sejawat indonesia

Rincian Situasi Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia

Subvarian baru Omicron yakni BA.4 dan BA.5 sudah terdeteksi di Indonesia. Ini diumumkan oleh Kementerian Kesehatan dalam sesi jumpa pers pada Jumat 10 Juni 2022 lalu. Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH menjelaskan bahwa ada 4 kasus subvarian Omicron yang didapati pada Jumat 6 Juni 2022 silam. Semuanya adalah orang-orang yang baru saja menghadiri event berskala internasional di Bali.

Rinciannya, 1 WNI positif BA.4 dengan kondisi tanpa gejala dan sudah jalani vaksinasi dua kali. Sisanya adalah pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) yang terinfeksi subvarian BA.5. Semuanya merupakan panitia dan delegasi pertemuan the Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) yang berlangsung di Pulau Dewata, 23-25 Mei silam.

Dari tiga orang WNA yang tertular Omicron subvarian BA.5, dua orang tanpa gejala dan satu orang menunjukkan gejala ringan yakni sakit tenggorokan dan badan pegal. Mereka rata-rata sudah menerima vaksin dosis ketiga, yang menderita gelaja ringan bahkan telah divaksin untuk kali keempat.

Dalam data milik GISAID (Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data) pekan lalu, kedua subvarian tersebut sudah menyebar secara luas di lebih dari 60 negara. Angka sekuens BA.4 sudah mencapai 6.903 dan tersebar di 58 negara, dengan laporan terbanyak berasal dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Britania Raya, Denmark dan Israel. Adapun BA.5 lebih banyak lagi, mencapai 8.687 sekuens di 63 negara, dengan laporan terbanyak dari Amerika Serikat, Portugal, Jerman, Britania Raya dan Afrika Selatan.

Dari sisi transmisibilitas, dr. Syahril menyebut subvarian BA.4 dan BA.5 memiliki kemungkinan menyebar luas dalam waktu singkat. Bahkan lebih cepat ketimbang subvarian BA.1 dan BA.2 yang "menggila" di Indonesia pada Februari-Maret 2022 lalu. Selain itu, GISAID pada Januari 2022 menyebut bahwa sebanyak 98,8% dari sekuens Omicron yang diserahkan dan mereka teliti adalah BA.1 atau varian yang asli.

"Tapi tidak ada indikasi bahwa subvarian ini akan menyebabkan kesakitan yang lebih parah ketimbang subvarian Omicron lainnya. Transmisinya memang lebih cepat, tapi gejala yang dialami penderitanya tak separah yang sebelumnya," kata dr. Syahril.

"Walaupun nanti ada kenaikan kasus, tapi gejalanya ringan dibandingkan Delta dan bahkan tidak ada gejala. Semua bisa diatasi dengan isolasi mandiri," sambungnya.

Namun, ia menegaskan bahwa harus diwaspadai adalah immune escape, atau imunitas seseorang memiliki kemungkinan lolos dari perlindungan kekebalan yang sudah dibangun oleh vaksinasi atau kekebalan alami yang didapatkan.

Sebabkan COVID-19 Menggila (Lagi) di Tiga Negara

GISAID menjabarkan bahwa subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 menyumbang lonjakan kasus di Afrika Selatan, Portugal dan Chili. Afrika Selatan mengalaminya lebih dulu, dengan jumlah kasus harian mulai menanjak sejak 20 April lalu, sebelum akhirnya melandai sejak awal Juni. Puncaknya terjadi pada 11 Mei, dengan angka mencapai 10.017 jiwa per hari (rata-rata per pekan 7.685 kasus). Kini, data tanggal 11 Juni menyebut rata-rata kasusnya per pekan sudah turun ke 1.507.

Untuk dua negara lain, peningkatan kasus ini baru terjadi pada akhir bulan Mei lalu. Di Portugal, total infeksi subvarian BA.5 mencapai 311.076 selama dua pekan terakhir kendati sudah menunjukkan tanda melandai. Sedangkan kasus harian di Chili, tetap dengan subvarian yang sama, masih menanjak. Data pada Sabtu 11 Juni lalu menyebut ada 12.061 kasus baru di Negeri Andes. Kasus totalnya selama dua pekan terakhir mencapai angka 124.385.


Prakiraan untuk Infeksi Subvarian Baru di Indonesia

Bagaimana dengan di Indonesia? Masih dalam sesi press conference yang sama, dr. Syahril menyebut jumlah kasus harian tanah air akibat COVID-19 varian Omicron subvarian BA.4 dan BA.5 sudah menunjukkan peningkatan sejak awal Juni. Tapi, ia meminta masyarakat tak panik atas beberapa alasan.

"Angka standar positivity rate di Indonesia masih rendah, yaitu 1,15 persen. Padahal standar di WHO adalah 5 persen, meski angka kasus saat ini (per 9 Juni 2022) adalah 556. Artinya apa, keadaan pandemik kita masih terkendali," ujarnya.

Selain itu, transmisi komunitas bahkan masih rendah, yaitu 1,03 per 100 ribu penduduk per minggu. Angka rawat inap di Rumah Sakit tetap berada di level 0,11 per 100 ribu penduduk per minggu. Kemudian angka 0,01 tertera dalam jumlah kematian per 100 ribu penduduk per minggu.

Menengok data yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), memang terjadi peningkatan kasus selama satu pekan terakhir. Dari 6 hingga 12 Juni lalu, total angka kasus nasional bertambah hingga 3.688, atau dengan rata-rata per hari 527. Berbeda dengan pekan sebelumnya (30 Mei - 5 Juni) dengan total 3.285 atau rata-rata per hari yakni 341.

Kendati demikian, angka mortalitas sedikit menurun. Jika pada periode 30 Mei - 5 Juni lalu dilaporkan total 41 kematian (rata-rata 5,85 per hari), pekan lalu (6-12 Juni) angkanya mencapai 28 jiwa (rata-rata 4 per hari).

Di sisi lain, Tenaga Ahli Menteri Kesehatan yakni Andani Eka Putra dalam diskusi daring pada Minggu 12 Juni kemarin, meragukan subvarian virus BA.4 dan BA.5 jadi biang kerok meningkatnya kasus COVID-19 dalam beberapa hari terakhir. Alasannya, subvarian dari virus Omicron yang baru ditemukan punya pola genetik hampir sama dengan BA.

Lonjakan kasus baru terjadi jika didapatkan varian yang bersifat infeksius, seperti Delta dan Omicron asli. Andani mendasarkan temuan ini pada hasil pemeriksaan sampel kasus di Jakarta pada 15 Mei hingga 2 Juni.

"Data awal yang kita temukan dari whole genome sequencing (WGS), dari 52 kasus yang kami periksa, ternyata tidak ada hubungan peningkatan kasus dengan temuan subvarian BA.4 dan BA.5. Yang terjadi, justru BA.2 ('Son of Omicron') yang masih dominan," ujarnya.

Namun, Andani menggaris bawahi WGS tetap diperlukan untuk melacak subvarian BA.4 dan BA.5 di wilayah-wilayah yang mengalami peningkatan kasus seperti DKI Jakarta, Jawa Barat serta Banten.


Sumber :
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaPilihan Penanganan Acne Vulgaris (Jerawat) dan Melasma

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar