sejawat indonesia

Alur Perawatan Infeksi Virus Nipah (NiV)

Hingga kini, keberadaan virus Nipah pada manusia di Indonesia belum banyak diketahui. Namun, kewaspadaan tetap ditingkatkan. Selain menjaga pintu masuk dalam negeri, juga meningkatkan kewaspadaan dini dengan melakukan pemantauan kasus sindrom demam akut yang disertai gejala pernapasan akut atau kejang atau penurunan kesadaran serta memiliki riwayat perjalanan dari daerah terjangkit.

Pandemi Covid-19 cukup memberi pengalaman dalam banyak hal terkait penanganan penyakit zoonotik. Dalam alur penanganan infeksi Virus Nipah nyaris tidak terlalu berbeda dari penanganan penyakit zoonotik lainnya. 

Definisi Operasional Kasus

Kasus Suspek

Seseorang yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Kriteria klinis, apabila terdapat salah satu gejala berikut:

  1. Demam akut (≥380C)/riwayat demam dan gangguan disfungsi otak akut (penurunan kesadaran/kejang/defisit neurologi lain);
  2. Demam akut (≥380C)/riwayat demam dan muntah;
  3. Demam akut (≥380C)/riwayat demam dan gejala pernapasan (seperti batuk, pilek, sesak napas).

DAN

2. Memiliki salah satu kriteria epidemiologi pada 14 hari terakhir:

  1. Pernah berada di wilayah KLB atau yang melaporkan kasus konfirmasi atau probable pada 14 hari terakhir*;
  2. Kontak dengan kasus terkonfirmasi atau probable;
  3. Diketahui adanya faktor risiko transmisi virus Nipah dari hewan ke lingkungan (seperti meminum nira/aren mentah, berburu kelelawar/memanjat pohon dimana kelelawar sering bertengger, keberadaan pasar hewan liar, kontak dengan hewan/sekresi hewan yang terkonfirmasi, atau memiliki risiko transmisi virus Nipah berdasarkan hasil penilaian risiko epidemiologi setempat).

Kasus Probable

Seseorang yang memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:

1. Seseorang yang memiliki kriteria suspek ATAU kontak erat DAN hasil pemeriksaan serologi menunjukkan hasil positif;

2. Seseorang yang memenuhi kriteria suspek yang meninggal dengan kriteria:

  1. tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium
  2. hasil laboratorium belum keluar
  3. hasil laboratorium inkonklusi.

Kasus Konfirmasi

Kasus suspek dan probable dengan hasil konfirmasi laboratorium berdasarkan:

1. Adanya RNA Nipah Virus melalui deteksi molekuler seperti pemeriksaan konvensional PCR atau RT-PCR pada usap pernafasan, urin, atau cairan serebrospinal.

ATAU

2. Kultur positif Nipah Virus dari usap pernapasan, urin dan cairan serebrospinal. Sampai dengan pedoman ini disusun, belum tersedia fasilitas BSL-4 untuk pemeriksaan kultur di Indonesia.

Kontak Erat

Kontak erat didefinisikan sebagai orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus suspek atau probable atau konfirmasi Nipah. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:

1. Dirawat pada ruang perawatan bersama.

2. Sentuhan fisik langsung

3. Kontak dengan jenazah, darah atau cairan tubuh (air liur, urin, muntahan, dll) yang terkontaminasi, dan pakaian/kain.

4. Orang yang memberikan perawatan tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai.

5. berada dalam satu ruangan atau kendaraan dalam radius 1 meter dalam waktu 15 menit.

Dalam rangka surveilans terpadu, perlu dipertimbangkan riwayat kontak dengan hewan terkonfirmasi virus Nipah termasuk terpajan cairan tubuh hewan (misalnya memegang, menyembelih, memotong).

Pemeriksaan atau Metode Diagnostik

Berbagai tes telah dikembangkan untuk menegakkan diagnostik Nipah di laboratorium. ELISA dan RT-PCR adalah metode yang paling dipilih. Diagnosis laboratorium penyakit virus Nipah meliputi isolasi virus, deteksi antigen virus, deteksi asam nukleat/molekular, elektron mikroskop, dan pemeriksaaan respon imun/antibodi. Hingga saat ini belum ada uji diagnostik yang mendeteksi imun respon selular, hanya deteksi respon imun humoral yang banyak didiskusikan.

Virus Nipah dikenal sebagai zoonotic virus dengan kategori risk group 4, karena belum tersedia vaksin dan terapi antivirus untuk virus tersebut. Pemeriksaan yang berhubungan dengan propagasi virus seperti isolasi virus maupun uji netralisasi, perlu laboratorium dengan manajemen biorisiko level tinggi, dengan BSL 4.

Pemeriksaan Molekular

Hingga saat ini, diagnostik molekular menggunakan Reverse transcriptasepolymerase chain reaction (RT-PCR) memegang peranan penting pada pemeriksaan spesimen klinis untuk identifikasi virus Nipah.

RT-PCR konvensional dengan target gen nucleocapsid protein (N) yang dikembangkan oleh US CDC banyak dipergunakan di negara berkembang. Pemeriksaan dengan RT-PCR dapat dipergunakan untuk mendeteksi material genetik dari spesimen klinis maupun jaringan (fixed tissue), swab, urin, cairan serebrospinal, maupun kultur.

Pemeriksaan sekuensing hasil RT-PCR dapat dimanfaatkan untuk konfirmasi jenis virus, varian strain virus Nipah, dan mempelajari filogenetik virus.

Quantitative PCR (qPCR) merupakan jenis PCR lainnya yang dapat dipergunakan untuk deteksi virus Nipah. Metode ini memiliki sensitifitas dan spesifisitas tinggi dan lebih sensitif dibandingkan dengan RT-PCR konvensional.

Pemeriksaan Serologi (Respon imun humoral)

Pemeriksaan serologi dengan deteksi antibodi dapat dipergunakan untuk pemeriksaan antibodi terhadap penyakit virus Nipah pada semua kasus asimptomatis, individu berisiko tinggi juga pada hewan, sebagai bagian dari surveilans dan pengendalian penyakit. Uji serologi dapat dipergunakan untuk diagnosis infeksi virus Nipah baik pada KLB dan non KLB. 

Uji netralisasi sebagai standar uji serologi hanya dapat dilakukan pada laboratorium dengan BSL4. Metode ELISA dipergunakan untuk mendeteksi protein antigen virus atau antibodi terhadap Nipah dengan biaya yang relatif rendah. Metode ini dapat dipergunakan untuk skrining spesimen, dan dapat sebagai alternatif PCR untuk diagnosis cepat dan deteksi virus (Kulkarni 2013).

Metode ELISA yang telah dikembangkan menggunakan protein rekombinan virus Nipah, khususnya protein N, Glikoproten virus Nipah, truncated protein P, namun kegunaannya untuk diagnosis masih perlu dibuktikan karena jumlah serum positif untuk evaluasi yang terbatas.

Metode lain yang sedang dikembangkan adalah Rapid Diagnostik Test kit (single-use lateral flow immunoassay). Kelebihannya teknik ini lebih cepat bila dibandingkan dengan ELISA dan dapat dipergunakan di lokasi wabah tanpa harus membawa spesimen ke laboratorium.

Karena tingkat kematian kasus yang tinggi, dan risiko penularan dari manusia ke manusia, diperlukan tes yang akurat, dengan tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang sangat tinggi. Konsekuensi dari hasil uji negatif palsu atau positif palsu memang sulit untuk dikelola. Laboratorium tampaknya lebih memperhatikan kemungkinan kurangnya spesifisitas pengujian daripada sensitivitas, karena hasil IgM ELISA positif biasanya dilaporkan dikonfirmasi dengan metode lain.


BACA JUGA:

Virus Nipah: Dari Epidemiologi hingga Manifestasi Klinis


Terapi dan Tatalaksana

Kasus suspek, probable, dan konfirmasi harus segera dirujuk ke Rumah Sakit Rujukan dan diisolasi untuk selanjutnya diberikan tatalaksana lebih lanjut. Sampai saat ini belum ada pengobatan yang spesifik untuk penyakit virus Nipah. Pengobatan lebih bersifat simptomatis dan suportif, pengobatan ditujukan untuk meredakan gejala yang dialami seperti infeksi pernapasan dan komplikasi neurologis.

Pemeriksaan diagnosis pasien suspek dan probable mengikuti ketentuan pada Bab Diagnosis Laboratorium. Pasien suspek dan probable dinyatakan selesai isolasi bila tidak memenuhi kriteria pasien konfirmasi. Pemeriksaan follow up pada kasus konfirmasi dilakukan setiap minggu (hari ke-7 dan hari ke-14) selama melakukan isolasi. 

Pasien konfirmasi Nipah dinyatakan selesai isolasi apabila hasil pemeriksaan RT-PCR negatif selama 2 kali berturut-turut dengan selang waktu >24 jam. Apabila pasien sudah memenuhi kriteria selesai isolasi tetapi masih membutuhkan perawatan lanjutan maka dapat dilakukan proses pindah perawatan pada ruang perawatan non isolasi.

Referensi:

  • Meng L, Bing K. Lessons from the Nipah virus outbreak in Malaysia Malaysian J Pathol 2007; 29(2) : 63 – 67. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19108397/ 
  • Lam SK, Chua KB. 2020. Nipah Virus Encephalitis Outbreak in Malaysia. Clinical Infectious Diseases 2002; 34(Suppl 2):S48–51
  • Nikolay B, et al. 2019. Transmission of Nipah Virus — 14 Years of Investigations in Bangladesh N Engl J Med. 2019 May 09; 380(19): 1804–1814. doi:10.1056/NEJMoa1805376 
  • World Orgnisation for Animal Health (OIE). 2016. Nipah Virus Infection. https://www.oie.int/en/disease/nipah-virus/ 
  • Pillai VS, Krishna G,Veettil MV. 2020. Nipah Virus: Past Outbreaks and Future Containment. https://doi.org/10.3390/v12040465
  • Saepulloh M, Ratnawati A, Adjid RMA, Sendow I. 2017. Keberadaan Virus Nipah pada Pteropus sp di Sumatera Utara (The Presence of Nipah Virus in Pteropus sp in North Sumatera). DOI: http://dx.doi.org/10.14334/Pros.Semnas.TPV-2017- p.702-708
  • Sendow I, Adjid RMA, Syafriati T, Darminto, Field H, Morrissy C, Daniels P. 2008. Seroepidemiologi Nipah virus pada kalong dan ternak babi di beberapa wilayah di Indonesia. J Biol Indones. 5:35-44.
  • SharmaV, Kaushik S, Kumar R, Yadav, JP, Kaushik SE. 2018. Emerging trends of Nipah virus: A review Rev Med Virol. 2019;29:e2010. https://doi.org/10.1002/rmv.2010
  • Singh RK, et al. 2009. Nipah virus: epidemiology, pathology, immunobiology and advances in diagnosis, vaccine designing and control strategies – a comprehensive review. Veterinary
  • Quarterly 2019, VOL. 39, NO. 1, 26–55 https://doi.org/10.1080/01652176.2019.1580827
  • Widarso, Suroso T, Caecilia W, Endang B & Wilfried P, 2000. Kesiagaan kesehatan dalam antisipasi penyebaran virus Nipah di Indonesia. In Diskusi panel “Penyakit Japanese Encephalitis (JE) di Indonesia.” Jakarta: Badan Litbang Pertanian, Puslitbang Peternakan, p. 8.
  • Wong KT, et al. 2002. Nipah Virus Infection Pathology and Pathogenesis of an Emerging Paramyxoviral Zoonosis. American Journal of Pathology, Vol. 161, No. 6, December 2002. https://www.researchgate.net/publication/11005512 
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaPeneliti Ungkap Langkah Sederhana Mencegah Medical Error

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar