengambil penjelasan dari sudut pandang yang berbeda, dengan penggunaan ivermectin dalam pengobatan Covid-19. Menurut Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), tidak merekomendasikan penggunaaan jenis obat ini untuk pengobatan penyakit yang dipicu oleh virus corona. Terlepas dari potensi kemampuan anti parasite dan anti virus yang dikandung oleh ivermectin yang cukup menjanjikan.

Pengembangan formulasi ivermectin menjadi tantangan, terutama karena sifat kelarutan dalam air yang buruk. Akibatnya, biovailabilitas oral ivermectin tetap rendah. Selain itu, profil farmakokinetiknya dapat dipengaruhi oleh formulasi spesifik, dan perbedaan kecil dalam desain formulasi dapat memodifikasi kinetika plasma, biodistribusi, dan efektifitasnya.

Selain itu, Ivermectin diketahui sebagai obat dengan karakteristik keras sehingga penggunaan dan pembelian harus dengan resep dokter. WHO dalam pedoman pananganan Covid1-19 mencantumkan ivermectin, namun hanya sebatas uji klinis, artinya belum bisa digunakan sebagai pengobatan covid-19 dan  penggunaan ivermectin ini masih dalam tahapan penelitian lebih lanjut.

Karena termasuk dalam golongan obat keras, penggunaan ivermectin dikonsumsi dalam takaran tertentu, dosis anjuran untuk ivermectin yaitu 1 kali per tahun. Dosis tersebut, peruntukannya sebagai  anti parasite, yakni obat cacing.

Sampai saat ini, FDA dan BPOM belum menyetujui penggunaan ivermectin, karena kurangnya informasi interaksi virus dengan inangnya dalam hal ini manusia, berapa dosis yang dibutuhkan untuk sampai pada efek terapi. Sehingga efek samping dan bahaya penggunaan ivermectin masih dikatakan “mengancam” jika digunakan.

Oleh karena itu, penggunaan obat-obat anti mikroba khususnya ivermectin, diharapkan kepada seluruh pemegang kepentingan, untuk tetap berada pada jalur yang sesuai dengan memegang prinsip pengobatan berbasis bukti, dan kepada masyarakat untuk tetap cerdas dalam mengelolah informasi.   

Temukan Artikel tentang Covid-19 lainnya di sini dan dapatkan penatalaksanaan terbaru berbagai kondisi melalui Sejawat CME.


Referensi:
Cascella, M., Rajnik, M., Cuomo, A., Dulebohn, S. C., & Napoli, R. D. (2020). Features, Evaluation, and Treatment of Coronavirus. StatPearls [Internet]. Retrieve from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554776/
Heidary, F., & Gharebaghi, R. (2020). Ivermectin: a systematic review from antiviral effects to COVID-19 complementary regimen. Journal of Antibiotics, 73(9), 593–602.\
Formiga, F.R., Leblanc, R., de Souza Rebouças, J., Farias, L.P., de Oliveira, R.N. and Pena, L.,  2021. Ivermectin: an award-winning drug with expected antiviral activity against COVID 19. Journal of controlled release, 329, pp.758-761.

Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaMelihat Efektivitas Metformin Untuk Menurunkan Berat Badan Pada Pasien Obesitas-Nondiabetes

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar