sejawat indonesia

Penggunaan Terapi Cahaya Inframerah untuk Mengobati Sakit Kronis

Teknik baru yang inovatif memangkas saraf yang bertanggung jawab atas nyeri neuropatik menggunakan near-infrared light. Nyeri neuropatik disebabkan oleh kerusakan atau penyakit di bagian sistem saraf. Hasilnya dapat membantu mengembangkan bantuan yang efektif untuk kondisi yang sulit diobati. Gejala tentu bervariasi dari orang ke orang, mulai dari sensasi yang aneh hingga rasa sakit yang hebat. Paling umum, untuk mengurangi rasa sakit, orang dengan nyeri neuropatik akan menggunakan obat anti-inflamasi nonsteroid, opioid, atau anti-epilepsi, yang semuanya memiliki efek samping, utamanya opioid yang bisa memiliki risiko kecanduan yang signifikan.  

Apakah Nyeri Neuropatik Bisa Diobati?

Penelitian sebelumnya berusaha mencari pengobatan potensial yang berfokus pada penargetan molekul spesifik yang terlibat dalam jalur nyeri. Meskipun ada beberapa kemajuan, pendekatan ini belum menghasilkan apa-apa. Alasannya adalah ketika kita memblokir satu atau dua molekul yang menimbulkan rasa sakit, yang lain bergerak masuk dan mengambil tempat. Para peneliti dari Laboratorium Biologi Molekuler Eropa di Roma, Italia, telah merancang pendekatan inovatif untuk nyeri neuropatik. Temuan terbaru mereka telah diterbitkan di jurnal Nature Communications. Penelitian yang dipimpin oleh Paul Heppenstall, Ph.D., menggunakan pendekatan yang benar-benar baru. Dibandingkan mencari pengantar molekuler, mereka mengidentifikasi subkelompok sel saraf yang bertanggung jawab untuk kepekaan berlebihan terhadap rasa sakit, dan memusatkan upaya untuk menenangkan sel-sel yang bersalah. Mereka menemukan bahwa subpopulasi neuron sensoris yang mengekspresikan reseptor yang disebut tropomyosin receptor kinase B (TrkB) bertanggung jawab untuk menghasilkan tingkat nyeri yang tidak proporsional. Untuk memengaruhi saraf-saraf ini, tim peneliti merancang bahan kimia peka cahaya yang secara khusus mengikat reseptor (tropomyosin receptor kinase B - TrkB). Mereka menyuntikkan bahan kimia ini ke kulit tikus dengan nyeri neuropatik. Begitu bahan kimia itu terikat ke reseptor, mereka meledakkannya dengan sinar inframerah dekat (near-infrared light). Hal ini menyebabkan ujung saraf untuk menarik kembali dari permukaan kulit, membuat mereka lebih jarang terpicu. Setelah ujung saraf menyusut kembali, para peneliti menilai seberapa baik intervensi telah bekerja dengan mengukur respon rasa sakit dari tikus. Tikus dengan nyeri neuropatik paling sering dengan cepat menarik kaki mereka hanya dengan sentuhan ringan. Namun, setelah terapi cahaya dilakukan, refleks tikus kembali normal. Hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah perawatan efektif selama beberapa minggu, sampai ujung saraf yang dipangkas menjadi tumbuh kembali. Metode ini berguna karena di antara berbagai macam sel saraf di kulit, hanya menargetkan yang penting. Menurut Paul Heppenstall, hal yang menyenangkan tentang teknik ini adalah dapat secara khusus menargetkan subkelompok kecil neuron yang menyebabkan nyeri neuropatik. Tentu saja, penelitian saat ini dilakukan dengan menggunakan tikus dan, karenanya, mungkin tidak berlaku dengan cara yang sama pada manusia. Untuk itu, para peneliti juga menyelidiki kulit manusia. Mereka menemukan bahwa neuron yang ditargetkan pada tikus tampaknya mirip dengan manusia, hal ini tentu memberi harapan untuk masa depan agar bisa digunakan pada tubuh manusia.  
Sumber:
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaAntikolinergik, Obat yang Bisa Meningkatkan Risiko Demensia

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar