sejawat indonesia

Bagaimana Virus Hepatitis B berkembang di dalam tubuh?

Infeksi virus Hepatitis B (HBV) merupakan salah satu infeksi virus yang telah menjadi masalah kesehatan global. Menginfeksi lebih dari 257 juta penduduk dunia dan menyebabkan 887.000 kematian setiap tahunnya. Indonesia termasuk negara endemis tingkat sedang hingga tinggi dengan karier Hepatitis B 5-20 persen dari populasi penduduk.

Virus Hepatitis B sering ditransmisikan melalui cairan tubuh seperti darah, cairan semen, dan sekresi vagina. Sebagian besar (lebih dari 95%) individu dewasa yang terkena infeksi ini dapat teratasi oleh sistem imun optimal (immunocompetent), namun pada individu dengan gangguan sistem imun (immunocompromized), atau pada pasien anak sering berkembang dan bergejala menjadi hepatitis akut hingga kronis. 

Di sisi lain, pasien dapat terinfeksi HBV tanpa menimbulkan gejala (asimptomatik) yang biasanya terdeteksi pada saat screening HBV. Pada infeksi akut, pasien biasanya menunjukkan gejala subklinis atau hepatitis anikterik, hepatitis ikterik, atau lebih jarang hepatitis fulminan. Pada infeksi kronis, dapat asimptomatik, karier hepatitis, infeksi kronis yang mengalami eksaserbasi, sirosis, maupun karsinoma hepatoselular.

HBV merupakan jenis virus DNA rantai ganda, dengan ukuran sekitar 42 nm yang terdiri dari 7 nm lapisan luar yang tipis dan 27 nm inti di dalamnya (gambar 1). Virus ini dapat bertahan di temperatur dan kelembaban yang ekstrim. HBV dapat bertahan hingga 15 tahun pada suhu -20 °C, selama 24 bulan pada suhu -80 °C, selama 6 bulan pada suhu ruangan, dan selama 7 hari pada suhu 44 °C. 

Virus ini memiliki tiga antigen spesifik, yaitu antigen surface, envelope, dan core. Hepatitis B surface antigen (HBsAg) merupakan kompleks antigen yang ditemukan pada permukaan HBV. Adanya antigen ini menunjukkan infeksi akut atau karier kronis yang lebih dari 6 bulan. Hepatitis B core antigen (HbcAg) merupakan antigen spesifik yang berhubungan dengan inti dalam HBV. Antigen ini tidak terdeteksi secara rutin dalam serum penderita infeksi HBV karena hanya berada pada hepatosit. 


Baca Juga:


Hepatitis B envelope antigen (HBeAg) merupakan antigen yang lebih dekat hubungannya dengan nukleokapsid HBV. Antigen ini bersirkulasi sebagai protein yang larut serum, timbul bersamaan atau segera setelah HBsAg, dan hilang beberapa minggu sebelum HBsAg hilang. Genom HBV terdiri dari sepasang molekul rantai ganda DNA sirkular yang memberikan kode genetik:

  • S (gen surface atau envelope) memberikan kode dari protein pre-S1, pre-S2 dan protein S.
  • C (Gen inti/core) : mengkode protein nukleokapsid dan antigen e.
  • X (gen X) : mengkode protein X dari HBV.
  • P (gen polymerase) : mengkode protein RNA-dependent dan DNA-dependent DNA polymerase dan aktivitas ribonuclease H (RNase H). 

Gambar 1 HBV dengan pemeriksaan TEM (Transmission electron micrograph). Merupakan golongan hepadnavirus, sangat resisten terhadap suhu udara dan kelembaban ekstrim yang menyerang hepatosit. genom virus berantai ganda, DNA sirkular berhubungan dengan DNA polymerase yang di kelilingi oleh nukleokapsid dan dibungkus oleh pembungkus lipid. Dari lapisan-lapisan ini, terdapat beberapa antigen yang penting untuk
identifikasi infeksi virus. Di dalam nukleokapsid terdapat Hepatitis B core antigen (HBcAg), dan precore hepatitis B e antigen (HBeAg), dan pada selubung terdapat hepatitis B surface antigen (HBsAg).

Virus hepatitis B masuk ke dalam tubuh secara parenteral. Dari peredaran darah, partikel Dane masuk ke dalam hati dan terjadi replikasi virus. Selanjutnya sel-sel hati akan memproduksi dan mensekresi partikel Dane utuh, partikel HBsAg bentuk bulat dan tubuler, dan HBeAg yang tidak ikut membentuk partikel virus. HBV merangsang respon imun tubuh, yaitu respon imun non-spesifik dan respon imun spesifik.
  • HVB merangsang pertama kali respon imun non-spesifik (innate immune response) karena dapat terangsang dalam waktu pendek, dalam beberapa menit sampai beberapa jam. Proses eliminasi nonspesifik ini terjadi tanpa restriksi HLA, yaitu dengan memanfaatkan sel-sel NK dan NK-T.
  • Untuk proses eradikasi VHB lebih lanjut diperlukan respon imun spesifik yaitu dengan mengaktivasi limfosit T dan sel limfosit B.
Bila proses eliminasi virus berlangsung efisien maka infeksinya dapat diakhiri, sedangkan bila proses tersebut kurang efisien maka terjadi infeksi HBV yang menetap. Proses eliminasi HBV oleh respon imun yang tidak efisien dapat disebabkan oleh faktor viral maupun faktor host.

Stadium awal infeksi dimulai dari proses pelekatan dan masuknya virus ke dalam hepatosit untuk generasi dan transkripsi minikromosom virus. Awalnya HBV akan berikatan di ruang perisinusoid (space of disse) pada hati dengan heparan sulfate proteoglycans yang diekspresikan pada permukaan hepatosit, kemudian berikatan dengan reseptor sodium taurocholate cotransporting polypeptide (NTCP), lalu 
masuk ke dalam hepatosit dan menyatu dengan vesikel endosom. 

Setelah masuk ke dalam hepatosit, protein di permukaan virus akan terlepas dan nukleocapsid akan dibawa ke dalam nukleus melalui mikrotubulus. Ukuran diameter kecil dari kapsid memudahkannya untuk masuk melalui pori-pori nukleus hepatosit. 
Nukleokapsid akan dipecah hingga struktur genom virus dapat dimasukkan ke dalam nukleus. Setelah itu, DNA HBV akan diubah menjadi minikromosom, tempat tersimpannya DNA virus dalam bentuk molekul covalently closed circular DNA (cccDNA), yang memiliki fungsi yang sama dengan provirus intraselular. 

cccDNA merupakan bentuk stabil DNA virus yang menyebabkan virus mampu bertahan di dalam hepatosit, dan bereplikasi. cccDNA menentukan beberapa karakteristik klinis virus, termasuk kronisitas infeksi, karsinogenesis, dan inefektivitas dari terapi antivirus. cccDNA tidak dapat dihancurkan dengan terapi antivirus yang ada sekarang. Antivirus yang ada sekarang hanya mampu menahan replikasi virus, namun tidak dapat membasmi HBV akibat cccDNA tetap masih ada. Eliminasi cccDNA pada infeksi kronis merupakan kunci utama terapi HBV. 

Berdasarkan cara replikasi virus, HBV tergolong ke dalam pararetrovirus yang artinya walaupun virus memiliki DNA, proses repilkasinya dengan reverse transkripsi menggunakan RNA intermediate. cccDNA berikatan dengan histon dan protein kromatisasi lain dalam bentuk mini-kromoson yang menjadi tempat untuk transkripsi mRNA (massenger RNA) HBV. (Gambar 2)


Gambar 2 Siklus hidup HBV. HBV masuk melalui hepatosit melalui reseptor sodium taurocholate cotransporting polypeptide (NTCP). Nukleokapsid akan di urai dan bermigrasi ke dalam nukleus untuk memasukkan genom virus (rc-DNA). Rc-DNA akan diubah sehingga membentuk rantai ganda. 

Terdapat 5 stadium infeksi virus dalam tubuh yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, status imunitas, dan adanya koinfeksi dengan virus lain.
  • Stadium 1 immunotoleran: stadium ini biasanya berlangsung 2-4 minggu pada individu dewasa yang sehat, yang merupakan masa inkubasi. Pada bayi baru lahir, durasi stadium ini bisa sangat lama. Replikasi aktif virus tetap berlangsung pada fase ini walaupun tidak disertai dengan peningkatan aminotransferase dan tidak memperlihatkan adanya gejala klinis
  • Stadium 2 immune active/klirens imun: Pada fase imun aktif atau yang dikenal juga klirens imun, terjadi reaksi inflamasi dengan efek sitopatik. HBeAg mulai terdeteksi, dan menurunnya kadar HBV DNA mulai kelihatan pada pasien yang mengatasi keadaan infeksi ini. Durasi stadium ini dengan infeksi akut kurang lebih 3-4 minggu (periode simptomatik). Pada pasien dengan infeksi kronis, 10 tahun atau lebih dapat terlewati sebelum munculnya komplikasi seperti sirosis, terjadinya klirens imun hepatitis, karsinoma hepatoselular, atau hepatitis kronik HBeAg negatif
  • stadium 3 stadium infeksi kronik nonaktif: di stadium ini, replikasi virus rendah dan tidak lagi dapat terukur pada serum, anti HBe dapat terdeteksi. Kadar aminotransferase juga berada pada level normal. Kemungkinan di stadium ini, terjadi proses integrasi genom virus ke dalam genom hepatosit. Pada stadium ini HBsAg masih dapat terdeteksi dalam serum.
  • Stadium 4 Stadium infeksi kronik: Stadium ini dapat terjadi dari hepatitis B kronik inaktif, (stadium 3) atau langsung dari stadium imun aktif/klirens (stadium 2). Pasien biasanya tidak bergejala/gejala ringan dengan HBeAg yang negatif.
  • Stadium 5 Pemulihan: Pada stadium ini, virus tidak terdeteksi lagi dalam darah baik HBV DNA maupun HbsAg dan antibodi dari beberapa antigen virus sudah di produksi.
Infeksi virus hepatitis B masih merupakan masalah yang besar di Indonesia karena prevalensi yang tinggi dan komplikasinya. Di daerah dengan endemik tinggi, infeksi HBV biasanya terjadi melalui infeksi perinatal atau pada awal masa kanak-kanak. 

HBV sendiri biasanya tidak sitopatik. Infeksi kronik HBV merupakan suatu proses dinamis dengan terjadi interaksi antara virus, hepatosit, dan sistem imun manusia, oleh karena itu dibutuhkan pemahaman lebih mendalam terhadap karakteristik virus dan dampaknya pada organ hati untuk menemukan pengobatan yang tepat di kemudian hari.
 
Ketahui penanganan terbaru komplikasi pada Hepatitis B dengan mengakses CME-nya di sini. Ikuti juga LIVE CME bersama para ahli tentang Hepatitis Akut yang belum diketahui etiologinya melalui link berikut ini:  Hepatitis Akut Misterius


Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaAncaman Pandemi dari Virus Hendra

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar