sejawat indonesia

Mengenal AHCC sebagai Terapi Efektif dalam Menangani Stres

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. WHO menyatakan bahwa depresi akan menjadi penyakit dengan beban global kedua terbesar di dunia setelah penyakit kardiovaskular. Menurut American Institute of Stress menyebutkan bahwa tidak ada defenisi yang paling tepat dalam menggambarkan stres, karena setiap individu akan memiliki reaksi yang berbeda terhadap stres yang sama, sedangakan menurut National of Asosiation of School Psychologist menerangkan bahwa stres adalah perasaan yang tidak menyenangkan dan diinterpretasikan secara berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya. Menurut Quick, stres dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu: 1) Eustress yang didefenisikan sebagai hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahtraan individu dan juga organisasi yang diasosiasiakan dengan pertumbunhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi dan tingkat performance. Selanjutnya, 2) Distress dipahami sebagai hasil dari respon terhadap stress yang bersifat tidak sehat, negative, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan fungsi kemampuan fisik dan kematiaan. Manusia pada umumnya mendapatkan berbagai tekanan, yang dapat dikelompokkan kedalam tekanan mental dengan berbagai gambaran seperti kurang tidur, kelelahan, kecemasan, penurunan nafsu makan, dan dalam kondisi yang kronis, telah terjadi gangguan aktivitas sistem saraf otonom (SSO) serta immunosupresi. Sistem saraf otonom berkaitan dengan sistem endokrin dan sistem imun, yang memilki peran dalam homeostatis fisiologis serta merespon ransangan stres. Sistem saraf otonom memediasi respon stress melalui 2 jalur yaitu, sistem saraf simpatis di medulla adrenal (SAM) dan hipofisis hypothalamus korteks adrenal. Dalam SAM, rangsangan stres ditransmisikan melalui korteks serebral ke hypothalamus, yang memodulasi sistem saraf simpatis. Akibatnya, noradrenalin dan adrenalin dilepaskan dari medulla adrenal, sehingga meningkatkan kadar ketokolamin darah sebagai penyebab terjadinya hipertensi dan takikardi. Aktivitas fungsi saraf simpatis diperlukan dalam respon fisiologis terhadap tekanan fisik dan mental. Dalam kondisi yang sehat, aktivitas saraf simpatis dinormalisasikan oleh respon homeostatis, ketika stress. Namun, pada stress yang berlangsung lama sistem saraf simpatis terus diaktifkan, menyebabkan berkurangnya kualitas tidur dan kecemasan sampai akhirnya muncul gejala-gejala depresi. Banyak penelitian yang melaporkan bahwa stress yang berlebihan dan dalam waktu yang lama akan mengubah sistem kekebalan tubuh. Diketahui bahwa gangguan mental behubungan dengan aktivitas sel-sel Natural Killer (NK) dalam sistem imun bawaan. Sebagai bagian dari sel darah putih, sel NK memiliki peran pertahanan pertama melawan sel patogen, dengan berbagai macam mekanisme termasuk eksositosis granules cytolytic dan potensi kematian reseptor ekstraselular.  Oleh karena itu, mempertahankan aktivitas sel NK sangatlah penting sebagai respon tubuh terhadap tekanan mental sehingga membantu dalam pemeliharaan kekebalan tubuh. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak penelitian tentang produk pengobatan anti-stres, termasuk obat-obatan dan makanan yang alami. Dari sudut pandang pencegahan kedokteran, melindungi “mibyo” atau subjek atau individu yang rentan, sebelum terjadi kondisi yang kronis melalui manejemen stress dikombinasikan dengan pola diet yang seimbang. Penggunaan sedian jamur sebagai suplemen yang dapat meningkatkan imunitas, merupakan tradisi yang telah lama digunakan oleh orang-orang Asia. Penggunaan sediaan tersebut semakin meluas, saat ini banyak digunakan di luar negeri dan lebih umum ditemukan di Amerika Serikat. Salah satu dari produk dari sediaan jamur tersebut adalah Active Hexose Correlated Compound (AHCC), sebagai ekstrak fermentasi enzim mycelia dari jamur Basidiomycetes. Senyawa tersebut mengandung campuran polisakarida, asam amino, lipid dan mineral, yang didominasi oleh komposisi oligosakarida, totalnya sekitar 74 %. Dari oligosakarida ini, 20% sebagai asetil alfa-1,4-glucans dengan berat rata-rata molekul dibawa 5000 Dalton. AHCC (Amino Up Chemical Co, Ltd, Sapporo, Jepang) telah banyak dilaporkan mengenai efektivitasnya dalam meningkatkan jumlah sel dendritic dan meningkatkan aktivitas dari sel Natural Killer. Selanjutnya AHCC juga mampu menstabilkan tingkat sirkulasi norepinefrin, epinefrin, dopamine, dan glukosa pada hewan coba yang mengalami stres, dan juga terbukti mampu meredakan kecemasan parah pada pasien dengan kanker prostat yang tidak direseksi. Secara kolektif, studi yang dilakukan dalam penelitian Jun Takanari menunjukkan bahwa AHCC mungkin secara komprehensif meningkakan aktivitas ANS, sisitem endokrin, dan sistem kekebalan tubuh dan menjadi terapi efektif dalam menangani stres. Menurut Urushima dalam tulisannya mengenai AHCC dengan penyakit kanker mengatakan bahwa, dalam banyak kasus AHCC digunakan di dosis harian 3 g, dan menunjukkan berbagai efek yang positif seperti modulasi kekebalan tubuh, perbaikan prognosis hepatoselular karsinoma pasca operasi, dan pengurangan efek samping dari kemoterapi pada pasien kanker stadium lanjut. Selain itu, bahkan dengan dosis 1 g AHCC selama 4 minggu mencegah penurunan aktivitas dari sel Natural Killer. Dalam penelitian yang dilakukan Jun Takanari mengenai efek AHCC pada sistem imun dan respon terapi pada individu yang sehat mengatakan, kami menggunakan berbagai pendekatan untuk menguji kemanjuran AHCC dalam mengobati stres. Kami menggunakan tes Schellong untuk memicu stres fisik. AHCC secara signifikan meningkatkan aktivitas saraf simpatik pada indvidu dengan tekanan fisik, dibandingkan dengan placebo. Ini tampaknya menunjukkan bahwa AHCC meningkatkan respons sistem saraf simpatik untuk mempertahankan homeostasis tekanan darah, sehingga terjadi adaptasi terhadap stres fisik. Oleh karena itu, kami mengusulkan bahwa AHCC dapat meringankan atau mencegah sakit kepala ringan dan pusing terkait dengan gangguan kontrol otonom yang merupakan gejala stres. Selanjutnya, efek AHCC pada aktivitas ANS pada individu yang mendapatkan tekanan mental sementara. Ketika tes UK diberikan sebagai stresor mental, aktivitas saraf simpatik tidak berubah, pada kelompok plasebo tetap meningkat secara signifikan  kelompok. Meskipun mekanisme aksi AHCC masih dalam tahapan penelitian lebih lanjut, data saat ini dan data dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai efektivitas AHCC mendukung pandangan bahwa, AHCC bermanfaat untuk pengelolaan stres.  Sebagai efek dari modulasi ANS, homeostasis dan peningkatan aktivitas sel NK.  
Referensi:
  1. Jun Takanari, Atsuya Sato dkk. 2018. Effect Of AHCC On Immune And Stress Responses In Healthy Individuals. Journal of Evidence-Based Integrative Medicine. Volume 23: 1-9.
  2. Barry W Ritz. 2008. Supplementation With Active Hexose Correlated Compound Increase Survival Following Infectious Challenge In Mice. Department of Bioscience and Biotechnology, Drexel University, Philadelphia, Pennsylvania, USA
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaMengenal Gastroparesis, Gangguan Saluran Cerna Kronis Yang Tidak Biasa

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar