sejawat indonesia

5 Prinsip Dasar Mengurangi Efek Buruk Perawatan Digital

Para ahli memperkirakan bahwa tidak ada masyarakat atau sistem layanan kesehatan yang mampu merawat pasien dengan kondisi kronis secara berkelanjutan dalam 20 tahun ke depan. Layanan kesehatan pun semakin tidak berkelanjutan bagi pasien, karena mereka kewalahan mengakses dan menggunakan layanan kesehatan, serta melakukan rutinitas perawatan mandiri.

Perawatan digital seringkali dianggap sebagai solusi terhadap krisis tersebut. Perawatan digital melengkapi konsultasi tradisional yang hadir selama ini. Melakukan tindak lanjut dan intervensi jarak jauh dan real-time di mana pasien tinggal, bekerja, dan beristirahat. Solusi teknologi bermunculan untuk setiap masalah pasien. Pasien dengan penyakit Parkinson, misalnya, harus memiliki kaus kaki pintar yang memantau risiko jatuh, jam tangan pintar untuk tanda-tanda vital, smart patch yang mengukur kadar L-dopa dalam darah, pendeteksi jatuh di lengan, atau bahkan asisten robot. 

Meskipun masing-masing inovasi tersebut dapat merespons secara independen terhadap indikasi terapeutik atau pencegahan, namun inovasi-inovasi tersebut dapat sangat mengganggu kehidupan pasien dan menimbulkan beban kerja yang tidak dapat dikelola oleh dokter.

Banyak faktor yang diketahui meningkatkan beban pengobatan seperti multimorbiditas dan polifarmasi terkait; penyediaan informasi yang tidak memadai; beban administratif yang terkait dengan penanganan penyakit kronis, seperti penanganan layanan kesehatan yang tidak terkoordinasi dengan baik; dan komunikasi yang tidak memadai.

Berdasarkan konsep penanganan dengan gangguan minimal, berikut lima prinsip dasar perawatan digital untuk mengurangi risiko beban untuk pasien: 

  1. Perawatan digital harus menghormati sifat kemanusiaan dalam pelayanan. Teknologi harus menghormati aspek perawatan “bioteknik” dan “manusia”. Meskipun aspek bioteknik dapat menerima efisiensi teknis, aspek manusia tetap mengikuti tempo penyembuhan. Saat ini, perawatan digital bergantung pada algoritma yang seringkali mengabaikan keseluruhan keadaan hidup pasien, merespons biologi mereka namun tidak mengetahui biografi mereka. Mencoba mengganti interaksi tatap muka dengan teknologi, berisiko menghilangkan perhatian profesional kesehatan terhadap situasi setiap pasien dan penciptaan respons yang berorientasi pada “apa yang penting” bagi setiap pasien. Blended care, sebuah model baru yang menambah layanan dengan solusi digital, bukan menggantikannya, menawarkan jalan ke depan. Merancang perawatan kombinasi memerlukan keterlibatan aktif untuk mengembangkan pemahaman yang kuat tentang mengapa alat digital diperlukan, apa yang berguna, dalam proses perawatan apa, untuk siapa, dan dalam kondisi apa.
  2. Perawatan digital tidak boleh diterapkan secara sembarangan kepada semua pasien. Peralatan digital mengalihkan sebagian beban kerja dari sistem perawatan ke pasien. Bagi sebagian besar pasien, hal ini dapat meringankan beban pengobatan, misalnya waktu yang dihabiskan untuk pergi ke tempat konsultasi atau berada di ruang tunggu. Namun, solusi digital dapat mengecualikan beberapa kelompok, misalnya, masyarakat yang memiliki akses terbatas terhadap alat-alat digital, mereka yang memiliki disabilitas sehingga menghalangi mereka untuk menggunakan alat-alat digital, mereka yang kurang paham atau memiliki kegelisahan dalam menggunakan teknologi, dan mereka yang memiliki literasi digital yang buruk. Seperti aspek perawatan lainnya, untuk menanggapi kebutuhan setiap pasien, tetap memerlukan perawatan tatap muka atau “analog” dalam kondisi tertentu.
  3. Perawatan digital harus bertujuan untuk keterlibatan pasien dalam jangka panjang. Antara 55% hingga 90% pasien tidak lagi mengikuti program pemantauan digital jarak jauh. Solusi yang ada memerlukan waktu, tenaga, dan perhatian, apa pun kondisi pasien. Agar bermanfaat, solusi digital harus responsif dan mencerminkan keyakinan, kapasitas, dan dukungan sosial pasien. Oleh karena itu, pengguna harus dapat menyesuaikan alat digital untuk mempersonalisasi penggunaannya saat memulai perawatan dan setiap tahap selanjutnya. Misalnya, pasien harus dapat meningkatkan frekuensi pemantauan ketika mereka merasa tidak sehat dan mematikannya, sehingga menciptakan layanan bagi mereka dan mengurangi gangguannya.
  4. Perawatan digital harus mempertimbangkan multimorbiditas. Sebagian besar solusi digital saat ini merespons kondisi atau bahkan tanda-tanda individu, tidak hanya mengabaikan konteks pribadi tetapi juga konteks biologis. Misalnya, 82% pasien diabetes memiliki setidaknya satu kondisi kronis tambahan, sementara sebagian besar aplikasi diabetes tidak mempertimbangkan multimorbiditas. Pasien-pasien ini dan dokter mereka perlu terhubung ke berbagai platform dan aplikasi, satu platform dan aplikasi untuk setiap permasalahan mereka. Salah satu solusinya adalah dengan menawarkan antarmuka terpadu dan dipersonalisasi untuk data dari beberapa aplikasi, misalnya, integrator SaaS (Software as a Service) yang menyajikan kalender, komunikasi, dan daftar tugas dalam satu tampilan. Integrator jenis ini akan menyediakan satu aplikasi untuk pasien dan tampilan satu panel untuk dokter berkat pusat komando lalu lintas perawatan di rumah sakit yang memproses semua data yang masuk. 
  5. Perawatan digital harus mendukung keberlanjutan layanan kesehatan bagi manusia. Tindak lanjut pasien jarak jauh dan frekuensi tinggi meningkatkan jumlah titik kontak dan input data. Alarm dan tuntutan dari sistem digital dapat mengganggu dan mengalihkan perhatian dokter, sehingga menambah beban kerja mereka. Dokter akan kewalahan dengan prosedur login dan akses platform yang rumit, memasukkan dan memeriksa data, serta merencanakan intervensi yang berpotensi menyebabkan kesalahan dan kelelahan. Agar efektif, baik solusi digital maupun tim perawatan harus dirancang untuk mengutamakan dimulainya perawatan. 

Prinsip-prinsip tersebut mengasumsikan bahwa penggunaan solusi digital yang aman dan efektif didukung oleh bukti yang dapat dipercaya mengenai kemanjuran dan keamanan bila digunakan sebagaimana mestinya, dan bahwa privasi dan kepercayaan pasien harus dijaga dengan ketat. 

Layanan kesehatan digital yang tidak dirancang dengan mempertimbangkan berbagai faktor dan tidak menerapkan prinsip tersebut akan membuat pasien rentan, tidak hanya terhadap kesenjangan digital, namun juga hilangnya kesejahteraan karena berkontribusi terhadap beban pengobatan yang sudah tidak berkelanjutan (unsustainable).

Referensi:

  • Thuemmler C, Bai C. Health 4.0: How Virtualization and Big Data are Revolutionizing Health Care.Springer, 2017doi:10.1007/978-3-319-47617-9.CrossRefGoogle Scholar
  • Chen C, Ding S, Wang J. Digital health for aging populations. Nat Med2023;29:1623-30. doi:10.1038/s41591-023-02391-8 pmid:37464029CrossRefPubMedGoogle Scholar
  • May C, Montori VM, Mair FS. We need minimally disruptive medicine. BMJ2009;339:b2803. doi:10.1136/bmj.b2803 pmid:19671932FREE Full TextGoogle Scholar
  • McConnell MV, Shcherbina A, Pavlovic A, et al. Feasibility of Obtaining Measures of Lifestyle From a Smartphone App: The MyHeart Counts Cardiovascular Health Study. JAMA Cardiol2017;2:67-76. doi:10.1001/jamacardio.2016.4395 pmid:27973671CrossRefPubMedGoogle Scholar
  • Guthrie B, Payne K, Alderson P, McMurdo ME, Mercer SW. Adapting clinical guidelines to take account of multimorbidity. BMJ2012;345:e6341. doi:10.1136/bmj.e6341 pmid:23036829FREE Full TextGoogle Scholar
  • Zenooz AM, Fox J. How New Health Care Platforms Will Improve Patient Care. 2019. https://hbr.org/2019/10/how-new-health-care-platforms-will-improve-patient-care.
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaPosisi Kursi di Ruang Perawatan memengaruhi Hubungan Dokter dan Pasien

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar