Virus Nipah: Dari Epidemiologi hingga Manifestasi Klinis
Penyakit virus nipah kini menjadi salah satu jenis penyakit infeksi emerging yang mendapatkan perhatian, terutama untuk negara-negara di wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan. WHO mencatat lebih dari 600 kasus infeksi virus Nipah pada manusia dilaporkan antara tahun 1998 dan 2015. WHO juga telah memasukkan virus Nipah sebagai salah satu dari beberapa penyakit yang berpotensi menyebabkan epidemi global.
Perkiraan tingkat kematian (Case Fatality Rate/CFR) akibat virus ini berkisar antara 40% hingga 75%.
Epidemiologi
Pada awalnya, agen penyebab diduga virus Japanese Encephalitis sehingga dilakukan tindakan imunisasi dan pengendalian nyamuk untuk mengatasi KLB tersebut. Meskipun dilakukan pengendalian, kasus baru terus meningkat dan semakin banyak babi yang mati. Pada Maret 1999, peneliti berhasil mengkonfirmasi virus penyebabnya merupakan virus Nipah. Kontak dengan babi terinfeksi menjadi sumber utama penularan ke manusia.
Pada Mei 1999 KLB berhasil dikendalikan. Total kasus yang dilaporkan sebanyak 265 kasus dan 105 kematian dengan angka kematian 39,6%. Selama KLB, Malaysia memusnahkan lebih dari 1 juta ekor babi. Pada akhir Februari 1999 penyakit virus Nipah telah menyebar ke Singapura yang berasal dari impor babi terinfeksi dari Malaysia dimana menyebabkan 11 pekerja rumah potong tertular dengan satu kasus kematian.
KLB di Singapura berhenti melalui pemusnahan babi, penutupan rumah potong dan pelarangan impor babi dari Malaysia. Di Bangladesh dilaporkan kasus penyakit virus Nipah pertama pada tahun 2001 di distrik Meherpur. Sejak itu, kasus sporadis ensefalitis virus Nipah dilaporkan hampir setiap tahun di sebagian besar dari wilayah barat dan barat laut Bangladesh.
Pada tahun 2019, dilaporkan satu pasien terkonfirmasi di Kerala. Pemerintah setempat berhasil melakukan penanggulangan dengan segera malakukan isolasi di fasilitas khusus dan sekitar 300 kontak erat dilakukan karantina dan pemantauan. Pada bulan September 2021 telah dilaporkan kembali adanya KLB kelima di India yaitu di wilayah Kerala.
Selama tahun 2014 di Filipina (Pulau Mindanao) telah dilaporkan dugaan kasus penyakit virus Nipah pada manusia dan kuda. Manifestasi klinis, bukti epidemiologis, dan hasil serologis menunjukkan bahwa virus tergolong Henipavirus. Kemungkinan besar disebabkan oleh virus Nipah atau secara genetik terkait virus Nipah. Total kasus yang dilaporkan sebanyak 17 kasus konfirmasi dengan 9 kematian (CFR 53%).
KLB penyakit virus Nipah di Asia Selatan memiliki pola musiman dan jangkauan geografis yang terbatas. Semua KLB terjadi selama bulan-bulan musim dingin dan musim semi (Desember–Mei). Hal ini dapat dikaitkan dengan beberapa faktor seperti musim kawin kelelawar, peningkatan pelepasan virus oleh kelelawar dan musim panen nira kurma. Penelitian (Nikolay et al, 2019) menyebutkan bahwa terdapat faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan dari manusia ke manusia seperti jenis kelamin dan usia. Pasien laki-laki terinfeksi delapan kali lebih banyak dibanding wanita. Hampir semua penularan terjadi pada pasien usia >45 tahun.
Etiologi
Penyakit virus Nipah disebabkan oleh virus Nipah yang tergolong dalam genus Henipavirus dan famili Paramyxoviridae. Awalnya virus ini ditemukan di Desa Sungai Nipah di Malaysia sehingga dikenal sebagai virus Nipah.
Nipah virus (NiV) merupakan virus ribonucleic acid (RNA). NiV memiliki amplop dengan nukleokapsid berfilamen, genom terdiri dari RNA sense negatif beruntai tunggal sekitar 18,2 kb. Genom mengkodekan enam protein struktural utama yaitu nukleokapsid (N), fosfoprotein (P), protein matrix (M), protein fusi (F), glikoprotein (G), dan RNA polimerase (L). NiV mempunyai kemiripan dengan virus Hendra sehingga virus ini pada tahap awal disebut sebagai Hendra-like virus, dan juga disebut sebagai equine morbillivirus.
Struktur Virus Nipah (Pillai VS, Krishna G, Veettil MV. 2020).
Reservoir
Reservoir alami untuk virus Nipah ialah kelelawar buah dari genus Pteropus (flying foxes). Kelelawar buah tersebut tersebar di daerah tropis dan subtropis Asia dan benua Australia, dan terbukti terkait dengan KLB Nipah yang dilaporkan di berbagai negara.
Sebagai reservoir alami, kelelawar ini tidak menunjukkan gejala namun virus ditemukan pada saliva, urin, semen dan feses. Studi serologis menunjukkan bukti infeksi virus Nipah pada beberapa spesies kelelawar, termasuk kelelawar pemakan buah dan pemakan serangga.
Beberapa kelelawar yang telah dilaporkan adalah Pteropus giganteus (India), dan Pteropus lylei (Thailand dan Kamboja), Pteropus hypomelanus (Malaysia dan Thailand), Pteropus vampyrus (Malaysia dan Indonesia), Hipposideros larvatus (Thailand), spesies Taphozous (Thailand) dan Rousettus amplexicaudatus (Timor Timur). Namun, isolasi virus dan deteksi molekuler biasanya hanya berhasil pada spesies Pteropus.
Terdapat bukti kuat bahwa infeksi virus terkait kelelawar yang dapat menular ke manusia dan hewan telah dikaitkan dengan hilangnya habitat alami kelelawar. Ketika habitat dihancurkan oleh aktivitas manusia, kelelawar menjadi stres dan lapar, sistem kekebalan tubuh mereka semakin lemah, viral load mereka naik dan banyak virus yang keluar dalam urin dan air liur.
Patogenesis Berdasarkan gambar di atas, dijelaskan sebagai berikut:
1 & 2). Pada tahap awal penyakit pada manusia, NiV dapat dideteksi pada sel epitel bronkiolus. Hal ini ditemukan juga pada model hewan percobaan, antigen virus dapat dideteksi di bronkus dan alveoli dengan target utama adalah epitel bronkus dan pneumosit tipe II.
3). Infeksi epitel saluran pernapasan dapat menyebabkan induksi sitokin inflamasi yang dapat berkembang ke acute respiratory distress syndrome (ARDS). Mediator inflamasi seperti interleukin (IL) -1a, IL-6, IL-8; granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF), CX-C motif chemokine (CXCL10) dapat diinduksi infeksi epitel saluran pernapasan (yang lebih kecil).
4). Pada tahap lanjut penyakit, virus dari epitel pernapasan akan menyebar ke sel endotel paru-paru.
5). Selanjutnya, virus dapat masuk ke aliran darah diikuti dengan penyebaran, baik secara bebas atau dalam bentuk terikat leukosit.
6). Selain paru-paru, organ limpa, ginjal dan otak dapat menjadi organ target yang menyebabkan kegagalan multiorgan.
7). Terdapat dua jalur masuknya virus ke dalam Sistem Saraf Pusat (SSP), yaitu melalui jalur hematogen (melalui pleksus koroid atau pembuluh darah otak besar) dan/atau secara anterograd melalui saraf penciuman.
8). Sawar darah otak atau Blood- Brain Barrier (BBB) akan terganggu dan IL-1b bersama tumor necrosis factor (TNF)-a diekspresikan adanya infeksi SSP yang pada akhirnya mengarah pada perkembangan tanda-tanda neurologis. Mungkin terdapat badan inklusi pada kasus infeksi SSP pada manusia. Pada plak otak di materi abu-abu (grey matter) dan putih (white matter) mungkin terlihat jelas bersama dengan nekrosis.
Pada hewan infeksi, virus dapat masuk ke SSP melalui saraf epitel olfaktorius. Pada studi lain menunjukkan bahwa neuron penciuman manusia sangat rentan terhadap infeksi Henipavirus. Namun demikian, saat ini tidak diketahui apakah jalur penularan virus yang terlihat pada model hewan relevan dengan infeksi manusia, karena permukaan epitel olfaktorius relatif besar pada spesies ini dibandingkan dengan manusia.
Gambaran Klinis
Masa inkubasi penyakit virus Nipah berkisar antara 4-14 hari, namun pernah dilaporkan bisa mencapai 45 hari. Secara umum angka kematian kasus (CFR) diperkirakan 40–75%. Namun CFR ini bervariasi antar KLB dan dapat mencapai 100%.
Gejala infeksi penyakit virus Nipah bervariasi mulai dari tanpa gejala, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ringan hingga berat serta ensefalitis yang fatal. Sangat dimungkinkan sejumlah besar infeksi tetap tanpa gejala tetapi prevalensi belum diketahui. Orang yang terinfeksi awalnya menunjukkan gejala seperti demam, flu, sakit kepala, mialgia (nyeri otot), muntah dan sakit tenggorokan. Gejala lanjutan dapat berupa pusing, mengantuk, gangguan kesadaran, dan tanda-tanda neurologis yang menunjukkan ensefalitis akut. Pada beberapa orang juga dapat mengalami pneumonia atopik dan gangguan pernapasan berat. Pada kasus yang berat, dapat terjadi ensefalitis dan kejang yang dapat berlanjut menjadi koma dalam 24- 48 jam hingga kematian.
Penelitian yang dilakukan oleh Goh (2002) telah mengungkapkan mengenai gambaran klinis pada studi kohort pada 94 pasien dengan ensefalitis penyakit virus Nipah yang dirawat selama KLB di Malaysia. Gambaran klinis berupa arefleksia/hiporefleksia dengan hipotonia, pupil pin point dengan reaktivitas variabel, takikardia, hipertensi, dan refleks doll’s eye abnormal lebih sering tampak pada pasien dengan penurunan kesadaran. Mioklonus segmental ditandai fokal refleks mendadak pada diafragma, otot tungkai, leher dan wajah yang terdapat pada 32% pasien, dan mungkin khas untuk ensefalitis penyakit virus Nipah akut. Gambaran klinis lainnya seperti meningisme, kejang tonik-klonik umum, nistagmus dan tanda serebelar.
Sindrom pernapasan juga ditemukan pada beberapa pasien berupa batuk, pneumonia atipikal, ARDS dan rontgen dada abnormal. Diagnosis banding penyakit virus Nipah meliputi penyakit yang menunjukkan gejala ensefalitis, dan/atau gangguan pernapasan dengan tetap memperhatikan epidemiologi, riwayat perjalanan, dan KLB yang sedang berlangsung. Diagnosis banding antara lain Japanese Ensefalitis (JE), Dengue ensefalitis, Malaria serebral, Scrub typhus, Leptospirosis, Ensefalitis herpes dan Meningitis bacterial. Prognosis yang lebih buruk terjadi pada pasien usia tua, memiliki komorbid, trombositopenia dan peningkatan aminotransferase, keterlibatan batang otak dan kejang.
Referensi:
- Aditi, Shariff M. 2019. Nipah Virus Infection: A review. Epidemiol Infect. 2019; 147: e95. doi: 10.1017/S0950268819000086
- Angeletti S , Lo AP , Cella E , Ciccozzi M. 2016.Molecular epidemiology and phylogeny of Nipah virus infection: A mini review. Asian Pacific Journal of Tropical Medicine; 9(7): 630–634.
- Banerjee S, et al. 2019. Nipah virus disease: A rare and intractable disease.Intractable & Rare Diseases Research. 2019; 8(1):1-8. DOI: 10.5582/irdr.2018.01130.
- Centers for disease control and prevention. 1999. Update: outbreak of Nipah virus-Malaysia and Singapore, 1999. MMWR Morb Mortal Wkly Rep; 48: 335-337.
- Centers for disease control and prevention (CDC). 2020. Nipah Virus (NiV). https://www.cdc.gov/vhf/nipah/index.html
- Ching PK, et al. 2015. Outbreak of Henipavirus Infection, Philippines, 2014. Emerging Infectious Diseases. Vol. 21, No. 2, February 2015 DOI: http://dx.doi.org/10.3201/eid2102.141433
- Chua et al.2000. Nipah Virus: A Recently Emergent Deadly Paramyxovirus. DOI:10.1126/science.288.5470.1432
Log in untuk komentar