sejawat indonesia

Kegunaan Polimer Nylon dalam Menghentikan Infeksi Jamur

Resistensi antifungal adalah sebuah masalah yang nyata dan terus berkembang. Menurut sebuah penelitian baru yang inovatif, polimer nilon dapat membantu mengatasi spesies jamur yang saat ini tahan menghadapi pengobatan. Meskipun kurang dikenal, tidak seperti resistensi terhadap antibiotik, resistensi terhadap antifungal saat ini juga merupakan masalah yang mulai meluas. Jamur tertentu selalu sulit untuk diobati, namun, ada beberapa jenis jamur yang dulunya lebih mudah ditangani menjadi semakin sulit untuk ditangani. Misalnya, jamur Candida yang merupakan jenis jamur yang sangat umum, dapat menyebabkan infeksi invasif, saat ini mulai kebal terhadap antifungi konvensional. Selama beberapa tahun terakhir, para peneliti dari University of Wisconsin-Madison telah menyelidiki kemampuan polimer nilon untuk melawan jamur. Penelitian yang dipimpin oleh Nancy Keller dilakukan agar dapat dapat menemukan senyawa yang akan berinteraksi dengan jamur dengan cara yang sama seperti peptida dalam sistem kekebalan. Peptida adalah rantai pendek asam amino, sehingga tim peneliti melihat molekul rantai pendek lainnya, dan mereka menetap di nilon. Nancy Keller bergabung dengan ahli mikrobiologi Christina Hull dan seorang kimiawan Samuel Gellman, yang sebelumnya sudah pernah mengembangkan polimer untuk digunakan sebagai antibiotik. Mereka kemudian berusaha untuk meneliti apakah polimer berhasil digunakan untuk melawan jamur. Tiga polimer nilon diadu dengan 41 spesies jamur. Mereka membandingkan kemampuan membunuh jamur melawan azoles, kelas umum obat antifungal. Para peneliti terkejut pada tingkat keberhasilan polimer. Polimer nilon menghentikan pertumbuhan 24 spesies, beberapa di antaranya sudah resisten terhadap azoles. Spesies jamur yang berhasil dihancurkan termasuk Rhizopus arrhizus, yang dapat menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa pada individu yang berisiko, dan Scedosporium prolificans, yang dapat menyebabkan infeksi fatal dan tahan terhadap antifungi yang sudah ada. Namun, tidak semua spesies jamur bisa mati. Khususnya, Aspergillus—jamur yang dapat menyebabkan kondisi paru-paru yang serius pada orang yang rentan—tidak merespon. Salah satu hal yang menarik yang ditemukan oleh tim peneliti adalah ketika polimer digunakan bersama azoles, jamur yang sebelumnya resisten azol sekali lagi menjadi rentan terhadap obat tersebut. Ini menawarkan opsi pengobatan potensial yang baru; untuk jamur yang tidak merespon baik polimer maupun antijamur standar, mungkin patut digunakan secara serempak. Pengobatan modern jarang menggunakan polimer dengan cara ini, dan Gellman senang dengan kemungkinan yang mereka tawarkan. Gellman juga mengatakan bahwa pengamatan jenis ini harus mendorong masyarakat untuk mempertimbangkan polimer sebagai agen biomedis yang memiliki potensi. Fase penelitian selanjutnya akan berupaya menggali mekanisme di balik cara polimer bekerja melawan jamur. Selain itu, karena penggunaan polimer dalam kedokteran adalah teknologi baru, tidak ada yang tahu berapa banyak polimer kuat yang ada di luar sana, menunggu untuk diteliti, dirancang dan diuji.
Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal mSphere.
Sumber: Medical Daily News.
Peptide-Like Nylon-3 Polymers with Activity against Phylogenetically Diverse, Intrinsically Drug-Resistant Pathogenic Fungi
Leslie A. Rank, Naomi M. Walsh, Fang Yun Lim, Samuel H. Gellman, Nancy P. Keller, Christina M. Hull
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaTerobosan Iris Buatan Pertama untuk Aniridia

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar