sejawat indonesia

Demam Lassa, Penyakit Mematikan Tanpa Gejala

Demam Lassa adalah demam hemorrhagic virus akut yang pertama kali dideskripsikan tahun 1969 di kota Lassa, Nigeria. Ekologi dasar demam Lassa tampaknya melibatkan penularan virus secara enzimatik pada populasi komensal dari satu spesies murine, yaitu Mastomys natalensis. Virus dapat menyebar dari siklus hewan pengerat (tikus) ke manusia melalui berbagai rute. Penyebaran sekunder antara manusia dapat terjadi dalam kelompok-kelompok domisiliary, dan orang-orang yang terinfeksi dalam komunitas yang mengembangkan penyakit klinis dapat memasukkan virus ke rumah sakit dan memulai siklus infeksi nosokomial. Lassa hampir sama dengan Marburg dan Ebola, 2 virus mematikan lainnya yang menyebabkan infeksi dengan demam, muntah, bahkan hemorrhagic. Penyebaran virus Lassa pada manusia bisa melalui kontak dengan makanan, barang-barang rumah tangga yang terkontaminasi dengan air kencing atau kotoran tikus atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi melalui saluran pernafasan dan saluran cerna, kulit yang luka atau selaput lendir ke bahan yang terinfeksi, kontak langsung, seksual dan transplasental. Masa inkubasi dari virus penyebab demam berdarah Lassa adalah 1 hingga 4 minggu dan menyerang organ, antara lain, hati, limpa, ginjal dan dapat menginfeksi hampir setiap jaringan dalam tubuh manusia. Dari tanggal 1 Januari hingga 18 Maret 2018, ada 1495 kasus terjadi dan 119 kematian yang dilaporkan terjadi di 19 negara bagian (Anambra, Bauchi, Benue, Delta, Ebonyi, Edo, Ekiti, Wilayah Ibu Kota Federal, Gombe, Imo, Kaduna, Kogi, Lagos, Nasarawa , Ondo, Osun, Plateau, Rivers, dan Taraba). Selama periode ini ada 376 pasien yang telah dikonfirmasi, 9 baru diklasifikasikan sebagai probable atau kemungkinan, 1084 teruji negatif dan 26 lainnya masih menunggu hasil laboratorium, 17 petugas kesehatan di 6 negara bagian (Benue, Ebonyi, Edo, Kogi, Nasarawa, dan Ondo) telah terinfeksi dan 4 diantaranya telah meninggal. Demam Lassa endemik di negara-negara Afrika Barat, Ghana, Guinea, Mali, Benin, Liberia, Sierra Leone, Togo, dan Nigeria. Penyakit Demam Lassa memang belum begitu dikenal di Indonesia. Namun dikhawatirkan bisa juga menjadi wabah mengingat hewan pembawa virus ini adalah tikus yang juga banyak dan menyumbang penyakit zoonosis (penyakit menular dari hewan ke manusia) di Indonesia.

Gejala Demam Lassa

Gejala muncul dalam beberapa minggu setelah terinfeksi. Diagnosis pasti hanya dapat dilakukan setelah dilakukan pengujian di laboratorium khusus, didiagnosis dengan deteksi antigen Lassa, antobodi anti-Lassa, atau teknik isolasi virus, ELISA test (Enzyme-linked immunosorbent assay)–atau 'penetapan kadar imunosorben taut-enzim' merupakan uji serologis yang umum digunakan di berbagai laboratorium imunologiuntuk antigen dan antobodi IgM memberikan kepekaan dan 90% kekhususan untuk mengetahui adanya infeksi. Diperkirakan sekitar 80% dari infeksi menghasilkan gejala begitu ringan sehingga tidak nampak dan tidak terdiagnosis. Namun, umumnya infeksi ringan ini ditandai dengan malaise umum, sakit kepala dan demam ringan. Sekitar 20% di mana gejala menjadi semakin serius ditandai dengan pendarahan di gusi, mata, hidung, sulit bernafas, batuk, sakit perut yang parah yang menyebabkan muntah dan diare, kesulitan menelan, wajah membengkak, nyeri di bagian dada, mulai kehilangan pendengaran dan pericarditis (pembengkakan kantung yang mengelilingi jantung). Secara umum, obat antivirus Ribavirin adalah pengobatan yang efektif digunakan untuk demam Lassa jika diberikan pada awal perjalanan penyakit klinis. Ribavirin adalah obat yang mengganggu replikasi virus dengan menghambat sintesis asam nukleat. Kematian bisa terjadi dalam 2 minggu setelah timbulnya gejala yang diakibatkan kegagalan organ ganda. Salah satu komplikasi paling umum adalah penderitanya menjadi tuli. Diperkirakan 15%-20% pasien yang dirawat inap karena demam Lassa berakhir dengan kematian. Pencegahan penyebaran demam Lassa dapat dilakukan dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan menghindari semua kontak secara langsung dengan sumber infeksi (tikus) dan orang yang terinfeksi virus Lassa.  
Sumber:
- WHO Media Centre (Disease Outbreak News)
- Medical News Today
- https://www.npr.org/
- ScienceDirect
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaTerobosan Medis Dokter Kontroversial dalam Ilmu Kedokteran Modern

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar