sejawat indonesia

Efek Rokok Terhadap Kesehatan Otak

Merokok telah dikenal sebagai faktor risiko utama untuk banyak jenis kanker, masalah pernapasan, jantung, membuat komplikasi pada kehamilan, jumlah sperma yang sedikit pada pria, permasalahan kesehatan mulut, dan juga peningkatan kemungkinan penyakit katarak. Walau begitu, masih sangat banyak dari perokok yang belum mengetahui efek rokok terhadap tubuh, dan terlebih lagi terhadap area lain seperti kemampuan belajar dan daya ingat. Rokok tidak hanya mengandung nikotin saja, namun juga mengandung lebih dari 7.000 bahan kimia, dan paling tidak 69 dari bahan kimia tersebut adalah karsinogenik, dan beracun. Misalnya arsenik, adalah bahan yang digunakan untuk racun tikus. Tar, adalah bahan yang digunakan untuk mengaspal jalan. Penimbunan jangka panjang dari bahan-bahan kimia berbahaya ini dipercaya dapat menimbulkan kerusakan pada otak, yang kemudian menyebabkan defisit pada pembelajaran dan memori. Sebuah studi dari sekelompok peneliti dari Northumbria University yang diterbitkan pada jurnal Frontiers in Psychiatry menemukan bahwa mereka yang termasuk perokok berat menunjukkan defisit yang besar pada memori prospektif mereka sehari-hari. Terlebih lagi bagi mereka yang mengonsumsi rokok dan alkohol. Memori prospektif dianggap penting bagi ingatan sehari-hari, karena ia bertanggungjawab untuk perencanaan dan ingatan aktivitas di masa depan, seperti ingatan untuk bertemu teman pada waktu dan lokasi yang spesifik, ingatan untuk minum obat tepat waktu, atau ingatan untuk menghadiri rapat; pada sisi ini, memori prospektif dianggap esensial untuk kehidupan mandiri1. Studi lain juga menemukan bahwa perokok pasif memiliki permasalahan kesehatan yang sama dengan perokok aktif, termasuk penyakit kardiovaskuler dan permasalahan kognitif dan memori. Hal ini dapat mempengaruhi banyak aspek kehidupan dari perokok pasif, bukan hanya kesehatan namun juga aspek pendidikan dan okupasi, melihat kebutuhan dan penggunaan universal dari ingatan sehari-hari. Merokok dikaitkan dengan penurunan kognisi dan demensia, juga dengan perubahan struktur otak. Korteks serebri, lapisan luar dari substansia nigra, dilaporkan mengalami penipisan pada perokok. Lapisan otak ini berperan penting dalam fungsi kognitif seperti memori, bahasa, dan persepsi. Pada setiap tahun seseorang merokok, korteks hanya sangat sedikit lebih tipis dari subjek yang tidak pernah merokok, tingkat penipisan yang terkait rokok ini adalah sekitar dua kali lipat dari tingkat tahunan yang diamati sebelumnya pada rata-rata penipisan korteks yang khas pada populasi orang dewasa2. Penemuan pada studi yang diterbitkan di jurnal Molecular Psychiatry tahun 2015 lalu menunjukkan bahwa penipisan korteks dapat membaik jika seseorang berhenti merokok. Pemulihan dapat mulai dari beberapa minggu sampai secara teori 140 tahun setelah berhenti merokok, tergantung kepada jumlah rokok yang telah dikonsumsi sepanjang hidup seseorang. Hal ini berarti, berhenti merokok dapat meningkatkan kembali fungsi kognisi yang telah berkurang akibat merokok bertahun-tahun sebelumnya. Walaupun korteks serebri pada orang dewasa memang cenderung menipis seiring bertambahnya usia. Namun pada penelitian di atas juga ditemukan bahwa merokok dapat mempercepat terjadinya proses ini. Penipisan korteks adalah salah satu biomarker dari penuaan kognitif. Para perokok harus diberi informasi mengenai hal ini sebagai salah satu argumen motivasi yang kuat untuk berhenti merokok, jika kampanye “rokok membunuhmu” bukan motivasi yang cukup.  
Referensi:
  1. Kliegel M, McDaniel MA. Prospective memory: Cognitive, neuroscience, developmental, and applied perspectives. Taylor & Francis; 2008
  2. Salat DH, Buckner RL, Snyder AZ, Greve DN, Desikan RS, Busa Eet al. Thinning of the cerebral cortex in aging. Cereb Cortex 2004; 14: 721–730.
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaSains Tidak Menyarankan Tidur dalam Keadaan Marah

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar