sejawat indonesia

Potensi Penggunaan Asam Traneksamat Sebagai Terapi Pada Kasus Perdarahan Intraserebral Akut

Asam traneksamat, merupakan obat yang berfungsi sebagai anti-fibrinolitik yang artinya bekerja pada proses pembekuan darah sehingga mempercepat perdarahan berhenti. Sifat anti-fibrinolitik dari obat ini bekerja dengan menghambat proses fibrinolisis, yaitu mencegah aktivasi plasminogen menjadi plasmin yang dapat menghancurkan fibrin dan faktor pembekuan lain. Selain itu berkurangnya jumlah plasmin yang beredar akan mengurangi aktivasi sel inflamasi dan protein, termasuk monosit, neutrofil, platelet, komplemen, dan sitokin sehingga obat ini mempunyai efek anti-inflamasi. Aktivasi plasminogen menjadi plasmin oleh sinar ultraviolet juga dapat dihambat, oleh karena itu asam traneksamat dapat mengurangi hiperpigmentasi. Di praktik sehari-hari obat ini  digunakan secara luas dalam terapi dan pencegahan kehilangan darah lebih lanjut pada kasus menoragi dan pada masa perioperatif. Namun efektivitas dari asam traneksamat dalam menutunkan mortalitas dan komplikasi pada tatalaksana perdarahan serebral masih kontroversial. Perdarahan intrakranial spontan maupun traumatik adalah penyebab tersering dari kematian dan disabilitas pada kasus neurologis. Perdarahan intraserebral spontan (nontraumatik) penyebab 20% dari seluruh kasus stroke, dan penyumbang hampir 50% dari kematian akibat stroke di dunia.Terapi untuk menurunkan tekanan darah merupakan usaha satu-satunya yang diketahui dapat meningkatkan prognosis dari fungsional pasien.  Pada perdarahan intraserebral akut, dapat terjadi ekspansi hematoma (hematoma expansion) yaitu penambahan volume perdarahan lebih dari 33% dalam 24 jam pertama. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya cedera kepala primer dan sekunder. Ekspansi hematoma terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang berada di dekat perdarahan dari pembuluh darah yang pertama kali pecah. Ekspansi hematoma sebagai komplikasi dari perdarahan intraserebral akut menambah risiko mortalitas dan morbiditas dimana angka mortalitas naik 5% setiap 10% dari kenaikan volume perdarahan intraserebral dan dapat meningkatkan risiko sekuele neurologis. Ukuran dan ekspansi dari hematoma dapat memprediksi bagaimana prognosis ke depannya. Walaupun Tindakan pembedahan dini dapat mengeluarkan hematoma dan memperbaiki trauma otak sekunder, pemberian farmakologi juga merupakan tindakan efektif untuk mencegah ekspansi hematoma dan perdarahan berulang pada otak. Beberapa penliti mengatakan penurunan tekanan darah dini juga dapat meningkatkan prognosis, namun hal ini belum di buktikan secara klinis. Asam traneksamat sebagai pengobatan antifibrinolitik secara luas digunakan untuk pengobatan dan pencegahan kehilangan darah lebih lanjut di kasus-kasus perdarahan. Namun penggunaannya pada kasus perdarahan intraserebral masih kontroversial di kalangan klinisi. Baru-baru ini, penelitian randomized placebo-controlled trial TICH-2 (The tranexamic acid for intracerebral Haemorrhage-2 dengan menggunakan sampel 2326 partisipan yang berasal dari 12 negara menganalisis efek dari asam traneksamat pada kasus perdarahan intrakranial spontan dimana secara statistic menunjukkan hasil spesifik penggunaan asam traneksamat selama 90 hari dengan adanya penceghan terjadinya kematian dini, namun tidak memperbaiki prognosis derajat fungsional dan mortalitas dari pasien. Sebuah meta-analisis dilakukan oleh wenyu hu et all (2019) yang mengumpulkan 14 studi mengenai penggunaan asam traneksamat pada kasus perdarahan intraserebral. Empat studi menyimpulkan tidak ditemukannya perbaikan mortalitas pada pasien, dan 6 studi tidak menemukan adanya perbedaan dari perbaikan derajat fungsional pasien yang diberikan asam traneksamat dan yang tidak diberikan asam traneksamat pada perdarahan intraserebral akut. Namun, dari 11 studi secara spesifik menunjukkan hasil bahwa penggunaan asam traneksamat dapat menurunkan kasus perdarahan berulang dan ekspansi hematomal pada perdarahan serebral tanpa meningkatkan kejadian efek samping iskemik. Dari hasil penelitian yang ada, didapatkan masalah utama yaitu, rasio risiko dan manfaaat pemberian dari obat ini, oleh karena itu penelitian acak terkontrol dengan menggunakan sampel yang lebih besar dibutuhkan untuk mengetahui waktu pemberian terbaik dari obat ini pada perdarahan serebral. Data terbaru dari penelitian oleh spot sign and tranexamic acid on preventing ICH Growth-Australasia Trial (STOP-AUST) mendapatkan bahwa penggunaan agen antifibrinolitik seperti asam traneksamat efektif dalam menurunkan perdarahan intraserebral pada kasus stroke jika diberikan 2-3 jam dari onset kejadian, sedangkan penggunaan asam traneksamat yang diberikan pada kasus perdarahan intraserebral dengan onset 4.5 jam pada penelitian, tidak menunjukkan adanya perubahan signifikan dari perdarahan dibandingkan dengan kelompok placebo. Penelitian lebih lanjut sedang dikembangkan dimana fokus pemberian asam traneksamat lebih cepat yaitu dalam waktu 2 jam dari onset perdarahan. Menurut  Nawaf Yassi yang merupakan konsultan neurovaskular rumah sakit royal melbourne, waktu ini dianggap sebagai waktu yang paling baik untuk pemberian asam traneksamat yang didukung oleh penelitian oleh Saini V (2020) dimana didapatkan downtrend secara signifikan dari segi perluasan hematoma pada pasien perdarahan intraserebral yang diberikan asam traneksamat dalam waktu < 2 jam dari onset. Pada evaluasi penggunaan obat pada pasien stroke di RSUP Prof DR. R.D. Kandou Manado di selama periode 1 juli – 31 desember 2013, dari 127 kasus yang ditelusuri, penggunaan asam traneksamat pada stroke perdarahan ditemukan hanya 16 kasus, walaupun penggunaanya dalam standar pelayanan medis neurologi masih menimbulkan kontroversi.  Terapi antifibrinolitik kemungkinan di indikasikan untuk mencegah perdarahan ulang aneurisma pada keadaan-keadaan tertentu. Namun pada beberapa studi, terapi asam traneksamat dikaitkan dengan tingginya angka kejadian iskemik serebral, sehingga mungkin tidak memungkinkan pada hasil akhir secara keseluruhan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Sprigg, et al (2014), dimana 1 dari pasien mengalami tromboemboli vena (Venous thromboembolic disease/VTE) yang menggunakan asam traneksamat pada perdarahan intraserebral. Sejauh ini penggunaan asam traneksamat pada kasus perdarahan intraserebral akut masih belum direkomendasikan akibat belum cukup penelitian yang membuktikan efektivitas dan rasional keuntungan dibandingkan dengan risikonya (risk and benefit) terutama terhadap kejaidan iskemik baru. Kecuali pada perdarahan intrasebreal akut yang jelas akibat dari pemberian rTPA (recombinant tissue plasminogen activator) dimana asam traneksamat dapat dipertimbangkan.  
Referensi :
  • https://www.neurologylive.com/view/early-administration-of-tranexamic-acid-may-reduce-intracerebral-hemorrhage-in-stroke
  • Hu W, Xin Ya, Chen X. Tranexamic Acid In Cerebral Hemorrhage : A Meta-Analysis and Systematic Review. CNS drugs. 2019
  • Saini V. The Spot Sign and Tranexamic Acid On Preventing ICH Growth - AUStralasia Trial: A Multicenter, Randomized, Double-blind, Placebo-controlled Trial. ISC website. Published February 21, 2020
  • Brouwers HB, Greenberg SM. Hematoma expansion following acute intracerebral hemorrhage. Cerebrovasc Dis, 2013
  • Sprigg N, Renton CJ, Dineen RA, et al. Tranexamic acid for spontaneous intracerebral hemorrhage: a randomized controlled pilot trial. J Stroke Cerebrovasc Dis, 2014
  • Nangoy E, Gan S, Pertiwi JM. Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Stroke yang Dirawat di RSUP PROF. DR.R.D. Kandou Menado. Jurnal sinaps vol 1. 2018
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaMelihat Efek Samping Kardiovaskular Terhadap Pasien Dengan Terapi Hemodialisis

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar