sejawat indonesia

Protein Pada ASI untuk Lawan Resistensi Antibiotik

Ilmuwan telah lama mengetahui manfaat ASI (Air Susu Ibu) bagi kesehatan bayi dan anak. Anak-anak yang diberikan ASI eksklusif sejak lahir memiliki perlindungan tambahan terhadap penyakit di masa-masa awal pertumbuhannya. Protein yang terkandung dalam ASI yang disebut Lactoferrin ini secara efektif dapat membunuh bakteri, jamur dan bahkan virus. Walaupun dokter belum bisa meresepkan Lactoferrin karena masih diperlukannya banyak penelitian lanjutan dan tes keselamatan, peneliti meyakini bahwa protein ini tidak berbahaya dan terbukti ampuh untuk mengalahkan Superbug (bakteri yang kebal dari berbagai antibiotik).  Tidak hanya itu, diharapkan Lactoferrin pun berperan penting dalam peering melawan penyakit-penyakit lain yang hingga saat ini belum dapat disembuhkan. Tim laboratorium di University College London telah mengidentifikasi fragmen yang sangat kecil –dengan panjang kurang dari 1 nanometer– yang befungsi memberikan sifat anti-mikroba pada protein. Fragmen ini kemudian dirancang ulang menjadi sebuah kapsul seperti virus yang dapat mengenali dan menyasar bakteri tertentu lalu menghancurkannya secara langsung, tanpa mengganggu sel-sel lain di sekitarnya. Kapsul ini bertindak sebagai sebuah proyektil yang memisahkan membran dengan kecepatan peluru serta efisien. Tim peneliti Hasan Alkaseem menyimpulkan bahwa penemuan ini dapat membantu perlawanan terhadap resistensi antibibiotik dengan menjadi "kendaraan pengantar" obat. Kapsul ini bahkan dapat membuka jalan untuk menyembuhkan penyakit yang tidak dapat diobati seperti penyakit Sickle-Cell, Cyctic Fibrosis, dan Duchenne Muscular Dystrophy.
antimicrobial-viruses The chemical structure of the nanoscale building block (left) and its assembly into a virus-like capsule (right, topographic AFM image)
Colin Garner, professor dari Departemen Farmasi di University of York dan juga kepala Antibiotic Research di Inggris menyatakan bahwa situasinya sudah terlalu genting untuk menunggu konsensus internasional lagi. "Tenggat waktu telah menipis dan masalahnya akan menjadi terlalu besar untuk dapat dihindari". WHO pun sejak tahun lalu telah barkali-kali menyatakan masalah ini sebagai krisis kesehatan global. Selain dengan menemukan pengobatan melalui penelitian dan studi secara aktif, sosialisasi tentang penggunaan antibiotik yang benar menjadi solusi yang efektif. Perlu diketahui bahwa salah satu dari penyebab penyebaran resistensi antibiotik adalah kebingungan orang-orang dalam penggunaannya. Jika masalah ini tidak ditangani, WHO berpendapat bahwa infeksi umum dan penyakit yang sekarang dapat disembuhkan seperti Tuberkulosis dan Gonorea akan kembali menjadi penyakit mematikan lagi suatu saat nanti.
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaKonsumsi Carnitine Sebelum Kehamilan Mengurangi Risiko Autis Pada Anak

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar