sejawat indonesia

Sains Tidak Menyarankan Tidur dalam Keadaan Marah

Mengingat perasaan yang dirasakan saat sedang mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan, seperti saat sedih atau marah, dapat membuat seseorang merasa stres dan tertekan. Sangatlah penting bagi manusia untuk dapat mengontrol kemampuan untuk menekan memori emosional yang tidak menyenangkan. Sekumpulan peneliti dari Beijing Normal University, Cina, meneliti mengenai konsolidasi dari proses penekanan memori emosional negatif sebelum dan setelah tidur di malam hari. Ketika sebuah memori baru terbentuk, memori masih labil dan gampang berganti. Melalui konsolidasi di neocortex, memori akan menjadi lebih kuat. Konsolidasi memori melibatkan reorganisasi baik di tingkat sinaps maupun sistem. Konsolidasi sinaps dianggap selesai dalam beberapa jam setelah belajar, dan melibatkan stabilisasi dari konektivitas sinaptik di sirkuit lokal. Sebaliknya, konsolidasi sistem adalah proses yang lebih lama dan melibatkan reorganisasi bertahap dari regio otak yang menyokong memori jangka panjang. Jangka waktu dari konsolidasi memori dapat memakan waktu sampai beberapa tahun1. Khususnya, studi neuroimaging manusia baru-baru ini menunjukkan bahwa konsolidasi dapat menyebabkan perubahan terukur selama periode 24 jam1,2. Temuan tersebut konsisten dengan gagasan bahwa konsolidasi sistem tergantung pada setidaknya sebagian dari tidur malam. Dengan demikian, memori yang disusul dengan tidur malam mungkin mengalami perubahan penting dalam organisasi fungsional antara hipokampus dan regio neocortical yang terdistribusi. Akibatnya, mekanisme berbeda mungkin terlibat dalam penekanan konsolidasi memori yang diikuti dengan tidur di malam hari1. Untuk memecahkan masalah tersebut, para peneliti kemudian menganalisa 73 partisipan yang terdiri dari mahasiswa berjenis kelamin pria untuk melakukan beberapa tugas yang berhubungan dengan penekanan memori. Partisipan kemudian diminta untuk mengingat dua kumpulan hubungan antara wajah dan pemandangan yang tidak menyenangkan dan kemudian diperintahkan untuk melupakan hubungan negatif tersebut. Proses ini dilakukan dalam dua hari berturut-turut, 24 jam dan 30 menit sebelum pemeriksaan dengan fMRI. Setengah dari ingatan dipelajari 30 menit sebelum fMRI, dan setengahnya lagi dipelajari dalam waktu 24 jam diikuti dengan tidur di malam hari, sebelum fMRI kedua. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa memori yang tidak menyenangkan setelah tidur malam menjadi lebih sulit untuk ditekan, dibandingkan dengan memori yang dipelajari hanya 30 menit sebelum fMRI, yang tidak dilalui oleh proses konsolidasi pada waktu tidur di malam hari. Para peneliti mengaitkan hasil ini ke dalam praktek klinik, di mana konsolidasi memori yang terganggu terimplikasi pada model kognitif dalam gangguan stres pasca trauma atau PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) di mana tidur dipercaya berperan penting dalam hal ini. Peneliti melaporkan dalam jurnalnya bahwa konsolidasi semalam dari tidur di malam hari membaurkan memori yang tidak menyenangkan ke representasi neokortikal yang lebih terdistribusi, dan membuat memori itu lebih resisten terhadap penekanan melalui jalur inhibisi prefrontal-hippocampal. Studi ini menekankan pentingnya konsolidasi memori dalam memahami resistensi terhadap penekanan memori emosional, yang merupakan sebuah ciri khas dari gangguan afektif. Jurnal ini dapat Anda akses di sini. Referensi:
  1. Liu, Y. et al. Memory consolidation reconfigures neural pathways involved in the suppression of emotional memories. Nat. Commun. 7, 13375 doi: 10.1038/ncomms13375 (2016)
  2. Takashima, A. et al. "Shift From Hippocampal To Neocortical Centered Retrieval Network With Consolidation". N.p., 2016. Web. 9 Dec. 2016.
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaSistem Imun Alamiah yang Diinduksi oleh Vaksin BCG

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar