Penanganan dan Metode Diagnosis Bagi Infeksi Yang Resisten terhadap Obat
Gambaran umum proses β-lactamase memengaruhi kefektifan dari antibiotik.
Studi ini membuka jalan bagi pengembangan tes yang akan memberikan dokter informasi penting tentang bakteri yang mereka hadapi sehingga antibiotik umum dapat digunakan kapan pun saat dibutuhkan. Resistensi terhadap antibiotik baru dapat muncul dengan sangat cepat setelah mereka mulai digunakan. Sehingga pemberian antibiotik harus betul-betul pada kondisi yang sangat dibutuhkan. Salah satu cara utama bakteri menjadi resisten terhadap pengobatan adalah melalui produksi enzim yang dapat memecah antibiotik beta-laktam lalu menjadikannya tidak efektif. Para peneliti dapat menguji keberadaan enzim resistansi ini dengan menempelkan antibiotik yang dimodifikasi ke permukaan sensor yang memungkinkan mereka untuk melihat apakah obat itu dipecah atau tidak. Para peneliti menggunakan beberapa teknik untuk menunjukkan bahwa obat tersebut masih dapat diakses oleh enzim, yang berarti antibiotik yang dimodifikasi dapat digunakan untuk mengembangkan hal-hal seperti tes urin untuk bakteri AMR pada pasien. Callum Silver menambahkan: "Kurangnya teknik diagnostik untuk memberi tahu dokter apakah mereka sedang berurusan dengan bakteri resisten yang berkontribusi terhadap masalah AMR. Antibiotik yang dimodifikasi ini dapat diterapkan pada berbagai perangkat biosensing yang berbeda untuk digunakan pada saat perawatan." Studi penting ini adalah hasil kolaborasi erat antara ilmuwan fisika, kimia, dan biologi di University of York dan meletakkan dasar baru untuk tes diagnostik resistan terhadap obat infeksi.Sumber:
-
Antimicrobial Agents and Chemotherapy, 2019; 63 (4) DOI: 10.1128/AAC.02152-18
-
ACS Applied Materials & Interfaces, 2019; DOI: 10.1021/acsami.9b05793
Log in untuk komentar