Pilihan Penanganan Acne Vulgaris (Jerawat) dan Melasma
Acne vulgaris (jerawat) adalah penyakit kulit kronis akibat adanya gangguan unit pilosebaceous yang dapat menimbulkan lesi inflamasi maupun noninflamasi dengan bekas luka yang variatif.
Hampir 80% dari kasus acne berhubungan dengan keadaan genetik (80%). Acne terjadi lebih cepat dan lebih parah pada individu dengan riwayat keluarga acne. Acne Vulgaris memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas hidup pasien, seperti memengaruhi kepercayaan diri dan psikososial.
Pengaruh makanan dapat menjadi faktor pencetus timbulnya acne. Seringnya konsumsi karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi berulang kali membuat hiperinsulinemia akut. Hiperinsulinemia terlibat dalam patofisiologi acne karena meningkatkan bioavailabilitas androgen dan konsentrasi bebas dari insulin (IGF-I).
Sementara makanan seperti gorengan yang mengandung lemak tinggi akan meningkatkan resistensi insulin. Smith pada penelitiannya mengenai konsumsi makanan rendah glikemik dapat menurunkan lesi yang inflamasi (Smith et al., 2007).
Faktor lain yang memengaruhi acne di antaranya: tidak menjaga kebersihan kulit wajah, penggunaan kosmetik yang tidak sesuai dan sering berganti-ganti, serta gangguan stres.
Dalam penanganan Acne Vulgaris, penggunaan terapi topikal termasuk Benzoil Peroksida (BP), asam salisilat, salep antibiotik dan BP, retinoid, retinoid dengan BP, retinoid dengan salep antibiotik, asam azaleat, dan agen sulfur umum digunakan (tabel 1).
BP (benzoil peroksida) merupakan agen antibakteri yang berfungsi melepaskan oksigen radikal bebas dan bersifat komedolitik ringan. Resisten terhadap pemberian topikal ini belum pernah dilaporkan dan kombinasi BP dengan terapi antibiotik dapat meningkatkan efektivitas terapi.
BP tersedia dalam konsentrasi 2.5%-10% dalam bentuk pencuci muka, foam, cream, dan gel. Penggunaan antibiotik topikal untuk acne yaitu dengan mekanisme anti-inflamasi dan antibakteri. Agen ini cocok dikombinasikan dengan BP, yang meningkatkan efektivitas dan menurunkan kemungkinan resistensi bakteri.
Monoterapi dengan antibiotik topikal tidak direkomendasikan karena dapat memicu terjadinya resistensi antibiotik. Solusio atau gel Klindamisin 1% merupakan jenis antibiotik yang lebih dipilih dalam terapi.
Retinoid topikal merupakan derivat vitamin A, yang sering dipakai dalam penatalaksanaan akne yaitu tretinoin (0.025-1% dalam bentuk cream, atau gel), adapalene ( cream 0.1%,0.3% dan lotion 0.1%), dan tazarotene (0.05%, 0.1% dalam bentuk cream, gel, atau foam). Retinoid merupakan inti dari terapi topikal akne karena sifat komedolitik dan anti-inflamasi yang mengatasi lesi prekusor mikrokomedo.
Asam salisilat merupakan agen komedolitik yang tersedia dalam sediaan 0.5%-2% untuk terapi akne. Namun penelitian klinis yang memperlihatkan efektivitas tinggi penggunaan asam salisilat ini masih terbatas.
Penggunaan antibiotik sistemik telah menjadi dasar terapi akne selama bertahun-tahun. Ab sistemik telah menjadi standar terapi terutama pada kasus akne sedang-berat dengan dikombinasikan bersama retinoid topikal dan BP.
Baca Juga:
Beberapa studi menemukan antibiotik yang efektif untuk digunakan yaitu tetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, trimetoprim/sulfametoksazole (TMP/SMX), eritromisin, azithromisin, amoksisilin, dan sefaleksin.
Tetrasiklin merupakan antibiotik pilihan pertama pada kasus akne sedang-berat, kecuali jika terdapat kontraindikasi (kehamilan, di bawah 8 tahun, atau alergi). Tetrasiklin bekerja dengan cara menghambat sintesis protein dengan berikatan dengan subunit 30S pada ribosom bakteri. Obat ini juga memiliki efek anti-inflamasi dengan menghambat kemotaksis dan aktivitas metalloproteinase.
Selanjutnya, Isotretinoin oral yang telah lama digunakan di Amerika Serikat selama 30 tahun untuk tatalaksana acne berat. Penggunaan obat ini telah banyak memberikan hasil positif melalui penurunan produksi sebum sehingga mengatasi luka jerawat, dan bekas jerawat serta menurunkan insiden cemas dan depresi.
Isotretinoin juga bermanfaat pada kasus acne moderat yang resisten terhadap antibiotik oral dan pada kasus acne relaps.
Tabel: Algoritma tatalaksana acne vulgaris pada remaja dan dewasa. Tanda ** menandakan obat dapat diresepkan kombinasi atau hanya sebagai monoterapi.
- Zaenglein AL, Pathy AL, Schlosser BJ, et al.; Guidelines of care for the management of acne vulgaris. J Am Acad Dermatol. 2016.
- Fabbrocini G, Annunziata MC, Arco VD, et al. Acne Scars: Pathogenesis, Classification and Treatment. Hindawi Publishing. 2010.
- Fitriana SA, Oktavian PY, Afrida DI. Gaya Hidup dan Cara Mengatasi Acne. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 2018.
- Salim F. Penatalaksanaan Terkini pada Melasma. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Universitas Syiahkuala. 2017.
Log in untuk komentar